Meskipun haji ning berstatus sebagai ayah sambung Hatta, Haji Ning tidak pernah membedakan pelakuannya terhadap anak yang sedarah dengannya dan anak dari hasil pernikahan sang istri sebelumnya. Ia adalah sosok ayah sangat baik bagi anak-anaknya. Sikapnya yang lemah lembut dan bijaksana, berhasil menuntun anak-anaknya menjadi pribadi yang berakhlak baik. Terutama Hatta yang merupakan seorang anak laki-laki di keluarganya, yang kelak akan menjadi orang yang haus bertanggung jawab pada keluarga. Hatta di-didik untuk menjadi seorang yang bertanggung jawab dan bijak sana terhadap hal-hal kecil sejak dini. Ia selalu diajarkan untuk selalu menjaga sholatnya, selalu mengaji dan berbakti pada orang tua dan keluarga. Didikan itu diharapkan akan menjadikan ia orang yang berhasil dan hebat suatu saat nanti.Â
Pukul sepuluh (10) pagi saat setiap orang yang berada dalam rumah telah selesai bersiap-siap untuk melakukan aktivitas di hari sabtu. Hatta yang saat itu tengah membaca buku cerita, tiba-tiba terlihkan fokusnya oleh sang ibu yang masuk ke dalam kamarnya. Sang ibu datang untuk mengajaknya pergi berbelanja kepasar, sekalian membeli perlengkapan sekolah untuknya. Hatta meng-iyakan ajakan sang ibu, lalu mereka pergi tak lama setelah Hatta bersiap-siap sebentar.
Satu jam lamanya waktu yang mereka habiskan di pasar. Membeli barang-barang perlengkapan rumah dan sekolah Hatta, melakukan transaksi tawar menawar dengan para penjual dan silaturahmi dengan mereka. Bagaimana pun juga, pasar merupakan tempat bertemunya banyak orang dan meupakan sarana interaksi antar sesama. Banyak sekali interaksi yang terjadi disana, baik interaksi antara penjual dengan pembeli, interaksi antar penjualnya ataupun interaksi antar pengunjung pasar yang sudah saling mengenal lalu bertemu. Dan bahkan, tak jarang banyak orang yang menemukan teman baru di sana.Â
Salah satu bentuk pertemanan itu juga dialami oleh Hatta dan salah satu anak Londo (Belanda) yang seumuran dengannya. Nampaknya, anak londo itupun bernasib yang sama dengannya, dimana ia dimintai tolong untuk dapat ikut ke pasar oleh sang ibu. Sungguh nasib dua pria mungil ini amat mengundang gelak tawa. Karena pasalnya, kondisi mereka yang sudah mulai terlihat kelelahan akibat terlalu lama berdiri dan lelah karena berjalan dari satu toko ke toko yang lainnya. Sembari menjinjing masing-masing satu kantong kresek, langkah dua anak itu sudah terlihat gontai sepeti sudah tidak sanggup lagi berjalan.
"Heyy..., apakah kau juga diminta ibumu ikut kesini?" tanya si anak londo berambut coklat kepirangan tersebut.
"Hh.hahh.., kau berbicara pada ku?" sahut Hatta yang malah balik bertanya pada anak tersebut.
"Iyaa...oh ya, perkenalkan..namaku Sam! Salam kenal dariku" ucap Sam sembari mengulurkan tangannya pada Hatta.
Hatta menganggukan kepala dan balik memperkenalkan namanya pada Sam "Namaku Hatta..usiaku enam tahun. Salam kenal juga untukmu!".
"Ohh yaa...., ternyata kita seumuran. Kalau begitu mari berteman!" ungkap Sam kegirangan setelah mengetahui bahwa ia dan Hatta seumuran.
Sam dan Hatta mengobrol bersama selagi menunggu orang tuanya yang kebetulan berbelanja di tempat yang sama. Banyak sekali yang mereka ceritakan satu sama lain. Mulai dari letak rumah, hobi, mainan yang mereka punya dan masih banyak lagi. Bahkan, mereka amat sangat senang saat mengetahui bahwa mereka akan masuk ke sekolah yang sama nanti. Mengobrol tanpa henti sudah seperti sahabat lama yang terpisah dan memiliki seribu kisah untuk diceritakan. Kelucuan dua anak ini terlihat oleh ibu mereka. Saleha dan ibu Sam sudah tau sejak awal mereka mulai saling menyapa, hanya saja mereka tidak ingin mengganggu obrolan dua orang mungil ini. Sesekali mereka berdua pun mengobrol, menambah kedekatan dua keluarga tersebut.
Sepulangnya dari pasar, Hatta masuk bergegas membantu sang ibu membereskan barang-barang dibeli tadi di pasar. Hingga saat membuka tas belanjaan ia melihat dan teringat akan gasing kayu yang sempat ia dan Sam beli saat hendak berpisah. Tentunya diiringi dengan adegan rengek merengek dari keduanya meminta untuk dibelikan. Sam berkata jika nanti bertemu di sekolah, kita main gasing bersama di jam bila sempat.