Mendengar pernyataan tersebut, Hatta semakin bersemangat untuk melanjutkan niatannya tersebut. Ia kembali bersuara, namun kali ini ia mengangkat topik yang melibatkan semua. Berbincang-bincang bersama hingga larut. Dan mereka tertidur lelap setelah asyik semalaman berkumpul. Mengakhiri hari dengan tertidur pulas selepas mengenang memori. Mimpi indah, begitu kira-kira yang diharapkan oleh Hatta saat itu.
Pengajuan permohonan beasiswa pada pemerintah untuk dapat memberangkatkannya sekolah ke Belanda telah Hatta lakukan. Akan tetapi karena pengajuan dari Hatta yang bisa dibilang telat, maka pengajuan tersebut tidak diterima. Rahmat Allah datang tanpa kita ketahui kapan kedatangannya. Begitu pula dengan Hatta yang pengajuannya ditolak oleh pmerintah, namun ia malah mendapatkan beasiswa dari satu yayasan. Hatta diberikan beasiswa oleh Yayasan Van Deventer. Sungguh rezeki yang tidak terduga bukan?. Berkat beasiswa yang ia dapatkan dari yayasan tersebut, akhirnya Hatta dapat pergi untuk belajar ilmu bisnis di Nederland Handelshogeschool (sekarang Universitas Erasmus Rotterdam) di Rotterdam, Belanda. Keberangkatan Hatta ke Rotterdam pada 1921, melibatkan kapal Tambora milik Rotterdamse Lloyd sebagai transfortasinya.Â
Hatta menetap di Belanda seorang diri tanpa ditemani oleh keluarganya. Dan selama disana ia tidak hanya belajar, namun juga katif dalam berbagai macam bidang. Hatta begabung dengan sebuah perkumpulan pelajar tanahh air yang ada di Belanda untuk berpendidikan, atau orang-orang yang bernasib sama dengannya. Perkumpulan tersebut dinamakan Indische Vererniging. Bersama kompatriotnya, Hatta memperjuangkan hak pendidikan rakyat indonesia yang masih terbelakang.Â
Sebagai orang yang cerdas, Hatta memiliki banyak ide dalam mengupayakan hal terebut. Dan tak sedikit pula ide Hatta yang diaplikasikan ke dalam organisasi tersebut. Berkat hal tersebut nama Hatta menjadi besar di kalangan organisasi yang iya ikuti. Banyak sekali anggota-anggota kelompok Perhimpunan Indonesia yang kagum akan kecerdasan Hatta dalam menemukan ide baru. Cerdas, berkelakuan baik dan juga tampan, begitulah kira-kira deskripsian Hatta saat itu, sehingga tak heran saja jika banyak sekali orang yang kagum terhadapnya.Â
Pada tahun 1923,Hatta mejadi Bendahara dan mengasuh majalah Hindia Putera yang berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Setelah lama menjadi anggota populer, tak lama Hatta tepilih dan diangkat menjadi ketua Perhimpunan Indonesia pada tahun 1926. Karena para anggota sudah tahu akan pencapaian Hatta yang begitu luar biasa, sepertinya gelar ketua sudah layak di berikan pada Hatta. Hatta menyampaikan pidato Inagurasi yang berjudul "Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan Kekuasaan" saat ia terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia. Dalam pidatonya, ia mencoba menganalisa struktur ekonomi dunia yang ada pada saat itu berdasarkan landasan kebijakan non-kooperatif.Â
Hatta secara berturut terpillih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia. Pada tahun 1927 pula, stehaun setelah penngangkatan Hatta sebagai ketua Perhimpunan Indonesia, Ia seharusnya sudah berhenti dari jabatan ketua. Namun, Hatta dipilih kembali menjadi ketua, hingga tahun 1930. Pada tahun 1930 dengan perkembangan yang signifikan dibuktikan dengan berkembangnya jalan pikiran politik rakyat Indonesia.Â
Di bawah pimpinan Hatta, kelompok Perhimpunan Indonesia berhasil meraih dan menorehkan beberapa prestasi. Hatta berhasil membawa organisasi tersebut menjadi organisasi yang lebih maju. Prestasi yang ditorehkan oleh Perhimpunan Indonesia di bawah kepemimpinan Hatta yaitu, berhasil membuat organisasi Perhimpunan Indonesia menjadi organisasi yang diakui sebagai pos terdepan dalam hal pergerakan kebangsaan Indonesia di Eropa. Bagaimana tidak maju, dengan menjadika Hatta sebagai pemimpin memanglah keputusan yang tepat. Pribadinya yang melek ilmu pengetahuan dan berpengalaman dalam berorganisasi juga memiliki koneksi tentu saja berhasil membawa kelompok tersebut pada kejayaan. Dan dibawah kepemimpinan Hatta pula, Perhimpunan Indonesia berhasil merumuskan lima prinsip Ekonomi. Salah satu prinsip ekonominya yaitu, "Memajukan koperasi petanian dan Bank-bank rakyat".
Sebagai ketua Perhimpunan Indonesia saat itu, Hatta memimpin delegasi Kongres Demokrasi Internsional untuk perdamaian di Berville, Perancis, pada tahun 1926. Ia mulai memperkenalkan nama Indonesia pada saat itu, hingga nama Indonesia dikenal di kalangan organisasi-organisasi internasional. Tak cukup sampai disitu, pada tahun 1927 juga Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda di Frankfurt, dan memiliki kenalan dengan seorang aktivis nasionalis asal India, yaitu Jawaharhal Nehru. Dalam sidang ini, pihak komunis dan utusan dari Rusia tampak ingin menguasai sidang, sehingga Hatta yang sadar akan keadaan tidak dapat percaya terhadap komunis. Pada saat itu, majalah Perhimpunan Indonesia, indonesia merdeka dapat dengan mudah masuk ke Indonesia lewat penyeludupan, karena banyak penggeledahan oleh pihak kepolisian terhadap kaum pergerakan yag dicurigai.
Mulanya organisasi tersebut hanyalah organisasi perkumpulan bagi pelajar-pelajar Indonesia disana, akan tetapi berubah menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan saat terdapat tiga tokoh Idische Partij. Organisasi tersebut kini, memiliki misi atau tujuan merdeka dari kolonialisme. Hingga pada 25 September 1927, Hatta bersama Ali Sastroamidjojo, Nazir Datuk Pamuntjak,dan Abdulmadjid Djojoadiningrat ditangkap oleh penguasa Belanda atas tuduhan mengikuti partai terlarang yang dikait-kaitkan dengan Semaun. Hatta sendiri dihukum dengan hukuman tiga tahun penjara. Ia dan yang lainnya ditahan di Rotterdam.
Hatta yang tengah merenung selama berada di tahanan, tiba-tiba teringat akan sang ibu. Ia tengah menerka-nerka sedang apakah sang ibu dikala ia disini tengah ditahan di dalam penjara. Ia rindu wajahnya, masakannya, senyumnya dan suara sang ibu. Hatta juga sama seperti orang pada umumya. Ia dapat merasakan rasa rindu terhadap keluarganya, sebagaimana manusia pada umumnya. Ia mengingat masa-masa kecilnya disaat dia akan selalu ditemani oleh sang ibu dikala sedih.Â
"Lagi-lagi mengenang.., memang kau ini suka sekali membuatku bersedih" ucap Hatta pada dirinya sendiri.