Mohon tunggu...
Rhaisya Agustian
Rhaisya Agustian Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA Negeri 1 Padalarang

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Novel Sejarah Mohammad Hatta

20 November 2021   16:54 Diperbarui: 20 November 2021   16:57 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya pekerjaan mereka semua telah selesai. Totalnya, terdapat 14 kotak berukuran 1x1x1 meter yang berisikan buku-buku miilik Hatta. Jumlah yang sangat banyak bagi rekan-rekan Hatta. Namun bagi Hatta, itu merupakan jumlah yang banyak tentu saja. Tetapi tidak menutup kemungkinan baginya untuk terus mengoleksi buku. Baginya,mungkin ia tidak akan berhenti mengoleksi buku bacaan hingga akhir hayatnya. Terdengar sulit dipercaya mungkin, namun bagi Hatta hal tersebut sangat mungkin terjadi padanya. Melihat bahwa ia gemar sekali mengoleksi buku. Buku-buku yang ia koleksi pun beragam jenisnya. Mulai dari buku ilmu ekonomi, hukum, tata negara, adiministrasi negara, filsafat, agama, politik, sejarah, sosiologi, antropologi, dan sastra. 

Kecintaan Hatta akan membaca buku, mengantarkannya menjadi orang yang cerdas. Buku-buku yang Hatta selalu tertata rapih dan terlihat seperti baru.hal tersebut dikarenakan Hatta yang selalu memperlakukan bukunya dengan baik. Ia merawat buku-buku tersebut seperti merawat anak-anaknya sendiri. Hatta menganggap buku-bukunya sebagai gurunya. Karena buku merupakan sumber ilmu pengetahuan yang telah mengajarkan banyak hal pada dirinya, sama seperti guru. Maka, ia akan menghormati buku tersebut. Menghormati disini memiliki arti menjaga, merawat, dan memperlakukan buku-bukunya dengan baik.

Setibanya Hatta di Indonesia setelah menempuh perjalanan dari Belanda-Indonesia, perasaannya sungguh menggebu gebu. Ia rasa tak saba untuk bertemu dengan keluarganya di Padang. Terutama pada sang ibu, orang yang kehadirannya amat sangat penting bagi Hatta. Ia merindukan anggota keluarganya yang lain pula tentunya. Semua keluarga sangaatlah berarti bagi Hatta. 

Suasana ini, aroma ini, dan tempat ini merupakan hal yang sangat ia rindukan sepanjang studinya di Rotterdam. Hatta mengetuk pintu tanpa mengeluarkan suara lainnya, hanya suara ketukan pintu yang terdengar dari dalam. Saleha pergi membukakan pintu tanpa menduga akan terjadi sesuatu yang spesial akan terjadi padanya. Akan tetapi, alangkah terkejutnya ia saat menoleh selepas membukakan pintu rumah. Disana sudah terdapat sosok laki-laki dewasa yang ia kenali sebagai anaknya. Ya! Puteranya yang dulu hanya seorang remaja ambisius saat berangkat, sekarang telah pulang menjadi seorang laki-laki dewasa.

Peluk dan tangis berhamburan ditengah pertemuan mereka. Saleha memeluk erat puteranya, seolah tak ingin lepas lagi dengan sang putera. Tak lama, anggota keluarga lainnya pun ikut menyusul utnuk menyambut kepulangan sang kakak kembali kerumah. Mereka merasa senang sekali akan kehadiran Hatta kembali pulang ke rumah. Penantian yang sudah lama mereka lakukan. Akhirnya keluarga mereka kembali utuh sama sepeti sebelumnya.

Hari itu Hatta habiskan dengan berkemas barng-barang dan bercerita tentang pengalamannya selama berada di sana. Banyak sekali pertanyaan yang keluarganya lontarkan pada Hatta. Mereka tampak sangat tertarik dengan cerita pegalaman Hatta selama tinggal 11 tahun lamanya di Belanda. Sedangkan sang ibubanyak tersenyum. Saleha nampak kagum akan peubahan Hatta. Perumahan dari cara ia berbicara dan menyampaikan sesuatu. Nampaknya Hatta sudah berubah banyak. Ia nampak lebih terlihat berwibawa saat berbicara, namun kelembutannya saat berbicara dengan sang ibu tidak pernah berubah sejak dahulu. Saleha measa aman sangat bangga dan bersyukur memilikinyaa sebagai seorang anak.

Hari-hari Hatta lalui dengan penuh rasa girang. Kerinduannya terhadap keluarga perlahan terobati. Dengan seiring berjalannya waktu, apa yang telah lama ia tak dapatkan selama di Belanda kemudian terpenuhi. Perlahan rasa rindu memudar, dan sesuatu yang pada asalnya terasa begitu spesial kini dirasa biasa. Hari harinya kini terasa seperti biasanya. Berjalan dengan baik seperti pada umumnya. 

Setelah banyak orang yang mendengar kabar bahwa Hatta telah kembali ke Indonesia, ia ditawari untuk masuk kalangan sosialis merdeka (Onafhankelijke Socialistische Partij, OSP) untuk menjadi anggota parlemen Belanda. Nama Hatta yang kini banyak dikenal sejak keaktifannya selama berpendidikan di Belanda. Pihak OSP mengajak Hatta dengan mengiriminya Telegram pada tanggal 6 Desember tahun 1932. Telegram tersebut berisikan kesediaannya menerima pencalonan anggota parlemen. Perdebatan ini terjadi karena, Hatta bependapat bahwa ia tidak menyetujui bila mana terdapat orang Indonesia yang menjadi anggota parlemen Belanda. Sebenarnya, Hatta menolak untuk masuk menjadi anggota Parlemen Belanda. Namun, pemberitaan oleh media Indonesia tidak sesuai dengan fakta yang ada. Pemberitaan di Indonesia memberitakan bahwa Hatta menerima ajakan tersebut, padahal sudah jelas bahwa Hatta menolak. Hal tersebut mengakibatkan Soekarno menuduhnya tidak konsisten dalam menjalankan sistem non-kooperatif.

Sepertinya ujian akan selalu datang untuk meningkatkan kualitas seseorang. Hatta yang merupakan orang jujur, saat kedatangannya kembali ke Indonesia malah difitnah oleh negeri sendiri. Hatta hanya bisa bersabar menghadapi semua ujian yang Allah berikan padanya. Tawakal, berdo'a, dan berusaha merupakan kunci utama dalam menghadapi pemasalahan. 

Sepulangnya Hatta ke Indonesia saat itu, Syahrir tidak dapat kembali pergi ke Belanda. Syahrir tidak dapat berangkat kembali ke Belnada karena saat itu, keduanya telat ditangkap oleh Belanda pada tanggal 25 Februari 1934 dan keduanya dibuang ke Digul dan selanjutnya ke Banda Neira. Saat mereka berada di wilayah pembuangan, baik di Digul maupun Banda Neira, Hatta banyak menulis. Membuat tulisan di koran-koran Jakarta, dan juga untuk majalah-majalah di Medan. Artikel yang ditulis oleh Hatta pun tidak terlalu politis. Namun bersifat lebih ke sebuah artikel yang mengalisis dan mengedukasi para pembaca. Selain itu juga, Hatta menulis juga artikel yang membahas tentang pertarungan kekuasaan di daerah Pasifik.

Sepertinya, menulis menjadi hobi bau seorang Hatta untuk mengisi waktu. Dan semasa diasingkan ke Digul, Hatta membawa semua buku-bukunya ke tempat pengasingannya. Pada saat membaca buku Hatta selalu fokus dan tidak dapat diganggu. Karena membaca merupakan sarana hiburan dan mendapatkan hiburan merupakan hak setiap orang, maka ia pikir ia berhak untuk mendapatkan ketenangan saat menghibur dirinya sendiri. Hal tersebut mengakibatkan rekannya disana menganggap ia sombong karena tidak ingin diganggu sama sekali waktunya untuk membaca sebuah buku.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun