Mohon tunggu...
Rhaisya Agustian
Rhaisya Agustian Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA Negeri 1 Padalarang

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Novel Sejarah Mohammad Hatta

20 November 2021   16:54 Diperbarui: 20 November 2021   16:57 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, Hatta tetaplah Hatta. Orang ini tidak pernah terlepaskan dari kebaikan. Hatta dikenal juga sebagai oranng yang peduli terhadap tahanan lainnya. Di sana juga, Hatta bercocok tanam dan membuat kursus kepada para tahanan. Diantara tahanan tahanan tersebut terdapat tahanan yang melakukan ibadah shalat dan puasa secara teratur. Mereka berasal dari wilayah Minangkabau dan Banten. Akan tetapi, mereka ditangkap karena terlibat dalam pemberontakan komunis.

Pada masa-masa ia diasingkan di Digul, Hatta menulis surat kepada untuk sang ipar. Di dalam surat yang Hatta kirimkan, berisi permintaan untuk dikirimi alat-alat pertukangan,seperti gergaji dan paku. Surat itu juga berisikan tentang cerita Hatta tentang nasib orang-orang yang mengalami pembuangan atau pengasingan disana. Dan setelah menerima surat dari Hatta, iparnya kemudian mengirim surat yang ditulis oleh Hatta ke koran Pemandangan di Jakarta. Dan tak lama, surat itupun dimuat dalam koran. 

Dengan menyebarnya koran tersebut, maka banyak orang membaca cerita Hatta yang ia tulis dalam surat.hingga, surat yang ia tulis sampai dan dibaca oleh Colijn yang menjabat sebagai Menteri Jajahan pada saat itu. Colijn mengecam pemerintah akan terjadinya hal tersebut. Da iapun dengan segera, mengirimkan residen Ambon untuk menemui Hatta di Digul. 

Dalam pertemuan antara Hatta yang residen Ambon, Hatta ditawari uang olehnya. Tentusaja Hatta menolak hal tersebut. Karena suat itu ia tulis untuk didengarkan pendapatnya dan bukannya malah dikasihani dan disodakohi uang. Dalam prinsip Hatta mungkin, kita tidak boleh menganggap suatu pertolongan itu dapat ditunjukan atau didefinisikan dalam bentuk uang. Selain itu, Hatta juga bepesan bahwa jika uang tersebut ditambah nominalnya, maka berikanlah pada pemimpin lain yang hidup dalam pembuangan atau pengasingan.

Setelah ia menetap di Digul selama kurang lebih tiga tahun lamanya, Hatta kemungkinan dipindahkan lokasi pengasingannya menjadi di Banda Neira. Tepatnya pada bulan Februaru tahun 1937. Mereka dipindahkan setelah Hatta menerima Telegram yang mengatakan bahwa dia di pindahkan. Hatta dipindahkan bersaan dengan Syahrir dan mereka menyewa rumah yang cukup besar disana. Rumah tersebut dapat dibilang lengkap fasilitasnya. Disana terdapat kamar, beberapa ruangan besar yang di dalamnya terdapat rak buku yang dapat dijadikan sebagai tempat kerja. Terutama bagi Hatta yang gemar membaca buku.

Sewaktu di Banda Neira, ia bercocok tanam. Dan Hatta juga menenulis di koran "Sin Tit Po" (dipimpin Liem Koen Hian; bulanan ini berhenti pada 1938) dengan honorarium f 75 dalam Bahasa Belanda. Kemudian, ia menulis di Nationale Commantaren (Komentar Nasional; dipimpin Sam Ratulangi) dan juga, ia menulis di koran Pemandangan dengan honorarium f 50 sebulan per satu/dua tulisan. Selain itu, Hatta juga pernah menerima tawaran Kiai Haji Mas Mansur untuk ke Makassar, dia menolak dengan alasan kalaupun dirinya ke Makassar dia masih berstatus sebagai seorang tahanan. Pada saat itu, sudah ada Cipto Mangunkusumo dan Iwa Kusumasumantri di tempat pengasingan. Mereka semua sudah saling mengenal satu samalain.

Di Banda Neira juga, Hatta juga mengajar kepada beberapa orang pemuda. Anak dr. Cipto contohnya. Ia belajar mengenai tata buku dan sejarah. Ada juga anak asli daerah Banda Neira yang belajar kepada Hatta. Dan terdapat pula seorang kenalan Hatta dari Sumatra Barat yang mengirimkan dua orang kemenakannya untuk belajar ekonomi dan juga sejarah. Selain itu, dari Bukittinggi dikirim Anwar Sutan Saidi sebanyak empat orang pemuda yang belajar kepada Hatta.

Pada tahun 1941, Mohammad Hatta menulis artikel dikoran Pemandangan yang isinya supaya rakyat Indonesia jangan memihak kepada baik ke pihak Barat ataupun fasisme, yaitu Jepang. Kelak, pada zaman Jepang tulisan Hatta dijadikan bahan oleh penguasa Jepang untuk tidak percaya Hatta selama Perang Pasifik. Yang mana, kelak tulisan Hatta dibaca Murase, seorang Wakil Kepala Kempeitai (Dinas intelijen) dan menyarankan Hatta agar mengikuti Nippon Seishin di Tokyo, pada November 1943.

Setelah mengalami pengasingan selama delapan tahun lamanya, akhirnya hatta dan Syahrir dibawa kembali ke Sukabumi pada tahun 1942. Perjalanannya ke Sukabumi Hatta lakukan setelah bermalam di Surabaya. Selang sau bulan selepas selesainya pengasingan Hatta, pemerintahan kolonial Belanda menyerah pada Jepang. Dan pada kesempatan itulah, Hatta dan Syahrir dibawa ke Jakarta. Mereka berdua pergi ke Jakarta menggunakan kereta api. Mereka pergi ke Sukabumi bersama dengan tiga orang anak-anak dari Banda yang dijadikan anak angkat oleh Syahrir.

Hatta bertemu dengan Mayor Jenderal Harada. Saat pertemuannya dengan sang Jendeal, Hatta menanyakan alasan mengapa Jepang datang ke Indonesia kepada Jenderal harada. Namun, Jenderal Harada malah menawarkan kerjasama dengannya. Akantetapi, Hatta menolak dan memilih menjadi seorang Penasihat. Hatta diberikan sebuah rumah si Oranje Boulevard (jalan Diponegoro) dan sebuah kantor. Kantor Hatta berada di Pegangsaan Timur. Hatta memanfaatkan sebagai seorang Kepala Kantor Penasehat Bala Tentara Jepang pada tahun 1942. Jepang beharap bahwa Hatta akan membeikan nasihat yang menguntungkan bagi mereka, namun kesempatan emas ini ia manfaatkan untuk melakukan aksi bela kepentingan rakyat Indonesia.

Hal yang dilakukan oleh Hatta mungkin terlihat sepeti sebuah penghianatan. Dan hal tersebut buaknlah hal yang disukai olehnya. Namun, ini semua ia lakukan demi kebaikan suatu kaum. Ia melakukan ini semua dengan niatan baik, yaitu ingin memerdekakan bangsanya, kaumnya, tempatnya tinggal dan tumbuh selama ini. Hatta ingin bangsanya bebas dari jajahan dan penyiksaan. Sudah cukup bagi Hatta yang tahu akan banyaknya pertunpahan darah demi sebuah kemerdekaan.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun