Sebuah kisah nyata yang sangat berharga sebagai motivasi manusia untuk mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya di alam cahaya.
Kisah nyata ini merupakan hasil karya seorang manusia yang telah berada di alam cahaya yang disampaikan langsung kepada seorang manusia yang dengan izin dan petunjuk dari Yang Maha Kuasa sehingga memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan semua manusia yang berada di alam cahaya dalam tingkatan manapun. Tuhan Maha Kuasa tidak ada satupun yang terjadi melainkan karena kehendak-Nya.
Kata Hati Pembuka
Setiap manusia siapapun dirinya, berasal dari kasta atau etnis apapun, tinggi atau rendah kedudukannya, laki-laki atau perempuan, tua ataupun muda, kelak akan datang suatu kepastian terhadap mereka yaitu kematian. Sampai saat ini masih menjadi sebuah misteri dan pertanyaan yang besar, kemanakah manusia akan berada setelah kematian itu datang kepadanya. Pengetahuan yang tinggi dan kebaikan secara fisik yang mereka lakukan ternyata tidaklah cukup untuk menghantarkan mereka kepada tujuan yang mulia. Bila ditanyakan kepada setiap manusia, “Hendak kemanakah kamu setelah kepergianmu dari dunia yang fana ini?”. Maka secara spontan dalam hitungan sepersekian ribu detik mereka akan langsung menjawab, “Tujuan dan harapanku adalah Surga”.
Apakah Surga itu? Bagaimanakah seorang manusia bisa sampai kepada tempat yang disebut Surga?.
Puji syukur kepada Yang Maha Kuasa, kupersembahkan tulisan ini yang merupakan kisah nyata tentang anugerah yang kuterima, yaitu berhasil mencapai Surga.
Mudah-mudahan kisahku ini dapat menjadi bahan renungan sekaligus motivasi, bahwa jangan pernah berhenti mencari tentang kebenaran yang sejati yang akan menghantarkan manusia mencapai Surga.
Salam
Sesama hamba
BAB I
KEHIDUPAN DUNIAWI MANUSIA
Manusia sebagai salah satu makhluk Tuhan akan menjalani tugasnya selama hidup di dunia. Pada umumnya merekapun saling berbuat kebaikan satu dengan yang lain walaupun ada pula sebagian dari mereka yang berbuat tidak baik.
Manusia-manusia terbagi ke dalam beberapa golongan yang disebut sebagai agama. Walaupun pada dasarnya setiap agama mengajarkan kebaikan dan disampaikan melalui utusan-Nya, yang berarti pada hakikatnya adalah sama. Tetapi yang berkembang adalah setiap golongan merasa lebih baik, lebih sempurna
dibandingkan golongan lainnya, yang terjadi kemudian adalah saling berbangga, saling menghujat dan saling mencaci secara langsung ataupun tidak langsung dan membuat kekurangan golongan lainnya menjadi muncul kepermukaan. Mereka tidak mengetahui bahwa ternyata tujuan setiap agama itu pada hakikatnya adalah hendak mencapai tujuan yang sama, yaitu bagaimana mendapat kemuliaan dalam kehidupan di akhirat kelak. Mereka tidak bisa dipersalahkan sepenuhnya, dikarenakan para pemuka dari setiap golongan-golongan itu memberikan doktrin dan mengkondisikan pikiran mereka seperti itu.
Ajaran yang membawa kebaikan dan kasih sayang kepada sesama seperti terlupakan. Mengapa bisa terjadi hal demikian? Sangat disayangkan tetapi begitulah faktanya. Hal ini dikarenakan sebagian besar mereka yang dianggap memiliki pengetahuan lebih dan dihormati sebagai pemuka dari suatu golongan, tetapi sesungguhnya pengetahuan mereka bukanlah mengarah kepada pengetahuan yang sejati, karena diliputi oleh kebanggaan diri sehingga seperti terlupakan, bahwa sebenarnya mereka yang dianggap lebih tinggi memiliki keterbatasan pengetahuan dan bahkan ada yang tidak memiliki pengetahuan yang pantas.
Dapat dibayangkan apa jadinya bila seseorang yang berpura- pura mengetahui sesuatu padahal kenyataannya adalah kosong, membimbing manusia lainnya untuk dibawa kesuatu jalan atau perjalanan yang tanpa tujuan pasti. Mereka akan berputar-putar tanpa tahu arah yang harus dituju. Mereka sibuk membenahi diri dan mencari sesuatu yang sesungguhnya tidak mereka ketahui harus mencari apa.
Dapat dipastikan apa yang terjadi kepada mereka yang dibimbing, bukannya berhasil dengan selamat dan mencapai tujuan akhir malah sebaliknya, bertindak tanpa suatu panduan yang benar, berjalan tanpa arah dan akhirnya sebelum mencapai tujuan akhir mereka ada yang tersesat, karena begitu banyaknya jalan yang berliku dan sebagian lagi menghabiskan umurnya untuk mencari sesuatu yang mereka sendiri tidak tahu. Itulah kenyataan yang berlaku hingga saat ini di dalam perjalanan hidup manusia pada umumnya.
Aku tahu seandainya Yang Maha Kuasa berkehendak, maka semua manusia pasti akan mencapai tujuan dengan benar dan sempurna. Tetapi itulah hikmah keadilan, keseimbangan dan juga kasih sayang dari Yang Maha Kuasa. Agar setiap manusia dalam mengkaji dan mencari tentang pengetahuan ketuhanan yang benar
haruslah sampai kepada suatu kepastian. Dengan menggunakan akal pikir dan yang utama menggunakan nurani. Akal pikir dapat saja menipu atau berbuat salah karena keterbatasannya sebagai manusia, tetapi nuranilah yang akan menuntunmu mencapai tentang pengetahuan ketuhanan dan kebenaran yang sesungguhnya.
Oleh karena itu cobalah untuk dapat mengikuti dan menghidupkan nurani. Jangan cepat menilai sesuatu berdasarkan pandangan dari luarnya saja, karena terkadang sesuatu yang terkemas dengan baik ternyata tidak berisi apapun. Sebaliknya sesuatu yang dipersembahkan dengan ketulusan dan kesederhanaan justru menyimpan sesuatu yang bermakna dan sarat dengan nilai kebenaran.
Aku menyampaikan dengan kasih dan ketulusan hatiku, karena akupun manusia biasa yang telah mengalami kehidupan yang sama dengan manusia lainnya. Aku tidak merasa diriku yang paling benar tetapi aku hanya berharap saudaraku yang lain sesama hamba Yang Maha Kuasa dapat mencapai kebenaran itu. Aku tidak perlu mendapatkan pujian atau dianggap sebagai manusia yang memiliki ketinggian pengetahuan, karena aku tidak membutuhkannya, sebab aku telah bahagia berhasil mencapai surga bercahaya di alam keabadian.
BAB II
KEBAIKAN YANG MENGHANTARKAN MANUSIA KE SURGA
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang masih diliputi jasad yang berisi pikiran, keinginan dan nafsu, tentulah memiliki ambisi tertentu dalam hidupnya. Apapun bentuk ambisi itu baik mengenai kebahagiaan, harta duniawi, kehormatan dimata manusia lainnya, dan hal lainnya adalah merupakan sesuatu hal yang sangat wajar dan manusiawi. Semua hal itu memang harus tetap dilakukannya, karena untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan di dunia, dimana sudut pandang antara manusia yang satu dengan yang lainnya adalah berbeda.
Apapun bentuk aktifitas yang dilakukan manusia di dunia, memang selayaknya terjadi seperti itu. Karena Yang Maha Kuasa pun menginginkan setiap makhluk-Nya mencapai keseimbangan dalam kehidupannya, termasuk dalam pencapaian kehidupannya di dunia. Tidak perlu mengurangi porsi yang ada dari aktifitas kehidupan untuk mencapai kebahagiaan dunia, justru haruslah ditambah dengan porsi untuk mencapai kehidupan setelah kematian. Jadi haruslah seimbang antara kebaikan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Walaupun tetap saja pada umumnya manusia tidak menyadari akan hal itu, kalaupun mereka melakukan suatu kebaikan yang menurut mereka dapat menghantarkan kepada kehidupan yang baik di akhirat, namun sebagian besar belum dapat mencapai tujuan akhir yang diharapkan. Tetapi yakinlah kesempatan dan anugerah akan selalu datang menghampiri kepada setiap makhlukNya, yaitu kepada siapa saja yang selalu berusaha mencari kebenaran dan pengetahuan ketuhanan yang sejati.
Mohonlah petunjuk dan bimbingan pada Yang Maha Kuasa, kemudian hilangkanlah egoisme sebagai jasad manusia, siapapun dirimu dan seberapa besar terpandangnya dirimu. Mendekatlah kepada Yang Maha Kuasa dengan benar dan temukanlah seorang manusia terpilih yang dapat membimbingmu dan menuntunmu untuk sampai kepada tujuan akhir setiap manusia. Yaitu bukan hanya bahagia dan berkecukupan di dunia tetapi juga bahagia dan mulia di dalam alam keabadian.
Seorang manusia yang kehormatan dan kebesarannya bukanlah berdasarkan penilaian manusia lainnya, tetapi karena memang terpilih untuk menghantarkan setiap manusia lainnya mencapai tujuan akhir dan kesempurnaan di dalam kehidupan.
Aku tidak bisa memberitahu dan membimbing saudaraku sesama hamba lainnya, mengenai segala jenis kebaikan yang dapat menghantarkan mencapai surga bercahaya. Dikarenakan bentuk kebaikan itu tidaklah cukup bila hanya sebatas kebaikan yang umum saja, selain itupun aku tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk membimbing manusia lainnya. Aku sendiripun memiliki pengetahuan yang masih sangat terbatas, bahkan pengetahuan tentang surga dimana aku berada tetaplah belum apa-apa, dibandingkan pengetahuan yang sesungguhnya.
Semua itu hanya bisa diberikan oleh seorang manusia yang memang terpilih dan memiliki kemampuan untuk membimbing dan menunjukan jalan kepada manusia lainnya untuk mencapai kebahagian yang sempurna lahir batin, dunia dan akhirat.
Semoga saudaraku sesama hamba dapat mencari dengan nurani dan mendapatkan anugerah sehingga dapat bertemu dengan manusia terpilih itu.
Bukalah nuranimu dan hilangkan keegoisan dan merasa diri paling pintar dan paling benar, kosongkanlah dirimu maka akan kau temukan kebenaran itu.
BAB III
KEBAHAGIAAN DI SURGA YANG BERCAHAYA
Aku merupakan salah satu manusia yang beruntung mendapatkan anugerah yang begitu besar, karena setelah kehidupanku di dunia kemudian kematian datang kepadaku, aku mendapatkan tempat bercahaya yang penuh kebahagiaan dan kedamaian yaitu Surga.
Surga adalah sebuah kata yang begitu sering terdengar, menjadi harapan setiap manusia. Surga merupakan impian tertinggi yang diperjuangkan oleh setiap manusia untuk dapat meraihnya. Surga yang digambarkan dengan segala keindahan dan kedamaiannya, walaupun semua penggambaran itu hanyalah merupakan hasil imajinasi kreatif dari manusia.
Belum ada satupun yang dapat menggambarkan Surga secara pasti, karena hanya manusia yang telah mengalami kematian yang dapat mencapai tempat itu. Sedangkan karena manusia yang telah mengalami kematian itu tidak memiliki jasad lagi, maka merekapun tidak bisa berkomunikasi atau untuk menyampaikan pengetahuan tentang Surga yang sebenarnya.
Jadi darimanakah pengetahuan tentang Surga yang pasti dan benar bisa didapatkan?
Yang logis adalah bahwa yang dapat mengetahui kebenaran tentang pengetahuan Surga itu, hendaknya adalah manusia yang masih hidup berada di dunia, agar dapat berkomunikasi dan menyampaikan kepada manusia lainnya. Tetapi untuk mendapatkan pengetahuan tentang Surga itu, berarti manusia hidup itu harus sudah pernah berada di Surga. Agar apa yang menjadi dasar pengetahuannya itu adalah merupakan sesuatu yang berdasarkan fakta dan pengetahuan langsung, bukan berdasarkan penggambaran dari yang lainnya ataupun pengandaian saja.
Kembali akan timbul satu pertanyaan besar. “Apakah seorang manusia yang masih hidup dan berada di dunia dapat mencapai ke Surga? Bagaimanakah caranya dan siapakah manusia itu?”.
Apabila mencoba menjawab semua pertanyaan itu berdasarkan pengetahuan pikiran dan fisik saja, maka hal itu akan menjadi sesuatu hal yang mustahil karena keterbatasan. Dalam menerima dan mengolah informasi itu, atau pengetahuan tentang Surga itu dapat pula diberikan oleh seorang manusia yang telah mengalami kematian dan berada di Surga, tetapi bila tidak ada manusia yang menghubungkan antara manusia yang berada di Surga dengan manusia di dunia, maka pengetahuan itupun tidak akan dapat sampai dan diketahui oleh manusia umumnya.
Jadi untuk mendapakan pengetahuan yang benar tentang Surga bila:
1.Ada manusia hidup yang mampu dan terpilih untuk datang ke Surga secara langsung kemudian menjadikannya pengetahuan umum.
2.Dari seorang manusia yang telah mengalami kematian kemudian berada di Surga, yang menceritakan dan memberikan pengetahuan itu langsung kepada seorang manusia yang mampu berhubungan dengan Surga dan mereka yang tinggal di dalamnya, untuk kemudian dijadikan pengetahuan umum.
Berarti pengetahuan yang benar tentang Surga, bisa didapatkan oleh seorang manusia yang terpilih dan mampu berhubungan dengan alam Surga dan manusia yang tinggal di dalamnya, dengan atau tanpa bantuan dari manusia yang tinggal di dalam Surga. Karena manusia terpilih itu akan langsung datang, melihat dan menceritakannya kembali, menjadi sebuah pengetahuan umum.
Aku sangat senang sekali mendapatkan anugerah dapat bertemu dengan manusia terpilih itu, dan berdasarkan permintaannya pula aku mempersembahkan tulisanku ini sebagai kisahku sendiri berada di dalam Surga. Akupun pada mulanya sama sekali tidak terlintas dapat berkomunikasi dan bersilaturahmi langsung dengan manusia yang masih hidup. Tetapi memang kuasa Tuhan tidaklah terbatas.
Mudah-mudahan melalui sentuhan manusia yang terpilih, manusia yang ada di negeriku khususnya dan manusia di dunia umumnya, mendapatkan kehidupan yang lebih baik, kemakmuran, kerukunan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Aku akan mulai menggambarkan kehidupan di Surga dengan menceritakan perjalanan hidupku secara singkat hingga sampai di Surga.
Aku adalah seorang manusia biasa sama seperti manusia lainnya. Akupun memiliki keinginan, ambisi dan cita-cita pribadi. Aku bukanlah sosok yang sempurna, di dalam kehidupan duniawiku masih terdapat banyak kekuranganku, tetapi paling tidak aku melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip kebenaran yang aku miliki, dan akupun telah berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan apapun yang menurutku baik. Kalaupun ternyata ada pendapat sebaliknya mengenai apa yang kulakukan, itu adalah hal yang lumrah, perbedaan pendapat adalah sesuatu yang bersifat manusiawi.
Aku termasuk orang yang idealis. Sewaktu aku berada di dunia, aku memiliki setumpuk cita-cita dan segudang ambisi yang kuharapkan bukan hanya untuk diriku, tetapi bisa kuberikan untuk orang banyak.
Aku selalu berusaha mengisi kehidupanku dengan berbagai pengetahuan, karena menurutku seorang manusia tanpa pengetahuan akan seperti katak dalam tempurung.
Aku selalu berusaha mendapatkan pengetahuan apapun, baik melalui kehidupan sosialisasiku dengan orang lain, ataupun melalui media dan buku-buku berisi informasi apapun. Aku selalu tidak merasa cukup dengan pengetahuan yang kumiliki. Aku selalu merasa kekurangan dan selalu ingin lebih mendapatkan pengetahuan apapun. Pengetahuan yang bersifat ilmiah ataupun praktikal, selalu berusaha aku dapatkan. Tetapi pengetahuan hanyalah tinggal pengetahuan bila tidak bisa diterapkan atau dimanfaatkan untuk kehidupan sendiri maupun orang lain. Karenanya akupun melibatkan diri dalam aktifitas sosialisasi kemanusiaan dan lainnya. Sebagai satu sarana bagiku mengaktualisasikan diri sekaligus menerapkan dan mengembangkan pengetahuan yang telah kumiliki.
Akupun mempunyai cita-cita untuk menjadi orang besar, karena menurutku aktualisasi dan pengabdian diriku akan jauh lebih berarti diberikan kepada orang banyak sekaligus dibandingkan dengan segelintir orang.
Ternyata Yang Maha Kuasa memberikan kesempatan itu kepadaku dan mulailah tahapan dimana aku mengabdikan diriku untuk orang banyak.
Dengan konsep pengetahuan yang kumiliki, aku mencoba memberikan sesuatu yang bermanfaat dalam mencapai kehidupan yang lebih baik bagi orang lain. Aku maksimal dalam melakukan setiap aktifitas, walaupun bila pada akhirnya hasil yang kudapatkan tidaklah sesuai dengan harapanku, aku tidak akan kecewa, karena aku telah melakukan dengan seluruh kemampuan yang kumiliki. Bila pada akhirnya apa yang kulakukan masih jauh dari sempurna, akupun tidak menyesali karena paling tidak aku sudah mencoba daripada tidak mencoba sama sekali.
Itulah kehidupanku. Walaupun sedikit tetapi aku yakin telah memberikan sesuatu yang berharga untuk orang banyak, terserah penilaian setiap manusia, itu adalah hak mereka. Selama aku berjalan di atas kebaikan dan memegang prinsip hidupku, aku akan maju terus. Gagal atau berhasil adalah relatif. Aku serahkan penilaian akhir kepada Yang Maha Kuasa.
Selain menenggelamkan diriku dalam kehidupan dunia dan pengabdianku untuk orang banyak, akupun adalah seorang manusia yang selalu dahaga untuk mendapatkan pengetahuan tentang ketuhanan. Aku selalu berusaha mendapatkannya tidak peduli dari siapa, karena untuk pengetahuan tentang ketuhanan tidaklah sebatas hanya penilaian fisik, tetapi apa yang dia berikan atau sampaikan kepadaku.
Perjuanganku untuk mendapatkan kebenaran itupun tidaklah mudah. Aku mencari keberbagai tempat dengan berbagai kesulitan dan cobaan. Aku ikhtiar lahir dan batin dengan harapan dapat menemukan pengetahuan ketuhanan yang sebenar-benarnya.
Aku berusaha memperbaiki diriku, memang walaupun pada akhirnya ada pendapat kurang baik tentangku, aku menerimanya dengan senang hati, karena untuk mencapai kebenaran itu aku tidak memerlukan penilaian manusia. Aku hanya mengharapkan mendapatkan hidayah atau anugerah tentang kebenaran itu.
Aku sangat menyadari, bahwa kebanggaan dan kebahagiaan dalam mendapatkan materi kehormatan di dunia adalah bersifat sementara. Sedangkan kehidupan setelah di dunia itulah merupakan tempat kita yang sesungguhnya. Oleh karenanya selama kehidupanku, aku selalu berusaha untuk menemukan makna kehidupan ber-Tuhan yang sebenarnya. Agar kelak ketika aku kembali kepada-Nya aku mendapatkan tempat yang baik disisi-Nya.
Dalam menjalani kehidupan untuk mencari dunia saja, kita semua pasti mendapatkan halangan, ujian atau cobaan. Apalagi dalam mencari kebenaran tentang ketuhanan, tentulah ujian dan cobaan akan datang menerpa, disanalah ujian sesungguhnya berada. Apakah kita sebagai hamba Yang Maha Kuasa akan menyerah kepada ujian itu? Ataukah berusaha dengan segala kemampuan dan berhasil menjadi pemenang. Menjadi pemenang sesungguhnya yang mulia di dunia dan di akhirat.
Walaupun ketika aku masih dalam kehidupan di dunia, aku memang belum pernah mengetahui tentang keberadaan alam cahaya yang disebut Surga, tetapi aku sangat meyakini bahwa tempat bercahaya itu pastilah ada dan tidak mungkin didapatkan begitu saja oleh manusia tanpa sebuah perjuangan yang sesungguhnya.
Saudaraku sesama hamba Allah, pastilah akan menemukan kebenaran itu dan mengetahui bahwa apa yang kusampaikan itu adalah nyata. Tetapi permasalahannya adalah apakah diri menemukan kebenaran itu ketika masih berada di dunia? Ataukah ketika sudah memasuki kehidupan lain setelah kematian? Karena apabila diri mendapatkan bukti tentang kebenaran itu setelah mengalami kematian, maka akan menjadi sesuatu hal yang sia-sia belaka, karena selain alam bercahaya yang disebut Surga terdapat alam lain yang sangat gelap yang kondisinya adalah sebaliknya dari Surga.
Pada saat diri terpisah dari jasad maka selanjutnya adalah hanya bisa menerima, dimanakah tempat yang akan didapatkan setelah kematian itu, apakah memasuki alam bercahaya Surga ataukah alam lainnya. Karena kebaikan, amal dan perbuatan haruslah dilakukan ketika masih berada di dunia.
Aku berharap mudah-mudahan saudaraku sesama hamba Allah, akan selalu berjuang dan mencari pengetahuan kebenaran tentang ketuhanan itu. Sehingga kelak akan mendapatkan alam bercahaya yang menjadi harapan semua manusia yaitu Surga.
Puji syukur kepada Yang Maha Kuasa, karena saat ini aku telah mendapatkan hasil bahwa keyakinanku, perjuanganku, ujian yang kuhadapi telah menghantarkanku untuk mendapatkan tempat bercahaya itu.
Ya...setelah kematian datang kepadaku, ternyata tempat yang kudapatkan untuk melanjutkan kehidupanku yang lain adalah Surga. Setelah kematian datang kepadaku, beberapa waktu lamanya aku merasakan tubuhku melayang, yang menghantarkanku kesuatu tempat yang pada awalnya aku tidak mengetahui tempat apa itu.
Aku merasakan melayang melewati bintang-bintang. Kemudian aku memasuki sebuah lorong yang bercahaya sangat indah, dan aku berhenti disuatu tempat yang sama sekali tidak terdapat dalam pikiranku. Sebuah tempat yang begitu indah penuh cahaya dan warna-warni dimana-mana. Aku merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang sulit kugambarkan. Ternyata itulah Surga yang diberikan Yang Maha Kuasa kepadaku.
Di dalam Surga itu aku melihat dan bertemu dengan mereka yang juga beruntung sepertiku, mendapatkan tempat yang diharapkan semua manusia. Surga merupakan alam yang penuh dengan keindahan warna-warni bunga, buah dan pemandangan yang sulit dilukiskan.
Setiap manusia yang berada di Surga, mendapatkan rumah khusus atau tempat tinggal masing-masing. Di mana segala keinginan terhadap sesuatu dapat langsung diterima.
Manusia yang berada di Surga semuanya memancarkan wajah-wajah yang penuh kebahagiaan dan kedamaian tanpa terlukiskan ada beban pada mereka. Walaupun bila memiliki keinginan terhadap sesuatu dapat langsung diterima, tetapi kami semua di sini tidak memiliki keinginan bermacam-macam, karena kami merasakan sangat senang dan merasa cukup dengan kehidupan kami saat ini.
Mengenai pengetahuan bahwa Surga terdiri dari beberapa tingkatan ternyata memang benar adanya. Tetapi jumlah tingkatan yang ada dalam Surga jauh lebih banyak dari yang diketahui manusia. Surga dalam alam cahaya memiliki tingkatan-tingkatan mulai dari Surga tingkat pertama sampai tak terhingga. Akupun belum mengetahui tingkatan keberapakah yang dikatakan sebagai Surga tertinggi. Akupun baru saja mengetahui bahwa sebenarnya di atas Surga tertinggi itulah terdapat tempat yang paling mulia, yang menjadi tujuan tertinggi dari manusia. Sebuah tempat yang memiliki keindahan dan kedamaian yang jauh lebih tinggi dari semua yang ada dalam Surga tingkat keberapapun.
Walaupun aku sendiri telah mendapatkan tempat di Surga, tetapi pengetahuanku pun masihlah terbatas. Akupun mendapatkan semua pengetahuan, baik mengenai tempat yang ada di Surga maupun tempat yang paling mulia di atas Surga, kudapatkan semua pengetahuan itu dari seorang manusia, yang dengan izin bimbingan dan petunjuk Yang Maha Kuasa memiliki pengetahuan yang begitu luas. Seorang manusia yang tidak memiliki kepentingan pribadi atau pamrih apapun, dalam memberikan dan membimbing pengetahuan tentang ketuhanan yang benar. Seorang manusia yang mampu merangkul dan menyampaikan kebenaran kepada seluruh manusia, bukan hanya di negeri ini tetapi manusia pada umumnya. Karena pengetahuan kebenaran yang disampaikannya itu, memiliki satu tujuan yang tidak menilai sesuatu berdasarkan penilaian fisik.
Aku yakin bahwa manusia itu, yang memiliki pengetahuan ketuhanan yang benar dan anugerah kemampuan yang sangat mendalam, pastilah memang merupakan manusia yang dipersiapkan oleh Yang Maha Kuasa untuk menyampaikan kebenaran yang universal, yang hanya menyampaikan satu tujuan, bagaimana mencapai kebahagiaan di dunia dan kemuliaan di akhirat.
Bila saudaraku sesama hamba mencarinya diantara manusia yang dianggap terkemuka di dalam golongan masing-masing, maka tidaklah akan menemuinya. Karena manusia terpilih itu tidak pernah ingin menampilkan diri dalam kepongahan dan kebanggaan semu, seperti yang umumnya terdapat pada manusia yang dianggap dan merasa diri memiliki pengetahuan yang lebih dari yang lain. Dan manusia itupun tidak pernah mengharapkan apapun, apalagi sebuah nilai dari kehadirannya.
Tetapi bila saatnya tiba dan saudaraku semua berharap, yakin dan memohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa untuk mendapatkan bimbingan yang benar, maka pastilah dapat menemuinya.
Mudah-mudahan bila saat itu tiba kepada saudaraku semua, waktunya belumlah terlambat. Mudah-mudahan saudaraku semua dapat menemukannya dengan nurani, karena nuranilah yang berhubungan langsung dengan Yang Maha Kuasa, yang akan selalu membimbingmu dan memberi petunjuk kepada jalan yang benar.
( Selasa, 18 Juli 2005. Pkl 00.15 WIB. Membaca lembaran-lembaran bercahaya tulisan manusia yang sudah berada di Surga. )
BAB IV
GAMBARAN KEHIDUPAN DI SURGA
Segala sesuatu yang terdapat di Surga dapat dikatakan menyerupai segala sesuatu yang terdapat di dunia. Kalimat yang mengatakan bahwa, “Sesungguhnya terdapat kehidupan lain setelah kematian datang”, dapat dikatakan benar. Karena setelah mengetahui keadaan kehidupan setelah kematian datang, apa yang dirasakan seperti sebuah perpindahan alam, dari alam duniawi pada masa kehidupan, berpindah kepada suatu alam setelah kematian datang. Tetapi tentu saja walaupun dikatakan menyerupai dengan kehidupan di dunia, maka sesungguhnya keadaan kehidupan di Surga jauh melebihi apa yang ada di dunia.
Ketika pertama kali aku berada di Surga, aku melihat sebuah tempat yang sangat indah. Sepanjang jalan terdapat beraneka jenis tumbuhan yang tumbuh subur dan terdapat hampir diseluruh bagian Surga. Bunga-bunga yang tumbuh memiliki warna yang sangat beragam, semuanya memiliki bentuk yang berbeda, tetapi semuanya mengeluarkan wangi yang sangat harum semerbak. Bentuk dari bunga-bunga itupun kulihat menyerupai dengan bunga- bunga yang ada di dunia. Tetapi dari ukuran, warna-warna dan juga wangi yang dikeluarkan oleh setiap bunga benar-benar sempurna.
Bila di dunia terdapat bunga yang mengeluarkan wangi, ada pula yang tidak, ada yang berwarna menarik, ada pula yang tidak. Sedangkan yang terdapat di Surga semuanya berwarna begitu cerah, berwarna-warni dan semua mengeluarkan harum yang sangat menawan.
Selain bunga, disepanjang jalan juga dipenuhi oleh beraneka jenis pepohonan lainnya. Pohon-pohon itu memiliki keaneka- ragaman buah-buahan, yang sepintas pula mirip dengan buah- buahan di dunia tetapi tetap berbeda. Misalnya saja ada buah yang seperti buah anggur, tetapi dengan ukuran yang lebih besar dan rasanyapun benar-benar manis, dengan beraneka warna yang berbeda dari anggur-anggur tersebut.
Begitupun dengan pohon yang menghasilkan buah-buahan lainnya, semuanya dengan bentuk dan rasa yang begitu sempurna tanpa cela sedikitpun. Karena di sekitar dipenuhi oleh beraneka tumbuhan, bunga dan buah-buahan maka dapat dibayangkan betapa indahnya suasana yang terlihat disini.
Setelah melewati tumbuh-tumbuhan yang sangat menawan, akupun sampai disebuah tempat yang dipenuhi keberadaan rumah- rumah yang sangat teratur dan rapih. Bentuk dari rumah-rumah yang ada semuanya sama, bila diibaratkan dalam kehidupan di dunia, mungkin dapat dikatakan sebagai lingkungan perumahan.
Akupun sampai di depan sebuah rumah, kemudian akupun masuk ke dalam rumah itu, yang ternyata itulah tempat tinggalku setelah aku sampai di Surga. Di dalam rumah itu terdapat perlengkapan yang tersedia untuk kebutuhanku tinggal di rumah tersebut. Ada kursi tamu, tempat tidur dan sebuah permadani terhampar di sisi sebelah kanan tempat tidurku.
Untuk merasakan makanan dan minuman di Surga ini, aku hanya memikirkan tentang suatu makanan dan minuman, dan seketika pula telah terhidang makanan dan minuman di depanku.
Aku sangat terkejut karena begitu terbesit dalam pikiranku, maka saat itu pula langsung terwujud.
Makanan yang disajikan termasuk makanan ringan, yaitu berupa kue-kue dalam sebutan di dunia dan segelas minuman yang kurasakan seperti dari sari buah tertentu, tetapi aku tidak bisa menebaknya. Begitu aku selesai mencicipi hidangan, makanan dan minuman itu maka langsung hilang kembali. Begitulah yang terjadi. Setiap kali terbesit dalam pikiranku tentang sesuatu maka saat itu pula akan terwujud, dan kemudian akan langsung hilang kembali, begitu aku selesai atau tidak membutuhkannya lagi. Aku tidak mengetahui bagaimana hal itu bisa terjadi, tetapi memang seperti itulah yang selalu terjadi.
Keadaan alam di dalam Surga selalu terang benderang, seperti tidak ada pergantian hari sebagaimana yang terjadi di dunia. Keadaan di Surga ini selalu terang, bersinar, dan menebarkan kesejukan yang belum pernah kurasakan di dunia. Karena disini tidak ada kegelapan, seperti yang terjadi apabila malam hari di dunia. Sehingga aku tidak mengetahui telah berapa lama aku berada di Surga ini.
Walaupun aku bisa mendapatkan apa yang kuinginkan, tetapi aku tidak memiliki keinginan macam-macam, karena aku hanya merasakan kebahagiaan dan kedamaian berada di dalam Surga ini.
Memang sesekali aku teringat kepada keluargaku, tetapi aku tidak berani meminta untuk dapat melihat mereka semua. Karena saat ini aku sangat menyadari, bahwa apa yang akan didapatkan oleh setiap manusia tergantung kepada apa yang telah mereka lakukan, dan hal itupun tentunya berlaku pula untuk keluargaku.
Hal ini bukan berarti aku berlepas tangan terhadap mereka, aku telah melakukan upaya secara maksimal kepada mereka dahulu. Bagaimana keadaan mereka sekarang tentunya tetaplah tidak terlepas dari kekurang sempurnaan diriku sebagai manusia biasa dalam mengarahkan mereka. Selain juga karena langkah yang telah mereka pilih di dalam menjalani kehidupannya.
Aku sangat menyayangi keluargaku tetapi aku tahu aku tidak bisa berbuat apapun untuk mereka. Aku hanya berharap mereka menjalani kehidupan yang baik dan menempuh jalan yang benar, sehingga mudah-mudahan saja suatu saat mereka dapat menemukan jalan kebenaran yang sesungguhnya, yang dapat menghantarkan mereka untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Selain memikirkan tentang keberadaan keluargaku, ada hal lainnya yang begitu besar keinginanku untuk mengetahui keberadaannya, yaitu bagaimanakah keadaan kehidupan bangsaku dan jalannya pemerintahan di negeriku. Apakah segala sesuatunya berjalan lebih baik dari apa yang telah terjadi sewaktu aku masih berada di dunia. Seandainya bisa, aku hanya berharap dapat menyaksikan kemakmuran bangsa dan negeriku. Sebagai manusia biasa dan sebagai bagian bangsa dari negeriku, aku hanya bisa mengharapkan yang terbaik untuk kelangsungan hidup bangsa dan negeriku itu.
Saat ini aku tidak bisa berbuat apapun, dan akupun juga tidak berani meminta untuk dapat menyaksikan keberadaan bangsa dan negeriku saat ini. Ya...mudah-mudahan saja, bila tidak saat ini mungkin satu saat nanti, bangsa dan negeriku akan mendapatkan yang terbaik dan dapat mencapai kehidupan yang penuh dengan kemakmuran.
Aku menyadari kemakmuran bangsa dan negeriku itu, hanya akan bisa terwujud dan terlaksana ditangan seorang pemimpin yang mempunyai tekad kuat dan membaktikan dirinya lahir batin, untuk kemakmuran bangsa dan negeriku. Seorang pemimpin yang memegang tampu kekuasaan karena dorongan hati dan petunjuk Yang Maha Kuasa. Dan bukan dikarenakan oleh keinginan materi dan kebutuhan dihormati oleh orang banyak.
Aku yakin suatu saat nanti, pastilah Yang Maha Kuasa akan memilih seorang manusia yang dapat membawa bangsa dan negeriku ini, kepada kemajuan dan kemakmuran yang seutuhnya. Sebagai manusia yang pernah menjadi rakyat dan bagian dari suatu bangsa, sangat wajar bukan aku mengharapkan semua itu, tentang datangnya sebuah anugerah yang akan menyinari bangsa dan negeriku itu.
Kembali kepada kehidupan dan aktifitasku di dalam Surga ini. Aku menghabiskan waktuku di dalam tempat tinggalku ini. Aku selalu menghabiskan waktuku untuk menghadap kepada Yang Maha Kuasa, walaupun aku telah berada di dalam Surga. Aku merasa apa yang telah kulakukan itu, bukanlah suatu kewajiban tetapi kebutuhanku untuk selalu menghadap kepada Yang Maha Kuasa.
Aku melihat para penghuni Surga lainnya, dimana aku berada, juga menghabiskan waktu mereka untuk menghadap kepada Yang Maha Kuasa. Tidak ada yang merasa jemu ataupun lelah, karena segala sesuatunya berjalan tanpa dirasakan beban sedikitpun.
Sekali waktu, aku keluar dari tempat tinggalku, melihat pemandangan alam di sekitarku, dan juga bertegur sapa dengan penghuni lainnya yang berdekatan denganku. Hanya sebatas itu, kemudian akupun masuk kembali, dan yang lainnya pun kulihat juga sama sepertiku.
Sekali waktu, aku diberitahu begitupun dengan penghuni lainnya, untuk berkumpul di sebuah tempat atau bangunan menyerupai gedung yang begitu besar. Di sana seluruh penghuni Surga bertemu dan saling bertegur sapa. Tetapi tidak ada dalam ingatanku, apakah aku pernah mengenal penghuni lainnya ketika di dunia. Semuanya terasa baru dan kurasakan pertama kali bertemu dengan para penghuni surga seluruhnya.
Aku tidak tahu berapa waktukah pertemuan itu diadakan, dan berapa jedah waktukah antara pertemuan satu dengan pertemuan berikutnya. Dikarenakan tidak adanya pergantian waktu sebagai tolak ukur untuk menghitung waktu tertentu.
Kegiatan tersebut dipandu oleh seseorang yang bukan merupakan salah seorang penghuni surga seperti kami. Aku mengatakan bukan salah satu penghuni surga, karena yang memandu acara itu terlihat berbeda dari kami. Dari wujudnya memanglah menyerupai aku dan penghuni surga lainnya, tetapi dengan tubuh yang memancarkan cahaya, memancarkan keteduhan bagi yang melihatnya. Tutur bahasanya pun sangatlah sempurna. Pembawaannya tenang dan berwibawa.
Dalam pertemuan tersebut kami mendapatkan arahan, bermain musik, menyanyi dan aktifitas lainnya, yang dilakukan oleh seluruh penghuni surga yang hadir. Mengenai arahan dan kegiatan secara terperinci, aku belum dapat menyampaikannya, karena aku belum mendapatkan izin untuk itu. Bila sewaktu hidup di dunia saja, segala sesuatunya haruslah mengikuti sebuah peraturan. Di Surgapun terdapat peraturan untuk kebaikan kami dan tentunya dengan penuh kebijaksanaan dan kesempurnaan dalam penyampaiannya.
Dalam kegiatan itupun, kami semua mencicipi hidangan makanan dan minuman yang beraneka ragam. Semua musik dan nyanyian mengalun begitu merdu, padahal kami tidak pernah berlatih untuk memainkan alat musik ataupun menyanyi, tetapi segala sesuatu yang dirasakan begitu membahagiakan dan sempurna.
Setelah itupun kegiatan selesai dan aku kembali ke tempat tinggalku semula. Begitu aku keluar dari gedung dimana kegiatan berada dan aku memikirkan tempat tinggalku, maka saat itu pula aku telah sampai di depan rumahku dan akupun langsung masuk ke dalam rumahku.
Begitulah sekilas gambaran tentang kegiatanku sehari-hari dan akupun menunggu untuk kegiatan berikutnya, yang aku tidak ketahui berapa lamakah waktu antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya, karena waktu berjalan tanpa terasa dan semuanya terlihat sama.
( Jum’at, 22 Juli 2005, Pkl 02.00 WIB Membaca lembaran-lembaran bercahaya tulisan manusia yang sudah berada di Surga )
Selama aku berada di surga, telah beberapa kali aku menghadiri kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut merupakan suatu ajang untuk mengaktualisasikan diri kami, seperti diriku yang sangat senang apabila tiba waktunya untuk kegiatan tersebut diadakan kembali. Disanalah aku bisa berinteraksi dengan sesama manusia lainnya penghuni surga, berbicara tentang berbagai hal, walaupun semua yang dibicarakan itu bukanlah menyangkut masalah keduniawian.
Selain sebagai ajang untuk mendapatkan pengetahuan, juga menjadi sarana untuk menghibur diri kami semua, karena setelah kegiatan itu selesai, maka kami pun akan kembali ke tempat tinggal kami masing-masing dan menjalani aktivitas sendiri. Walupun di dalam kesendirian kami di tempat tinggal, kami tidak merasakan kesepian ataupun kesedihan, tetapi bagaimana juga, kegiatan yang diadakan tersebut tetaplah memiliki makna tersendiri untuk kami.
Pada kegiatan yang terakhir, kami semua mendapatkan informasi penting, yang diberitahukan oleh seseorang yang memandu kegiatan acara tersebut. Beliau mengatakan, bahwa tidak berapa lama lagi akan datang sebuah anugerah besar untuk kami semua. Sebuah anugerah yang sangat diharapkan oleh semua penghuni surga, karena hanya akan datang setiap kurun waktu yang sangat lama dan siapa yang akan mendapatkan anugerah tersebutpun, sangatlah tergantung kepada kriteria tertentu, yang telah ditentukan dan merupakan keputusan dari Yang Maha Kuasa.
Kami semua bertanya-tanya. Apakah anugerah terbesar itu? Karena khususnya untuk diriku, itulah pertama kali aku mendengarkan pengumuman tentang adanya suatu waktu, yang membawa keberkahan dan anugerah bagi kami. Aku mendengarkan dengan penuh tanda tanya dan akupun tidak berani untuk menanyakan kepada sesama penghuni surga. Jadi, aku mengharapkan mendapat penjelasan dari seseorang yang memandu kegiatan kami tersebut.
Ternyata, apa yang dikatakan sebagai anugerah besar yang hanya akan datang dalam kurun waktu yang sangat lama itu, adalah sebuah kesempatan, dimana semua penghuni surga akan mendapatkan kesempatan yang sama, untuk dapat meraih tempat yang lebih baik dari keberadaan kami saat ini.
Kesempatan untuk mendapatkan anugerah tempat yang lebih baik itu, memanglah tidak dibatasi, tetapi hasil akhir apa yang kami dapatkan, sangatah tergantung kepada usaha kami dan juga keputusan dari Yang Maha Kuasa, untuk memberikan kepada siapa yang terpilih.
Beberapa penjelasan yang disampaikan oleh seseorang yang memandu atau memimpin kegiatan kami itu, antara lain;
1.Telah turun sebuah kesempatan untuk semua penghuni surga, mendapatkan tempat yang lebih baik dari surga yang menjadi tempat tinggal kami saat ini. Kesempatan ini berlaku untuk siapapun manusianya dan berada pada surga keberapakah dia tinggal. Artinya, kesempatan untuk mendapatkan anugerah besar ini, berlaku untuk semua penghuni surga yang berada di surga tingkat pertama, hingga surga pada tempat tak terhingga.
2.Setiap manusia yang berada di surga, yang akan mendapatkan anugerah besar tersebut, maka secara otomatis manusia tersebut akan berpindah, satu hingga beberapa tingkatan surga, tergantung kepada usaha yang dilakukannya dan juga keputusan, penilaian dari Yang Maha Kuasa.
3. Penilaian yang menjadi syarat bagi kami agar bisa mendapatkan anugerah besar tersebut, adalah merupakan rahasia dari Yang Maha Kuasa. Tetapi paling tidak untuk kami, bahwa kami haruslah memperbaiki segala amal perbuatan dan ibadah kami, selama berada di dalam surga ini. Jadi, walaupun kami semua yang berada di dalam surga ini, termasuk aku, tidak mengetahui pasti apa yang harus kami lakukan untuk mendapatkan anugerah terbesar tersebut, tetapi kami berusaha melakukan yang terbaik semampu kami, dengan harapan besar bahwa kami bisa mendapatkannya.
Semua penghuni surga, termasuk diriku, sangat mengharapkan anugerah itu datang. Karena perasaan menunggu dan adanya harapan besar, sepertinya waktu yang diharapkan itu begitu lama datangnya. Walaupun sebenarnya tidak ada barometer tentang pergantian waktu yang pasti, tetapi kami semua merasakan waktu yang lebih lama dari yang biasa kami rasakan, mungkin karena hal itu datang dari dalam diri kami yang sangat menginginkan bisa mendapatkan anugerah itu. Kami pun hanya bisa berdo’a dan berharap, bahwa akan bisa mendapatkan anugerah itu dan menjadi manusia yang beruntung.
Aku menghabiskan waktuku dengan semakin mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa semampu yang aku bisa. Walaupun memang, selama inipun tidak banyak hal lain yang aku lakukan selain mendekat kepada-Nya. Aku berharap-harap cemas, apakah diriku akan menjadi salah satu manusia beruntung, yang bisa mendapatkan anugerah besar itu.
Akhirnya, waktu yang aku nantikan itupun tiba. Ada sebuah suara yang menghimbau kepada kami untuk bersiap-siap, karena kami semua akan datang kepada suatu tempat, yang menjadi tempat penentuan bagi kami semua.
Begitu aku merasakan siap untuk datang ke tempat itu, maka seketika itu pulalah tiba-tiba aku berada di sebuah tempat yang sangat besar dan indah. Sebuah tempat yang aku tidak ketahui berada pada bagian sebelah manakah dari surga tempat tinggalku saat ini. Dan tempat indah inipun, bukanlah tempat yang biasa aku datangi dalam menghadiri kegiatan yang telah biasa kami lakukan.
Aku melihat suasana begitu meriah, tetapi aku juga melihat wajah-wajah yang berharap cemas, akan keputusan yang akan didapatkan.
Semua berpakaian rapih dan indah, termasuk diriku. Disalah satu sudut ruangan, terhidang makanan dan minuman untuk kami semua. Dibarisan tengah, aku melihat, kursi-kursi yang telah ditata untuk kami semua yang hadir dan dibagian depan dari tempat duduk kami semua, ada tempat duduk lainnya yang hanya terdapat dua buah. Kemudian pada bagian sebelah kanan depan, juga terdapat beberapa baris kursi-kursi, yang aku tidak ketahui apakah maksud penataan dari keberadaan kursi tersebut. Apakah keberadaan kursi itu untuk manusia-manuia yang berbeda, ataukah hanya penyusunannya yang seperti itu, akupun tidak mengetahui.
Ketika aku melangkah kederetan kursi yang berada dibagian tengah dan merupakan tempat duduk untuk sebagian besar manusia yang berada di surga itu, ada seseorang yang menyapaku dan mempersilahkan aku untuk duduk dibagian kanan depan, bukan pada bagian tempat duduk yang sebelumnya aku tuju.
Aku pun melangkah menuju bagian tempat duduk yang telah ditunjukkan kepadaku. Di sana pun aku melihat telah ada manusia- manusia yang duduk di sana. Aku tidak mengenali mereka, karena memang kami semua yang ada di sini, satu dengan yang lainnya, apabila saling menyapa maka tidaklah menyebutkan nama, karena kami semua merasakan kedekatan dan sebagai saudara yang sesungguhnya.
Aku terus melangkah mendekati bagian kursi di sebelah kanan depan itu dan ternyata aku ditunjukan untuk duduk dibarisan terdepan, lalu akupun duduk disana. Aku melihat manusia-manusia lain yang tinggal di dalam surga ini telah berdatangan dan merekapun telah duduk di kursi masing-masing yang ditunjukan oleh seseorang.
Setelah kami semua telah hadir dan menempati kursi masing- masing, maka seseorang maju ke muka dan menyampaikan beberapa informasi. Mungkin seseorang itu yang disebut sebagai pembawa acara dalam kegiatan di dunia.
Seseorang itu, memandu kami untuk mengucapkan syukur atas keagungan dan kasih sayang dari Yang Maha Kuasa. Seseorang yang memandu acara besar inipun, juga mengatakan bahwa acara ini selanjutnya adalah merupakan privasi antara kami pribadi dengan Yang Maha Kuasa. Di mana, akan ada manusia-manusia yang beruntung mendapatkan anugerah tersebut dan ada sebagian manusia lainnya, yang mungkin mendapatkan anugerah itu dilain kesempatan.
Penentuan dari manusia-manusia yang beruntung mendapatkan anugerah itu adalah merupakan acara inti, yang akan dilakukan langsung, dengan pemberian cahaya kepada kami yang beruntung dari Yang Maha Kuasa. Sebelum kegiatan puncak atau acara inti, maka kami semua diharapkan saling berbagi dan mengingat dengan melibatkan diri kami semua dalam kegiatan ini.
Sebelum acara selanjutnya, seseorang itu mengatakan bahwa acara pertama akan dibuka oleh kata sambutan dari salah satu penghuni surga pada tingkatan ini. Dan ternyata, seseorang yang memandu acara itu, menunjuk kepadaku dan mempersilahkan diriku untuk maju ke depan, dan menyampaikan rangkaian kata, sebagai kata sambutan, yang mewakili dari para penghuni surga pada tingkatan ini.
Akupun sangat bahagia dan merasa sangat terhormat mendapatkan kesempatan itu, dengan segera akupun bangkit dan menuju kepada tempat yang telah disediakan, atau istilah podium bagi sebutan manusia di dunia.
Sambil berjalan menuju tempat atau podium yang telah disediakan, akupun memikirkan kata sambutan apa yang hendak aku sampaikan kepada saudaraku semua, sesama penghuni surga ini. Bersamaan dengan aku sampai di podium, maka aku telah menemukan kata-kata yang akan kusampaikan. Kata sambutan yang kusampaikan pada kesempatan itu, kurang lebihnya adalah sebagai berikut:
“Pertama-tama, aku menyampaikan salam kepada saudaraku semua. Assalamu’alaikum, salam sejahtera kepada saudaraku semua, sesama penghuni surga yang berbahagia. Mari kita memanjatkan puji syukur atas keagungan dan kasih sayang dari Yang Maha Kuasa, atas kesempatan bagi kita semua, untuk mendapatkan anugerah ini.
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa pada malam ini, Yang Maha Kuasa berkenan memberikan anugerah kepada kita semua, yaitu memberikan tempat yang lebih baik, dari keberadaan kita saat ini. Di mana anugerah itu adalah sesuatu hal besar yang sangat kita harapkan dan telah kita nantikan selama ini.
Berharaplah mendapatkan kasih sayang itu, dengan mendapatkan anugerah terbesar-Nya, kita harus yakin sekaligus pasrah akan apapun yang akan diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada kita. Karena yang harus kita ingat adalah bahwa saat inipun kehidupan kita jauh lebih baik dari pada saudara-saudara kita sesama manusia lainnya, yang entah berada di mana mereka saat ini. Sebagian dari mereka menempati surga yang lainnya seperti kita, tetapi sebagian dari merekapun banyaklah yang tidak beruntung, yaitu berada di suatu alam atau tempat yang tidak ada kebahagiaan sama sekali, bahkan mungkin saja penderitaan dan kesengsaraan yang harus mereka rasakan. Sekali lagi kita harus mensyukuri apa yang telah kita dapatkan saat ini.
Dengan mensyukuri dan mengingat betapa selama ini kita telah mendapatkan anugerah dan kebahagiaan yang begitu besar dari-Nya, maka ketika sebagian dari kita mendapatkan anugerah terbesar, dengan mendapatkan tempat yang lebih baik dari saat ini, maka hendaknya hal itu semakin membuat dirinya tunduk dan syukur akan keagungan dan kasih sayang- Nya.
Begitupun dengan sebagian dari kita, yang seandainya saat ini belum diperkenankan untuk mendapatkan anugerah besar itu. Kita pun tetap harus bersyukur dan berbahagia atas apa yang telah kita dapatkan, karena mungkin saja kesempatan itu akan datang lain waktu kepada kita.
Apapun yang akan kita dapatkan, hendaknya semua diterima dengan kebesaran hati dan syukur atas segala kehendak-Nya. Serta tetaplah yakin bahwa apapun yang akan kita terima, itulah yang terbaik untuk diri kita sendiri.
Dan ingatlah pula, bahwa selama ini kita semua telah menjadi keluarga besar, kita bersama-sama menjalani kehidupan di surga ini, beraktivitas, dan menghabiskan waktu bersama, menghibur diri, sekaligus mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa bersama-sama pula. Kebersamaan kita selama ini pun, adalah merupakan suatu hal yang besar, yang akan menjadi suatu bagian dari hidup kita.
Jadi, marilah kita tanamkan dalam diri kita, bahwa apapun yang akan kita dapatkan, kita tetaplah sebuah keluarga dan kita tetaplah merupakan hamba-hamba-Nya, yang telah mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian yang begitu besar. Kebahagiaan dan kedamaian yang tidak dapat diukur oleh apapun. Inilah untaian kata yang dapat saya sampaikan
kepada saudaraku semua. Tawa ataupun tangis yang akan kelak kita rasakan, hendaklah tetap menjadi pemicu untuk menambah keyakinan dan syukur kita, akan keagungan , kebesaran , dan kasih sayang Yang Maha Kuasa.
Tawa dan tangis yang bukanlah sebagai pemisah, tetapi tetap menyatukan kita semua sebagai hamba yang berbahagia. Yang mendapatkan anugerah besar selama ini apapun bentuknya. Dan yang terpenting, kita semua tetaplah keluarga besar di mana pun kita akan berada kelak. Keluarga yang disatukan bukan dengan fisik, tetapi direkatkan oleh tali kasih sayang yang sejati.
Salam berbahagia kepada saudaraku semua. Wa’alaikumsalam Warohmatullahi Wabarokatuh.“
Itulah rangkaian kata-kata yang kusampaikan dalam kata sambutanku. Walaupun aku terlihat tegas dalam menyampaikannya, sebenarnya ada kesedihan pula yang kurasakan sekaligus bercampur dengan kebahagiaan.
Tidak dapat kupungkiri, akupun tetaplah merasa cemas di samping pengharapanku yang begitu besar. Akupun tidak bisa membohongi diriku, ada rasa khawatir yang terbesit, seandainya aku tidak termasuk ke dalam manusia yang mendapatkan anugerah besar saat ini. Tetapi aku tidak berani membayangkannya dan akupun tidak ingin terhanyut kepada perasaan yang belum pasti adanya.
Setelah aku menyampaikan kata sambutanku, akupun kembali ke tempat dudukku semula dan sang pemandu acara itupun kembali kepada podiumnya. Sang pemandu acara itu mengatakan, acara selanjutnya adalah acara hiburan dan kreatifitas dari kami sendiri. Dan sambil menikmati hiburan yang akan disampaikan, kami yang hadir dipersilahkan untuk mencicipi hidangan yang telah disediakan.
Aku masih tetap duduk dikursiku. Aku belum ingin beranjak atau menikmati hidangan yang telah disediakan. Sambil tetap berada di tempat dudukku, akupun melayangkan pandangan ke seluruh ruangan.
Kulihat wajah-wajah bahagia sekaligus khawatir dari saudara- saudarauku. Aku sangat memahami, kami semua tengah merasakan kebersamaan, mungkin merupakan yang terakhir kali untuk sebagian dari kami, karena sebagian dari kami akan memasuki kehidupan yang berbeda.
Akupun memperhatikan semua yang hadir, tiba-tiba saja pandanganku menangkap sosok yang berbeda dan sepertinya aku mengenali seseorang yang hadir di sana.
Seseorang yang sejak awal dimulainya acara, berada di kursi kehormatan di bagian depan, yang hanya berjumlah dua kursi, terlihat berdiri dan menyambut seseorang yang baru hadir tersebut.
Kami semua tahu, seseorang yang sejak awal hanya duduk berdiam diri dikursi kehormatan itu, pastilah seseorang yang bukan manusia seperti kami, mungkin saja merupakan Utusan Mulia yang tengah memperhatikan kami semua. Tetapi mengapakah seorang Utusan Mulia itu berdiri dan menyambut dengan hangat seseorang yang baru saja hadir. Apakah seseorang itu merupakan bagian dari kami ataukah juga merupakan Utusan Yang Mulia. Aku tidak mengetahuinya, karena pandanganku tidaklah terlalu jelas, untuk benar-benar dapat mengenali siapa yang baru hadir itu, walaupun perasaanku mengatakan sepertinya aku mengenalinya.
Baru setelah Utusan Mulia dan seseorang itu berjalan menuju tempat duduk kehormatan, aku dapat melihatnya dengan jelas.
Ya Allah! Tuhan Yang Maha Agung! Bukankah itu manusia yang masih hidup, yang pernah mendatangi untuk bersilaturahmi denganku.
Aku begitu terpana melihat kehangatan dan kehormatan yang diterimanya, dari Utusan Mulia itu. Apakah seorang manusia yang pernah bersilaturahmi denganku itu telah tinggal di dalam surga ini pula, ataukah ada alasan lain, mengapa seseorang itu dapat hadir disini. Tentu saja aku sama sekali tidak mengetahui apa jawabannya.
Saat itu, aku sangat ingin sekali untuk segera menghampirinya. Tetapi aku mengurungkan niatku, karena aku melihat seseorang itu tengah duduk berdua dengan Utusan Mulia itu di kursi kehormatan dan sepertinya mereka tengah membicarakan seseuatu. Aku tidak berani menghampiri apalagi sampai mengganggu pembicaraan mereka. Jadi, aku menunggu ada senggang waktu untuk menghampiri seorang manusia itu.
Aku pun bertanya sendiri dan muncul berbagai pendapat dalam diriku. Apabila seorang manusia, apalagi manusia itu masih hidup, tetapi bisa sampai ke surga ini, menghadiri acara terbesar dan disambut sedemikian rupa oleh Utusan Mulia, maka siapakah kemungkinan manusia itu?
Jelas sudah jawabannya, tentulah bukan manusia biasa. Pastilah seorang manusia yang mendapatkan kemampuan, anugerah, dan hal besar lainnya dari Yang Maha Kuasa.
Aku dengan sabar memperhatikan dan mencari waktu untuk dapat menghampiri manusia yang pasti Manusia Mulia.
Sepertinya pembicaraan antara Utusan Mulia dan Manusia Mulia itu telah selesai, aku tidak mengetahui apa yang telah mereka bicarakan, karena jarak tempat duduk antara tempat dudukku dengan keberadaan mereka, terpisah cukup jauh.
Ketika kulihat Manusia Mulia itu berdiri dan sepertinya dihantarkan oleh Utusan Mulia itu untuk mencicipi hidangan, maka akupun segera berjalan kearahnya, untuk menghampirinya. Ternyata Manusia Mulia itu mungkin merasakan kehadiranku dan dia pun melihat kearahku. Manusia Mulia itupun mungkin terkejut pula melihatku.
Kami saling memancarkan wajah bahagia untuk pertemuan ini, kami lalu berjabat tangan dan saling merangkul, kemudian kami pun mencari tempat duduk, untuk dapat berbicara.
Aku tidak melihat Utusan Mulia itu, mungkin Beliau pergi, tetapi aku tidak berani menanyakannya. Pada saat kami duduk bersama, ada seseorang yang mengantarkan hidangan untuk kami dan meletakannya di atas meja di hadapan kami.
Sepertinya hidangan itu khusus disediakan untuk Manusia Mulia yang bersamaku, tetapi karena aku bersama dengan Beliau, maka aku pun turut mendapatkan hidangan itu pula.
Kami pun saling menanyakan kabar dan dengan perasaan tidak sabar karena keingintahuanku yang begitu besar, akupun bertanya kepada Manusia Mulia itu, mengapakah bisa berada ditempat ini? dan adakah suatu tujuan tertentu?
Manusia Mulia itu menjawab, bahwa dirinya hadir dalam malam anugerah besar itu, karena mendapatkan undangan khusus dari Utusan Mulia.
Utusan Mulia yang selama ini selalu memberitahukan sesuatu untuk apapun yang ditanyakan olehnya dan Utusan Mulia itu pulalah yang tadi menyambutnya ketika sampai dalam ruangan ini.
Ternyata Manusia Mulia itupun, ketika hadir, sempat berdiri melihat-lihat dahulu dan Manusia Mulia itupun sempat mendengarkan kata sambutan yang ku sampaikan.
Kami pun bersama-sama menikmati hidangan dan hiburan pada malam anugerah itu. Kami saling bersilaturahmi dan berbicara tentang beberapa hal.
Tidak berapa lama, Utusan Mulia itu datang, dan berbicara dengan Manusia Mulia itu. Kemudian Manusia Mulia itupun berbicara kepadaku, bahwa dirinya tidak dapat mengikuti acara ini hingga selesai, karena Manusia Mulia itu memiliki kepentingan lain dengan utusan mulia itu.
Selain itupun Manusia Mulia itu menjelaskan, bahwa acara puncak atau inti pada malam anugerah besar ini adalah merupakan suatu hal yang betul-betul privasi antara diri seorang hamba dengan Yang Maha Kuasa.
Manusia Mulia itupun mohon diri karena hendak melanjutkan perjalananya ke tempat lain besama dengan Utusan Mulia itu. Kami pun saling berpamitan, dan kujabat erat tangannnya. Dalam hatiku berkata, ternyata perasaanku sejak awal dengan manusia yang dapat mengunjungiku di dalam surga, pastilah bukan manusia biasa dan tanpa ijin dan kemampuan dari Yang Maha Kuasa, tentulah hal itu takan terjadi. Dan malam ini, perasaan dan pertanyaankupun menjadi nyata dengan kehadiran manusia itu di tempat ini.
Kemudian Manusia Mulia itupun pergi bersama dengan Utusan Mulia itu meninggalkanku. Sambil menuju ke tempat dudukku semula, aku masih sempat melayangkan pandanganku kepada mereka berdua.
Aku memperhatikan manusia mulia dan utusan mulia itu menuju ke kursi kehormatan.
Mereka duduk di sana sambil menikmati hidangan yang telah disediakan dan merekapun seperti membicarakan sesuatu, kemudian tak lama sesudah itu, mereka berduapun bangun dari tempat duduknya dan melangkah meningalkan ruangan ini.
Aku tidak mengetahui apapun, baik tentang pembicaraan, ataupun apa yang hendak mereka lakukan. Aku hanya berpikir dapat mengenal dan bersilaturahmi dengan seorang manusia mulia. Mudah-mudahan manusia mulia itu masih mau menyempatkan waktu untuk datang ke tempatku, karena aku tidak bisa datang ke tempatnya.
Tidak berapa lama kemudian, sang pemandu acara itupun memberi tahu kepada kami untuk berkumpul. Kami diminta untuk saling berjabat tangan satu dengan yang lainnya, lalu kami pun diminta untuk berdiam diri, mengingat, akan kebersamaan kami selama ini, karena sebentar lagi kami semua yang hadir akan memasuki puncak acara atau hakikat dari malam anugerah terbesar ini.
Kami semua diam dan merenung, tak terasa ada sesuatu yang bergejolak di dadaku, dan beberapa tetes air mata, mengalir di sisiku dan pastilah juga dirasakan oleh semuanya. Dalam keheningan itu, aku merasakan tubuhku melayang, berputar-putar, dan kurasakan suasana yang berbeda dari sebelumnya.
Aku tidak mengetahui, apakah semuanya merasakan hal yang sama, tetapi aku merasakan keadaan itu beberapa waktu, sebelum akhirnya aku memasuki sebuah lorong dan berhenti.
Kami semua yang tadinya memejamkan mata, diminta untuk membuka mata, ternyata kami berada di ruangan yang berbeda dari sebelumnya. Kami berada di sebuah tempat yang sangat dipenuhi cahaya beraneka warna dengan keindahan yang tidak dapat dilukiskan oleh apapun. Benar-benar keindahan dan kedamaian yang sempurna.
Kami semua mendengar, ada suara yang mengatakan, untuk kami memejamkan mata kembali dan bersiap untuk menerima anugerah yang akan turun sebentar lagi.
Pertanda bahwa diri kami mendapatkan anugerah itu adalah apabila kami merasakan ada sesuatu yang menerpa kami dan kami mendapatkan cahaya yang maha indah itu. Dan itu akan dapat kami lihat, bila pada saatnya nanti, kami diminta untuk membuka mata kami kembali.
Kami pun memejamkan mata kembali. Aku merasakan tubuhku bergetar hebat dan perasaan berbagai rupa, berbaur di dalam dadaku. Aku hanya dapat berharap dan menyebut keagungannya tanpa henti, dan berharap aku menjadi salah satu yang mendapatkan anugerah itu.
Aku merasakan tubuhku terus bergetar, kurasakan hawa dan sesuatu menerpaku, yang sulit untuk ku gambarkan. Aku merasakan seolah-olah sekelilingku berputar dan kembali aku merasakan sesuatu menerpa dan masuk ke dalam diriku.tubuhku terus bergetar dan akumerasakan tubuhku melayang ringan bagaikan kapas. Aku tidak bisa merasakan apapun. Tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu di atas kepalaku dan kurasakan masuk kedalam diriku. Kembali kurasakan tubuhku bergetar, seiring dengan masuknya sesuatu ke dalam diriku dan kemudian berhenti sejenak di dadaku dan menyebar ke seluruh tubuhku. Kemudian, getaran di tubuhku berhenti. Aku meraskan kekosongan dan kesunyian di sekitarku, seperti tengah memasuki ruangan hampa udara.
Aku tetap memejamkan mataku dan tidak berani membukanya sampai aku diminta untuk melakukan itu.
Aku merasakan angin berhembus begitu sejuk menerpaku setelah tadi aku tak merasakan apapun.
Tiba-tiba aku meraskan tubuhku diam, tanpa bergerak dan aku tak bisa merasakan tubuhku lagi. Setelah bererapa waktu dalam keheningan dan tidak merasakan apapun, semuanya kembali seperti semula dan tiba-tiba suara itu terdengar kembali.
Suara itu berkata dengan suara begitu berat dan berwibawa meminta kami untuk menyiapkan diri menerima apapun dan membuka mata kami kembali.
Dengan perlahan, akupun membuka mataku. Begitu aku membuka mataku, aku melihat kilatan cahaya yang menyilaukan mataku, sehingga untuk beberapa saat, mataku silau dan tak dapat melihat apapun.
Beberapa saat berselang, aku merasakan semuanya kembali seperti semula, tetapi terjadi perbedaan dari kami semua. Ketika aku menatap ke depan, aku melihat ada saudaraku yang dirinya seperti dibalut oleh pakaian bercahaya, ada pula yang dibalut dengan pakaian cahaya sekaligus ada bola cahaya di atas kepalanya, ada pula yang tetap seperti biasa, tanpa cahaya sedikitpun.
Aku belum menyadari dan mengerti apa makna dari semua pemandangan yang kulihat. Secara reflek, akupun melihat kepada diriku sendiri, ternyata aku melihat pakaian yang kukenakan semula, berubah menjadi pakaian bercahaya, benar-benar bercahaya. Ketika ku melihat tanganku, tangankupun bercahaya.
Cahaya yang melingkari tubuhku. Kami saling berpandangan satu dengan yang lain, walaupun kami dapat sedikit menduga apa yang telah terjadi dan apa yang akan kami terima masing-masing, tetapi masih ada sedikit keraguan, karena khawatir kami akan salah.
Aku melihat air mata menetes pada wajah-wajah saudaraku yang tidak bercahaya. Aku paham mereka pun pasti telah menyadari akan makna dari kejadian ini dan apa yang mereka dapatkan dengan perbedaan yang ada diantara kami.
Kami pun mendengar sebuah suara berkata kembali. Bahwa kami harus saling menyampaikan salam dan bersiap untuk memasuki kediaman kami yang baru.
Tanpa disadari, dari tetesan air mata yang mengalir, isak tangispun mulai terdengar. Ya, akupun meyadari dan mengerti perasaan mereka. Walaupun tempat ini merupakan tempat yang bahagia dan juga merupakan tempat yang sempurna, tetapi pastilah merekapun mengharapkan akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik pada malam anugerah ini.
Tiba-tiba saja, aku merasakan tubuhku melayang dari tempat dudukku dan ku lihat saudara-saudaraku yang bercahayapun, juga melayang. Sepertinya, kami yang mendapatkan anugerah, akan memulai perjalanan kami.
Aku bahagia, tetapi sekaligus haru memandang wajah saudaraku yang lain. Aku hanya bisa berkata, selamat tinggal saudaraku, aku tidak akan melupakan saudaraku semua dan semoga anugerah dan kebahagiaan selalu menyertai kita. Kemudian, dalam hitungan detik kami pun melesat dan melayang dengan kecepatan tinggi, memasuki sebuah lorong bercahaya.
Begitu cepatnya kami melalui lorong cahaya itu, sehingga kami tidak bisa merasakan tubuh kami sendiri dan tiba-tiba saja kami berada disuatu tempat. Tempat bercahaya yang besar dan indah. Lebih dari tempat sebelumnya dimana kami tinggal.
Beberapa waktu lamanya, kami berhenti dan terdiam di tempat indah itu. Aku tidak mengetahui berapa jumlah saudaraku yang sampai ditempat ini karena semuanya terjadi begitu cepat.
Kembali kami bergerak dan melayang, kemudian kami pun melesat kearah yang berbeda. Dalam kecepatan tinggi pula, tiba-tiba aku berada di dalam sebuah bangunan. Bangunan yang lebih indah dan lebih besar dari tempat tinggalku sebelumnya. Inilah tempat tinggalku sekarang. Tempat di mana aku akan melalui kehidupanku selanjutnya.
Setelah aku sampai di rumah yang menjadi tempat tinggalku yang baru, aku langsung berbaring di atas tempat tidurku, dan saat itu pula, aku merasakan tubuhku seperti tidak aktif merasakan apapun. Aku tidak melihat dan merasakan apapun lagi. Mungkin bila diibaratkan pada manusia hidup, aku seperti tertidur pulas, tidak sadar dan merasakan apapun lagi.
Aku tidak tahu berapa lama tubuhku nonaktif seperti itu. Ketika aku tersadar, ada makanan dan minuman terhidang didekatku. Aku langsung bangkit, menggerakkan seluruh tubuhku dan kemudian mencicipi hidangan itu.
Buah-buahan yang tengah kunikmati ini, sama percis dengan buah-buahan yang pernah ku nikmati pada surga sebelumnya di mana aku tinggal. Tetapi dari segi rasa, lebih manis dan bentuknya pun lebih besar.
Aku pun mengamati sekeliling dibagian dalam rumahku. Kursi, tempat tidur, dan semua yang ada di dalam rumahku saat ini, jauh lebih bagus dari yang terdapat di tempat tinggalku sebelumnya. Akupun melihat ke luar jendela, keindahan dari pemandangan, nyaris sama dari pemandangan dari tempat tinggalku dahulu, tetapi sepertinya, ada penambahan dari keragaman bunga yang ada di tempat tinggalku saat ini. Bangunan rumahku pun lebih besar dari bangunan tempat tinggalku dahulu, walaupun tidak terlalu banyak perbedaannya.
( Sabtu, 23 juli 2005. Membaca lembaran-lembaran bercahaya tulisan manusia yang sudah berada di Surga )
Aku tidak mengetahui pada surga keberapakah sekarang keberadaanku, karena pengetahuanku yang masih terbatas. Bila aku mengamati keadaan di sekitarku, semuanya terlihat tidak jauh berbeda dari surga tempat tinggalku dahulu. Walaupun memang dari keindahan tempat tinggalku saat ini dan juga keadaan alam di sekitarku, lebih indah dari yang ada di surga tempat tinggalku dahulu.
Apakah aku berada pada tingkatan surga yang tidak berbeda jauh dari tingkatan surga keberadaanku sebelumnya? Aku tidak bisa mengetahuinya secara pasti, tetapi aku sangat bersyukur atas karunia, sehingga aku mendapatkan anugerah besar ini yang diharapkan oleh semua penghuni surga yang berada di surgaku sebelumnya.
Aku masih dapat mengingat bagaimana kebahagiaan sekaligus kesedihan yang dirasakan oleh saudara-saudaraku sesama penghuni surga sebelumnya. Mudah-mudahan anugerah tidak pernah akan berhenti dari Yang Maha Kuasa kepada kami semua.
Apapun yang kudapatkan saat ini dan di manapun keberadaanku, aku yakin ini semua lebih baik dari sebelumnya dan merupakan karunia dari Yang Maha Kuasa.
BAB V
PERKENALANKU DENGAN MANUSIA TERPILIH
Seperti telah ku sampaikan sebelumnya, bagaimana aku menghabiskan kehidupanku dan menjalankan aktifitas sehari-hari. Walaupun aku tidak bisa membedakan antara hari yang satu dengan hari berikutnya. Akupun tidak tahu telah berapa lama pastinya aku berada di surga ini.
Aku sangat beruntung karena dapat bersilaturahmi dengan seorang manusia yang aku yakini bukanlah manusia biasa, tetapi mengemban suatu amanat langsung dari Yang Maha Kuasa.
Awal mula pertemuanku dengan manusia terpilih itupun merupakan suatu hal yang tidak pernah kuduga sebelumnya.
Ketika aku sedang mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, tiba-tiba aku mendengar suara ketukan di pintu tempat tinggalku, diiringi dengan sebuah salam. Tadinya aku tidak mempercayai pendengaranku, akupun melanjutkan kembali mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Kemudian aku mendengar suara ketukan dan salam itu kembali. Akupun menyudahi ibadah yang kulakukan saat itu, aku bangkit dan segera menuju ke pintu tempat tinggalku. Aku menjawab salam yang diberikan oleh suara seseorang yang tidak kuketahui siapa gerangan dan akupun belum bisa membayangkannya.
Ketika aku membuka pintu, aku melihat sesosok manusia yang dalam segi usia masihlah muda. Akupun segera mempersilahkannya untuk masuk ke rumahku. Kami pun segera menuju ke kursi, kemudian duduk sambil di dalam hatiku bertanya- tanya, siapakah gerangan manusia ini. Karena seingatku, aku tidak memiliki saudara sesama manusia yang tinggal di dalam surga ini seperti dirinya, tetapi mungkin saja pikiran dan ingatanku salah. Aku tidak ingin menduga lebih jauh, akupun segera menanyakan kepadanya siapakah gerangan dirinya. Berikut percakapanku dengan manusia terpilih itu.
MT = Manusia Terpilih; A = Aku
MT : “Assalamu’alaikum”
A: “Wa’alaikumsalam...Silahkan masuk!....Silahkan duduk saudaraku...! Maaf, siapakah gerangan saudaraku ini karena sepertinya aku baru melihat saudaraku pertama kali. Apakah saudaraku baru tinggal di dalam surga ini?”
MT: “Tidak manusia di alam cahaya! Aku tidak tinggal di dalam surga ini, karena aku adalah manusia yang masih hidup, yang tinggal di bumi.”
Aku terkejut mendengar jawaban dari manusia itu. Dalam hatiku berkata, manusia hidup? Yang masih tinggal di dunia? Mengapa bisa sampai datang ke surga ini? Tetapi karena aku tidak kuasa menahan keingintahuanku, maka pertanyaan di dalam hatikupun, aku lontarkan kepada manusia itu.
A: ”Maaf, saudaraku mengatakan manusia yang masih hidup. Bagaimanakah saudaraku bisa sampai ke surga ini?”
MT : “Semua itu merupakan anugerah dari Yang Maha Kuasa kepadaku, sehingga aku memiliki kemampuan untuk mendatangi alam‐alam cahaya, salah satunya surga di mana manusia di alam cahaya tinggal.”
Aku semakin terkejut sekaligus kagum kepadanya. Manusia yang mendapatkan anugerah langsung dari Yang Maha Kuasa. Siapakah gerangan dirinya? Apakah keistimewaan yang dimilikinya sehingga memiliki kemampuan seperti ini? Itulah pertanyaan yang terbesit di dalam hatiku.
A : “Siapakah saudaraku ini dan saudara kenal kepadaku?”
MT : “Nama saya…(Manusia yang mendapat petunjuk). Saya mengenal manusia di alam cahaya sebagai salah satu pemimpin bangsa. Karena sayapun tinggal di negeri yang pernah manusia di alam cahaya pimpin.”
A: “Jadi saudaraku ini berasal dari negeri yang sama denganku ketika aku masih hidup? Apakah yang telah saudaraku lakukan sehingga memiliki kemampuan dan anugerah sebesar ini dari Yang Maha Kuasa?”
MT: “Iya. Saya memang mendapatkan semua itu langsung dari Yang Maha Kuasa dan juga dari para orang tua dan utusan‐Nya yang mulia. Mungkin di lain waktu, saya akan menceritakannya kepada manusia di alam cahaya”
A: “Saudaraku, bolehkah aku bertanya? Karena saudaraku berasal dari negeri tempat tinggalku dahulu, bagaimanakah keadaan bangsa dan negeriku saat ini. Apakah keadaannya telah jauh lebih baik dari keadaannya saat kutinggalkan dahulu? Ataukah keadaan bangsa dan negeri yang kucintai itu dalam keadaan sebaliknya?”
MT: “Iya, Negeri kita sesungguhnya adalah negeri yang makmur dan sejahtera. Tetapi sayangnya, semua pemimpin setelah manusia di alam cahaya, hanyalah memikirkan kepentingan pribadi saja, sehingga mereka tidak menjalankan amanat untuk kesejahteraan rakyat.”
A: “Berarti keadaan bangsa dan negeriku, tidaklah baik saudaraku? Seperti apakah keadaannya, dapatkah saudaraku menjelaskannya kepadaku?”
MT : “Iya! Keadaan bangsa ini masihlah jauh dari apa yang diharapkan. Kita adalah bangsa yang kaya raya, tetapi karena dipimpin oleh orang‐orang yang tak bernurani, maka keadaan bangsa inipun seperti terpuruk.”
Aku sangat terkejut mendengar itu, tak terasa air mata seperti hendak menetes, karena aku tidak membayangkan dan tidak menyangka, bahwa keadaan bangsa yang kutinggalkan ternyata tidak lebih baik dari yang diharapkan.
A: “Aku sendiripun bukanlah pemimpin yang sempurna saudaraku. Aku tahu, dahulu masih banyak kekurangan dan kesalahan yang kulakukan. Tadinya aku sangat berharap, negeri yang telah dibangun dari air mata dan darah para pejuang, dapat diteruskan dan menjadi lebih baik ditangan para pemimpin‐pemimpin sesudahku. Aku sangat berharap, siapapun mereka yang memimpin negeri ini dapat memperbaiki segala kesalahan dan kekurangan yang telah kami semua lakukan dahulu. Tapi ternyata, keadaannya tidak seperti yang kami harapkan.”
Sebenarnya banyak yang hendak kutumpahkan saat itu. Tetapi kata-kata seperti tertahan ditenggorokanku. Aku tidak kuasa membayangkan. Karena selama ini aku tidak pernah bisa melihat kepada bangsa dan negeriku. Karena aku memang tidak memiliki kemampuan apapun untuk melakukannya.
Akupun terus memandang kepada manusia di depanku. Di tengah rasa kesedihan yang kurasakan, tiba-tiba saja di dalam dadaku ada suatu rasa seperti sebuah harapan yang mencuat di tengah keputusasaan. Harapan yang tiba-tiba saja mengarah kepada manusia di depanku. Dalam hatiku berkata, bila Yang Maha Kuasa saja telah membimbing dan memberikannya anugerah yang begitu besar secara langsung, berarti Yang Maha Kuasa pastilah mempunyai rencana tertentu terhadap manusia di depanku ini.
Apakah suatu saat keadaan negeriku sangat berhubungan dengan manusia di depanku? Tetapi semua itu tetap tersimpan di dalam hatiku. Aku tidak berani mengemukakannya kepada manusia di depanku itu. Tetapi entah mengapa tetap saja ada suatu perasaan tertentu yang sulit kulukiskan yang terus bergerak di dalam dadaku. Ya, mudah-mudahan saja apa yang kurasakan akan menjadi kenyataan dan benar adanya.
A: “Aku sangat bahagia sekali dikunjungi dan dapat bersilaturahmi dengan manusia lainnya. Apalagi seorang manusia yang masih hidup yang memiliki kemampuan sepertimu. Aku sudah lama tidak berkomunikasi seperti ini. Aku sungguh sangat senang dapat bertemu denganmu saudaraku. Sekaligus, akupun merasa bangga melihatmu sebagai generasi muda telah memiliki kemampuan seperti itu. Bolehkah aku menyampaikan pesan kepadamu saudaraku.”
MT : “Silahkan”
A: ”Aku sangat berharap sekali generasi‐generasi setelah kami, seperti dirimu saudaraku. Mudah‐mudahan saja di tangan generasi muda sepertimu, bangsa dan negara kita akan jauh lebih baik dari saat ini. Tetaplah menjaga semangat mudamu agar selalu membara. Semangat yang begitu besar dan tidak mudah putus asa terhadap apapun. Aku titipkan dan berharap kepadamu saudaraku, semoga kamu bisa meneruskan perjuangan dan usaha yang telah kami lakukan dahulu, walaupun masih jauh dari sempurna, tetapi janganlah biarkan air mata dan darah yang telah kami tumpahkan, menjadi tak berarti.”
MT : “Saya hanya manusia biasa Pak, bukan siapa‐siapa. Mengapa Bapak menitipkan bangsa dan negara ini?”
A: “Ya, saudaraku. Entah mengapa ada secercah harapan ketika aku melihatmu. Aku yakin! Dibalik kesederhanaan dan apa adanya dirimu saudaraku, kau pastilah menyimpan sesuatu yang besar. Karena, bila Yang Maha Kuasa memberikan anugerah dan kemampuan kepadamu, pastilah bukan tanpa maksud.”
MT : ”Saya‐kan sudah mengatakan Pak! Saya ini hanya manusia biasa. Tidak mengerti urusan negara. Mengapa Bapak tidak menyampaikan atau menitipkannya kepada pemimpin, ataupun keturunan Bapak?”
A: ”Selama aku di sini, aku belum pernah berhubungan dengan manusia hidup di dunia. Bagaimana mungkin aku bisa bersilaturahmi, sedangkan dengan keturunanku saja, aku tidak bisa. Sedangkan aku sendiri, tidak mampu untuk menghubungi mereka semua. Hanya saudarakulah manusia pertama dan mungkin pula satu‐satunya yang masih hidup yang bersilaturahmi kepadaku.Tadinya aku memang sangat berharap dapat melihat atau berkomunikasi dengan para keturunanku, tetapi kenyataannya seperti ini. Entah bagaimana keadaan dan apa yang tengah mereka lakukan”
MT : “Aku bisa saja dengan izin Yang Maha Kuasa memperlihatkan keadaan negeri ataupun keturunanmu, Pak. Tetapi mungkin lain waktu pada pertemuan berikutnya, karena aku hendak pamit untuk pulang kembal ke dunia.”
A: “Mengapa begitu cepat saudaraku? Aku sungguh sangat bahagia sekali dengan pertemuan kita ini. Aku berharap saudaraku akan mengunjungiku kembali.”
MT: “Mudah‐mudahan dengan izin Yang Maha Kuasa, dengan senang hati aku akan bersilaturahmi kembali. Baiklah Pak, aku pamit dulu. Assalamu’alaikum.”A: “Wa’alaikumsalam.”
Begitu manusia itu mengucapkan salam, maka secepat itu pula sudah tidak terlihat lagi di depanku. Akupun tidak sempat melihat kepergiannya karena sepertinya lebih cepat dari pada kedipan mataku.
Aku hanya dapat menggeleng takjub sekaligus bersyukur dan menyebut keagungan-Nya atas pertemuanku dengan manusia itu, yang mungkin saja merupakan manusia terpilih, yang kelak akan dapat membangun dan memajukan bangsa dan negeriku.
Itu adalah pertemuan pertamaku dengan manusia terpilih itu, yang selanjutnya disusul dengan pertemuan kedua, ketiga, dan seterusnya.
Terus terang saja, aku sangat mengagumi akan sosok manusia terpilih itu. Bila kulihat dari segi usia, masihlah terbilang muda. Tetapi telah memiliki kemampuan yang begitu besar. Akupun menjadi sangat ingin tahu kebaikan apakah yang telah dilakukan saudaraku manusia terpilih itu, di dalam mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dan dalam menjalankan aktifitas kehidupannya sehari-hari.
Ya, aku begitu sangat ingin tahu tentang amalan ataupun usaha tertentu yang dilakukannya, sehingga memiliki dan mendapatkan anugerah sedemikian rupa, yang bahkan akupun tidak membayangkan selama ini, bahwa seorang manusia yang masih hidup, dapat berkunjung ke dalam surga, tempat di mana orang- orang telah melewati suatu jalan yang disebut kematian.
Akupun tidak sabar untuk menunggu pertemuan-pertemuan selanjutnya. Karena apabila saudaraku manusia terpilih itu datang ke tempatku, kami selalu berkomunikasi dan aku merasakan sesuatu dalam diriku menjadi lebih hidup.
Saudaraku itu selalu memberikan informasi dan pengetahuan kepadaku. Pengetahuan yang sangat berharga bagiku. Karena pengetahuan tidak dapat dinilai dengan apapun.
Saudaraku manusia terpilih itupun juga selalu mengingatkanku tentang kebaikan yang harus aku lakukan. Saudaraku manusia terpilih itu, suatu hari memberitahukanku sekaligus mengingatkanku untuk lebih mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, karena saudaraku mengatakan tidak berapa lama lagi akan ada suatu anugerah langsung dari Yang Maha Kuasa, yaitu berupa anugerah untuk mendapatkan tempat yang lebih baik, atau dikatakan juga sebagai Kenaikan Tingkat Surga.
Pengetahuan mengenai keberadaan surga itupun aku dapatkan dari manusia terpilih karena pengetahuanku masihlah sangat terbatas sekali. Aku sendiri tidak mengetahui berada di surga manakah diriku ini, apalagi mengenai adanya pemberian anugerah kenaikan tingkat di surga itu, aku sama sekali tidak mengetahui.
Aku sungguh beruntung memiliki saudara seperti dirinya. Ya! Seorang manusia hidup yang pastilah terpilih untuk mengemban sesuatu dari Yang Maha Kuasa.
Ketika aku diingatkan oleh saudaraku itu tentang adanya suatu malam pemberian anugerah yang hanya akan didapatkan oleh sebagian dari kami yang tinggal di dalam surga ini, di mana ketentuan dan malam pemberitahuan anugerah itu berlaku untuk seluruh manusia yang berada di surga pada tingkat manapun. Ketika saudaraku manusia terpilih itu memberitahu sekaligus mengingatkanku, maka akupun semakin mendekatkan diri dan bermohon akan anugerah dari Yang Maha Kuasa. Saudaraku memberitahukan bahwa malam pemberian anugerah itu akan terjadi tiga atau empat hari ke depan hitungan waktu manusia di dunia. Walaupun aku masih bingung dengan apa yang dikatakannya, tetapi aku berusaha membuat apa yang kulakukan lebih baik dari waktu sebelumnya.
Akupun sempat bertanya dalam hati. Bila malam pemberian anugerah itu merupakan suatu hal yang sangat besar yang terjadi di surga, dari manakah saudaraku mengetahui akan hal itu? Kembali pertanyaan muncul di benakku.
Pertanyaan-pertanyaan yang walaupun tak kudapatkan langsung jawabannya, tetapi justru semakin memberikan suatu keyakinan kepadaku tentang keberadaan manusia itu. Ya! Semua pengetahuan yang dimiliki saudaraku itu sepertinya semakin memperjelas bahwa dirinya memanglah seorang manusia yang tengah dipersiapkan untuk melakukan suatu misi besar atau apapun sebutannya oleh Yang Maha Kuasa.
Ternyata peringatan dari saudaraku itu memang benar adanya, karena tidak berapa lama sejak pemberitahuan dari saudaraku itu, kami semua yang berada di surga ini mendengar sebuah suara yang mengingatkan kami untuk menyiapkan diri bahwa akan datang satu malam di mana setiap penghuni surga berkesempatan untuk mendapatkan anugerah terbesar, yaitu bisa mendapatkan tempat yang lebih baik dari surga yang telah kami tinggali saat ini.
Akupun sangat mengharapkan datangnya malam pemberian anugerah itu, sekaligus akupun menantikan pertemuan-pertemuan berikutnya dengan saudaraku itu, manusia terpilih.
Ketika tiba waktunya malam anugerah, ternyata aku menjadi salah satu manusia yang beruntung mendapatkannya, sehingga aku bisa berada ditempatku sekarang ini. Keberhasilanku mendapatkan malam anugerah itu, dengan memperoleh surga yang lebih baik dari keberadaanku sebelumnya, selain dikarenakan kasih sayang dan kehendak Yang Maha Kuasa, juga tidak terlepas dari manusia tepilih itu, karena berkat pemberitahuannya kepadaku, aku menjadi lebih siap dan berusaha melakukan yang terbaik, agar aku bisa mendapatkan anugerah itu.
Setelah malam anugerah tersebut, aku bertemu kembali dengan manusia terpilih itu. Pertemuan itu tetap terjadi di tempat tinggalku saat ini, manusia terpilih itulah yang mampu datang menemuiku, sedangkan aku tidak bisa bepergian ke tempat lainnya, selain surga tempat keberadaanku saat ini.
Aku sangat senang sekali dapat kembali bertemu dengan manusia terpilih itu. Pertemuan kali itu sangatlah singkat, karena sepertinya manusia terpilih itu hendak berpergian atau mengunjungi tempat lainnya dan hanya mampir menemuiku, di tempat tinggalku.
Manusia terpilih itu menyampaikan salam atas keberhasilanku mendapatkan anugerah itu dan beliaupun mengatakan bahwa saat ini aku berada di surga tingkat kedelapan. Jadi, aku mengalami kenaikan tingkatan surga, satu kali di atas surga tempatku sebelumnya, yaitu surga ketujuh.
Saudaraku itupun mengatakan, bahwa di atas surga kedelapan ini, masih terdapat banyak surga-surga lainnya. Di mana semua itu merupakan tingkatan-tingkatan yang secara bertahap menghantarkan manusia kepada suatu tempat yang menjadi tujuan sesungguhnya.
Aku belum terlalu memahami, apa yang disampaikan oleh saudaraku manusia terpilih itu, akupun menanyakan penjelasan lebih lanjut mengenai apa yang disampaikannya. Tetapi saudaraku itu tersenyum dan mengatakan, bahwa dilain waktu pastilah saudaraku itu akan menjelaskannya kepadaku dan dengan izin Yang Maha Kuasa pula, saudaraku itupun akan memperlihatkan surga- surga lainnya kepadaku. Ya, mudah-mudahan saja Yang Maha Kuasa berkenan, sehingga aku bisa mendapatkan pengetahuan yang begitu tinggi dan merupakan pengetahuan kebenaran, yang selama ini masih merupakan rahasia besar bagi manusia. Sebuah rahasia tentang keberadaan alam-alam cahaya yang akan menghantarkan manusia kepada Yang Maha Kuasa.
Setelah menyampaikan hal itu, maka saudaraku pun mohon diri untuk melanjutkan perjalanannya. Aku tidak mengetahui hendak kemanakah saudaraku itu, tetapi aku tidak berani untuk menanyakannya. Walaupun terus terang, aku merasa tidak puas dengan pertemuan yang sangat singkat ini. Karena, setelah aku tidak lagi berada di dunia dan kemudian tinggal di dalam surga, baru dengan saudaraku manusia terpilih itu aku bisa berkomunikasi tentang banyak hal, terutama tentang pengetahuan yang maha tinggi yang belum pernah aku ketahui sebelumnya.
Aku yakin, pertemuanku dengan saudaraku itu merupakan pertemuan yang berharga, karena selalu saja ada informasi dan pengetahuan tinggi, yang disampaikan oleh saudaraku mengenai apapun. Akupun kembali merasa senang sekaligus kagum kepada saudaraku itu.
Dibandingkan dengan usianya yang terbilang muda, tetapi telah mengetahui kemampuan dan pengetahuan yang begitu tinggi.
Siapakah yang telah membimbing dan mengajari saudaraku itu tentang semua kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya? Seandainya saja dahulu, aku dapat bertemu dengan seorang guru mulia seperti itu yang membimbing dan mengajariku, bukan hanya sebatas hal-hal yang bersifat duniawi, tetapi jauh lebih mendalam, hingga sampai kepada pengetahuan ketuhanan yang benar. Tetapi, semua itu sudah tidak mungkin bagiku untuk mendapatkan pengajaran dari seorang guru lainnya. Tetapi, aku tetap optimis dan mempunyai sebuah harapan besar, bahwa saudaraku akan memberikan dan mengajariku tentang pengetahuan yang dimilikinya. Itulah harapan terbesarku saat ini. Semoga saja Yang Maha Kuasa mengabulkan harapanku itu dan menghantarkan manusia terpilih itu untuk mengajariku.
Waktu terus berlalu dan sepertinya cukup lama pula aku tidak bertemu dengan saudaraku manusia terpilih itu. Akupun kembali menjalani aktifitas kehidupanku di sini, seperti biasanya.
Beberapa waktu setelah aku tinggal di surga tingkat kedelapan ini, aku datang kepada sebuah kegiatan yang menjadi rutinitas, untuk menyambut semua penghuni surga yang baru. Dalam pertemuan itu, kami saling bersilaturahmi, berkomunikasi, di mana acaranya hampir sama pada saat malam perpisahan sebelum aku berpisah dengan saudara-saudaraku sebelumnya, di surga tingkat ketujuh.
Aku bertanya kepada diriku sendiri, mengapa sudah cukup lama saudaraku itu tidak mengunjungiku. Tetapi aku menyadari, bahwa pertemuanku dengannya juga merupakan sebuah karunia. Aku tidak boleh terlalu mengharapkan segala sesuatunya terjadi sesuai dengan keinginanku. Dan aku menyadari pula, bahwa sebagai manusia yang masih hidup, tentunya saudaraku itupun banyak melakukan aktifitas dan kegiatan dalam rangka mencapai tujuannya sendiri. Tentunya saudaraku itupun memiliki kesibukan, baik dalam mencari duniawi, bersosialisasi, dan tentunya menjalani kehidupan bersama keluarga. Semua itu adalah hal manusiawi, yang pasti dilakukan oleh siapapun yang masih hidup di dunia, seperti yang aku lakukan pula ketika aku belum menemui kematian. Apalagi tentunya bagi manusia seperti saudaraku itu, bukan hanya memiliki kesibukan yang bersifat duniawi, tetapi pasti memiliki pula kegiatan lain yang berhubungan dengan ketuhanan.
Aku sangat memahami semua itu, tetapi aku sangat mengharapkan saudaraku itu tidak melupakanku dan suatu saat nanti akan kembali mengunjungiku, untuk bersilaturahmi dan menyampaikan pengetahuan lainnya.
Pada suatu saat, ketika aku sedang berbaring setelah selesai mendekat kepada Yang Maha Kuasa, tiba-tiba aku mendengar ketukan dan salam di muka tempat tinggalku. Akupun langsung bangkit dengan perasaan begitu senang, karena aku langsung berpikir, mudah-mudahan saja yang bersilaturahmi mengunjungiku adalah saudaraku. Dengan bergegas, akupun segera menuju pintu dan dengan cepat pula aku memberikan salam sambil membukakan pintu.
Ternyata harapanku untuk dapat bertemu dengan saudaraku itu, dipenuhi oleh Yang Maha Kuasa. Aku sangat senang melihat keberadaan saudaraku, manusia yang terpilih, berada di dalam rumahku.
Akupun menjabat erat tangan saudaraku itu, dengan perasaan yang begitu senang, karena dapat berkomunikasi kembali, sekaligus akan mendapatkan pengetahuan pula tentang hal lainnya. Akupun mempersilahkan saudaraku itu untuk duduk dan menanyakan bagaimana kabarnya selama ini.
Saudaraku itu mengatakan keadaannya baik-baik saja dan saudaraku itupun menanyakan pula keadaanku. Seperti memahami perasaanku, saudaraku itupun menyampaikan maafnya bila lama tidak bersilaturahmi kepadaku, dikarenakan banyak hal yang telah dilakukannya.
Aku yakin, saudaraku itupun pastilah mengetahui betapa aku sangat mengharapkan pertemuan dengannya, sebagai sesuatu yang berharga.
Kami pun berbicara banyak hal. Tentang pengalamanku dalam perjalanan untuk mendapatkan pengetahuan tentang ketuhanan yang benar. Bagaimana untuk mendapatkan semua itu, aku telah mengorbankan waktu, tenaga, pikiranku, dan semua yang ku miliki. Semua itu tidaklah berarti apa-apa dibandingkan bila aku mendapatkan sebuah pengetahuan tentang ketuhanan yang benar. Untuk mendapatkan semua pengetahun itu, aku berpergian dari satu tempat ke tempat lainnya dengan harapan dapat bertemu seseorang yang akan membimbingku kepada kebenaran.
Aku mencari pengetahuan itu, bukan hanya sebatas pada tempat-tempat yang mudah dikunjungi, tetapi aku lebih banyak mencari kepada tempat-tempat yang sulit dijangkau, seperti pedalaman, pegunungan, pantai, dan tempat-tempat lainnya, dengan harapan, suatu saat nanti perjalananku itu akan memberikan hasil. Walaupun banyak ujian dan cobaan yang datang kepadaku,
aku tidak menyerah dan berputus asa untuk tetap menggapai harapanku mencari kebenaran. Kesukaran dan kesulitan yang telah ku hadapi dalam setiap perjalananku itu, justru menjadi cambuk yang memotivasi diriku, untuk lebih berusaha dan bermohon, agar Yang Maha Kuasa menunjukkan jalan kepadaku dan membimbingku kepada seseorang yang mampu menyampaikan kebenaran itu.
Aku yakin! Yang Maha Kuasa itu adalah sesuatu yang pasti! Seperti keberadaan alam ini. Yang berarti, pencapaian kebenaran tentang ketuhanan itu haruslah pula sesuatu yang pasti!
Aku memang belum mengetahui kepastian apakah yang menjadi barometer bahwa pencapaianku tentang ketuhanan telah berhasil. Tetapi dengan tekad dan keyakinan, bahwa Yang Maha Kuasa-pun akan melihat, bahwa kesungguhan yang kulakukan bukanlah dibibir saja, bukan pula sebatas kegiatan fisik, tetapi karena tuntutan dan kebutuhan diriku, lahir dan batin.
Semua usaha dalam perjalananku mencapai kebenaran itu adalah merupakan kerinduan seorang hamba terhadap Tuhan-nya. Kerinduan yang suatu saat nanti pastilah berbalas.
Walaupun aku melakukan pencarian dan perjalanan dalam menemukan pengetahuan tentang ketuhanan yang benar, bukan berarti aku mengabaikan kehidupan fisik dan keluargaku. Aku tetap memenuhi kewajibanku sebagai seorang kepala rumah tangga, sebagai seorang ayah, sekaligus sebagai seorang bapak bangsa.
Untuk kehidupan duniawiku pun, aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarga dan lingkungan sekitarku. Aku selalu berusaha memenuhi atas seluruh kewajiban yang harus kulakukan. Akupun secara maksimal memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mencapai dan menyelesaikan urusan duniawiku. Kalaupun pada akhirnya ternyata hasil yang diharapkan tidaklah seratus persen, aku tidak kecewa. Karena yang terpenting adalah bagaimana aku telah berusaha sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan dan pengetahuanku untuk menyelesaikan seluruh aktifitas duniawiku.
Keberhasilan dan kegagalan, menurutku adalah sesuau hal yang bersifat relatif, tergantung dari sudut pandang mana menilainya. Hasil akhir memanglah penting, tetapi proses untuk mencapainya pun adalah sesuatu hal yang jauh lebih penting. Karena dalam proses itulah akan terlihat, bagaimana seseorang telah mencurahkan segala kemampuan, kesungguhan, dan kerja kerasnya dalam mencapai sesuatu. Kalaupun pada akhirnya hasil yang dicapai tidaklah sempurna, tetapi yang lebih penting adalah bahwa diri telah melakukan yang terbaik yang mampu dilakukannya.
Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap masalah yang dihadapi, untuk membuat diri lebih pintar dan lebih bijak dalam menyikapi masalah berikutnya.
Setelah semua usaha dilakukan, maka selanjutnya adalah jujur terhadap diri sendiri, akan sejauh mana keberhasilan dan kegagalan yang telah dilakukan. Agar diri menjadi lebih terbuka dalam menerima masukan dan perbaikan dari siapapun.
Manusia tidaklah sempurna, apalagi diriku yang sering kali menghadapi masalah yang kapasitasnya jauh melebihi kemampuanku. Beban beratpun terpikul dipundakku, karena dalam menyelesaikan semua masalah itu, aku bukan hanya memikirkan diri sendiri, tetapi ada orang lain yang akan dipengaruhi oleh keberhasilanku dalam mengatasi masalah itu. Disisi lain pun, keluarga menanti dengan masalah yang terkadang pula muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Sering kali dalam satu waktu, pikiranku bercabang sekaligus. Di mana, masing-masing masalah itu menuntut penyelesaian yang terbaik dalam waktu yang hampir bersamaan.
Sekali lagi, aku tetaplah manusia biasa, yang sering kali pula aku salah dalam melakukan dan membuat sebuah keputusan, walaupun tadinya aku berpikir, apa yang aku lakukan itu adalah yang terbaik.
Itulah kehidupan! Ketika diri melakukan suatu kebaikan yang dapat dirasakan, bukan hanya oleh diri sendiri, tetapi oleh orang banyak. Namun sepertinya hal itu akan dirasakan sebagai sesuatu yang biasa saja menurut pendapat orang. Hal ini berbeda ketika diri melakukan suatu kesalahan, sepertinya hal itu akan menjadi sebuah vonis atau harga mati yang diberikan kepada diri dan akan terus diingat sebagai kesalahan yang fatal, walaupun sebenarnya, semua itu dikarenakan keterbatasan sebagai manusia biasa.
Seandainya dapat menjelaskan secara jujur, dibalik kesalahan
paling besarpun, sesungguhnya terdapat kerja keras, mencurahkan tenaga dan pikiran, dengan asumsi itu adalah keputusan yang baik. Bila hasil akhirnya ternyata tidaklah sesuai dengan perkiraan, sebenarnya itupun adalah hal yang lumrah, karena sebagai manusia biasa, yang terbatas akal dan pikirnya, sehingga sering kali tujuan meleset dari perkiraan semula.
Bila memikirkan itu semua, maka segala kesalahan akan selalu menjadi beban yang terbawa dalam diri, kemanapun dan di manapun berada. Perasaan bersalah yang akan terus mengelayuti walaupun itu sebenarnya bukan hal yang disengaja, karena tidak ada seorang manusiapun yang mengharapkan kegagalan ataupun kesalahan.
Tetapi begitulah sifat manusia. Ketika diri melakukan kesalahan, akan berusaha menutupi, tetapi ketika orang lain yang berbuat salah, maka akan menjadi orang yang paling sibuk, untuk menjadikan kesalahan itu sebagai konsumsi umum dan terus dibicarakan seolah tiada habis. Padahal, kesalahan itu, ataupun kegagalan itu, belum tentu sepenuhnya karena kesalahan diri, tetapi bisa menjadi sebuah hasil yang direkayasa oleh orang lainnya, untuk melempar batu sembunyi tangan, sehingga kesalahan itu akan terlihat menjadi kesalahan orang lain dan orang lain itulah yang akan terus dipandang sebagai orang yang melakukan kesalahan dan kegagalan.
Ketika kita divonis melakukan kesalahan karena memang diri yang membuatnya, maka dengan lapang dada kita pun akan lebih mudah menerimanya. Hal ini akan jauh berbeda dan menjadi masalah tersendiri ketika kesalahan itu bukanlah diri yang melakukan, tetapi getah dari kesalahan itu akan terus menerus dibebani dan ditanggung oleh diri. Saat itulah, sesuatu akan menjadi sebuah beban yang sangat besar, karena siapapun orangnya, tidak akan bisa menerima hal seperti itu. Tetapi sudahlah. Apapun yang terjadi dan dialami dalam kehidupan, semua itu akan menjadi pengalaman sebagai bahan pembelajaran diri untuk menjadi lebih dewasa dan lebih bijak dalam menyikapi suatu masalah. Yang terpenting adalah bukan terletak kepada penilaian orang terhadap hasil yang telah dilakukan, tetapi yang terpenting adalah sejauh mana diri telah melakukan semua itu secara maksimal, dengan mencurahkan segala kemampuan dan memberikan yang terbaik.
Aku adalah manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan. Begitupun dalam menjalani seluruh aktivitas dalam kehidupanku dahulu, aku memiliki banyak kekurangan dan juga keterbatasan sebagai manusia biasa. Tetapi dengan segala keterbatasanku itu, setidaknya aku telah berusaha melakukan segala sesuatu semampuku dan memberikan yang terbaik yang aku bisa berikan, baik untuk diriku sendiri, keluarga, dan orang-orang di sekitarku.
Dalam menjalankan seluruh aktivitas kehidupanku, aku berusaha untuk dapat berbuat sesuatu bukan hanya untuk diriku, tetapi untuk orang lain sebanyak mungkin yang aku bisa. Walaupun bisa saja menurut pandangan orang lain apa yang aku lakukan itu adalah sesuatu yang salah atau memiliki banyak kekurangan. Aku sangat menyadari akan hal itu dan juga konsekuensi yang aku terima atas seluruh tindakan yang aku lakukan. Tetapi, apapun menurut pendapat manusia lainnya, aku menerimanya sebagai sesuatu hal yang wajar.
Semua perbedaan pendapat dan pandangan antara manusia satu dengan manusia lainnya, merupakan hal yang lumrah dan pasti terjadi dalam setiap sendi kehidupan. Yang terpenting adalah, bagaimana diri telah berusaha dengan segala kemampuan dan juga tetap memegang prinsip-prinsip hidup yang aku miliki.
Sebagai manusia, aku mempunyai cita-cita tertentu dan juga pandangan hidup, maupun prinsip yang aku yakini kebenarannya dan aku tidak akan menyimpang dari prinsip hidup yang telah aku pegang dengan alasan apapun. Bukannya karena aku bersikap egois dan tidak memperdulikan pendapat orang lain, tetapi aku lebih baik tetap memegang prinsip hidup yang aku yakini dan telah aku lakukan selama ini, daripada aku mengharapkan pujian, simpati atau apapun yang bersifat semu yang berasal dari manusia lainnya, dengan meninggalkan prinsip-prinsip yang sebelumnya aku jalani.
Aku sangat bahagia dan juga bangga apabila aku selalu dapat melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip yang aku pegang, karena lebih baik aku mendapatkan pandangan yang berbeda dari manusia lainnya, bahkan mungkin mendapatkan sesuatu hal yang dipersalahkan. Walaupun sebenarnya bukan merupakan kesalahanku secara mutlak, tetapi aku akan tetap menerima semua itu dari pada aku harus bersifat munafik dan mengikuti apapun yang diinginkan oleh manusia lainnya.
Aku merasa lebih baik mendapatkan kecaman, bahkan mungkin hinaan dari manusia lainnya, daripada aku harus meninggalkan prinsip hidupku. Karena aku tidak mengharapkan pujian dan pembenaran dari manusia, karena Yang Maha Kuasa pastilah lebih mengetahui apa niat yang terkandung di dalam diriku pada saat aku melakukan sesuatu.
Begitulah adanya diriku sebagai manusia biasa, tetapi manusia yang memiliki prinsip-prinsip yang akan tetap aku jalani dalam kehidupanku sampai kapanpun. Aku justru merasa kasihan kepada manusia-manusia lain yang rela menggadaikan harga diri dan menginjak prinsip hidupnya, hanya untuk mengharapkan pujian ,materi, ataupun jabatan tertentu dalam pandangan manusia. Mereka itulah orang-orang yang hanya merasakan kebahagiaan semu, karena bagaimanapun jauh di dalam diri mereka, pastilah merasakan jeritan karena harus berbohong kepada diri sendiri dengan meniadakan harga diri dan juga menghapus prinsip hidup yang telah susah payah dibangunnya. Karena bagaimanapun mereka dengan terpaksa harus menjalankan dua peran, di mana satu peran mereka sebenarnya ingin menjadi diri sendiri, tetapi di sisi lain mereka harus berperan menjadi seseorang yang diinginkan oleh orang banyak.
Begitu banyak kujumpai sewaktu aku masih hidup, manusia- manusia yang memiliki sifat seperti itu. Membohongi diri sendiri dan juga orang lain, menggadaikan harga diri, dan merobek-robek prinsip hidupnya.
Oleh karenanya, aku berharap kepada saudara-saudaraku manusia lainnya, hendaklah memperjuangkan selalu apapun yang menjadi prinsip hidup bagi dirimu. Dalam memperjuangkannya, bisa jadi berbagai ujian akan datang menerpamu, tetapi apapun hasil yang kau dapatkan selama dirimu memegang prinsip hidupmu, maka kamu akan merasakan kebahagiaan tersendiri. Sebuah kebahagiaan yang tidak dapat diukur dan dinilai dengan apapun.
Jangan biarkan prinsip hidupmu mati di tangan orang lain, apalagi di tangan diri sendiri, karena kamu akan merasakan sesuatu yang berharga hilang dari dirimu dan pada saat itulah kamu akan merasakan ketidakberartiaan dirimu sebagai manusia tanpa prinsip.
Aku tidak merasa diriku paling benar, karena aku mengatakan semua ini hanya mengingatkan dan berbagi rasa apa yang telah aku alami sebelumnya.
Sewaktu kehidupanku dahulu di dunia, aku telah bersusah payah membangun prinsip hidupku dan tetap bisa melaksanakan prinsip itu hingga akhir hayatku. Walaupun pahit getir yang kurasakan selama aku memegang prinsip hidupku itu, tetapi aku tidak merasakan penyesalan sedikitpun. Malahan aku merasakan suatu kebahagiaan yang muncul dari dalam diriku yang tidak bisa digambarkan, karena keberhasilanku untuk tetap memegang prinsip hidupku.
Aku menyampaikan semua ini dengan sepenuh hati dan berharap saudaraku manusia lainnya dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman hidup yang kujalani, ambilah yang baik dan jadikan bahan pelajaran, atau disingkirkan saja keburukan dan kekurangan yang kumiliki.
Aku menyampaikan semua ini dengan penuh ketulusan dan besar harapanku, dapat bermanfaat bagi saudaraku semua. Karena pujian, penilaian baik dan buruk, tidaklah berarti apa-apa lagi untukku setelah aku berada di alam kebahagiaan ini.
Tidak ada satu kepentingan ataupun keuntungan bagiku untuk menyampaikan sesuatu kepada saudaraku semua, karena pada saat ini aku hanya membutuhkan ridho dan penghargaan dari Yang Maha Kuasa.
Apapun jalan yang diambil saudaraku manusia lainnya, itu adalah merupakan sepenuhnya hak bagi setiap manusia, karena segala sesuatu yang dilakukan pastilah ada konsekuensinya, maka bersiaplah untuk menerima konsekuensi apapun yang kelak harus dijalani saudaraku semuanya. Aku hanya berharap, mudah- mudahan apapun pilihan dan konsekuensi yang telah diputuskan oleh saudaraku semua, maka hal itu akan mendatangkan suatu kebaikan dan kebahgiaan bagi diri saudaraku semua.
Akupun bertanya kepada saudaraku mengenai perjalanan hidupnya. Aku memintanya untuk menceritakan pengalamannya hingga mendapatkan anugerah, kemampuan, dan pengetahuan yang begitu besar. Kemudian saudaraku pun mulai mengisahkan perjalanan hidupnya.
Saudaraku itu mengatakan bahwa dirinya berasal dari keluarga sederhana dan biasa saja. Saudaraku sejak awal memiliki cita-cita hidup, yaitu mendapatkan kemuliaan di dunia dan di akhirat, serta dapat menyebarkan kebaikan tersebut untuk orang banyak. Saudaraku mulai mendapatkan pengetahuan dan bimbingan setelah menikah dan Utusan Mulia yang pertama kali memberikan bimbingan secara langsung kepada dirinya, yang sering disebutnya sebagai Orang Tua Bercahaya.
Aku tidak mengetahui, siapakah Orang Tua Mulia itu, karena saudaraku hanya menyebutnya sebagai Orang Tua Bercahaya, Raja Tanpa Mahkota dan belum menerangkan jati diri sesungguhnya dari Utusan Mulia itu. Orang Tua Mulia itu, memberikan begitu banyak pengetahuan tentang ketuhanan, kasih sayang, dan bagaimana untuk menggapai semua itu.
Sudaraku itu mendapatkan pengetahuan, bukan hanya bersifat penjelasan atau teori semata, tetapi sekaligus mendapatkan bimbingan teknis bagaimana cara mendapatkan semuanya. Melalui Orang Tua Utusan Mulia itulah, saudaraku diperkenalkan kepada para utusan-Nya yang lain, yang masing-masing Utusan Mulia itu, mengemban suatu amanat tertentu langsung dari Yang Maha Kuasa.
Dalam menjalani kehidupannya, saudaraku itu selalu mendapatkan bimbingan langsung dari para Orang Tua, ataupun Utusan Mulia yang diperkenankan oleh Yang Maha Kuasa. Setiap Utusan Mulia itu akan memberikan bimbingan sekaligus penyelesaian masalah kepada saudaraku itu, tergantung kepada masalah apa yang dihadapi. Saudaraku itupun tadinya tidak mengerti dan tidak mengira akan mendapatkan bimbingan pengetahuan yang begitu besar dari para Utusan Mulia, karena saudaraku merasa bukanlah siapa-siapa dan tidak pernah berusaha menonjolkan diri atas apapun yang dilakukannya.
Saudaraku mengatakan, hanya satu hal yang dimilikinya, yang membuatnya bisa mendapatkan bimbingan, pengetahuan, dan kemampuan dari Yang Maha Kuasa melalui Utusan Mulia-Nya, yaitu tekad dan keyakinan yang membatu untuk mencapai cita-cita kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat, serta keinginan luhurnya untuk bisa membimbing dan menyelamatkan orang lain dari kepalsuan dan kesalahan selama ini.
Saudaraku merasa risau, bahwa melihat pada saat ini di dunia, para manusia pada umumnya begitu dahaga akan pengetahuan kebenaran tentang ketuhanan dan merekapun berusaha untuk mendapatkannya dengan berbagai cara. Mereka mencari siapapun yang diharapkan bisa membimbing mereka dengan mengorbankan apa yang mereka miliki. Tetapi sayangnya, meraka menemui orang-orang yang salah, yang tidak bisa memberikan tentang pengetahuan ketuhanan yang benar, apalagi dapat membimbing mereka mencapai kebenaran itu.
Orang-orang yang mengaku dirinya memiliki pengetahuan lebih, sebenarnya tidak lebih dari pada orang-orang yang mengejar materi dengan mengemas diri sedemikian rupa, sehingga menarik dan menimbulkan kesan memiliki kelebihan dan kemampuan yang tinggi. Padahal didalam hati dan pikiran orang-orang itu, sama sekali tidak ada ketulusan untuk membimbing ataupun membantu mereka kepada jalan yang benar, karena mereka menilai segala sesuatu yang telah mereka lakukan dengan harga tertentu.
Mereka memoles sedemikian rupa pengetahuan yang tidak berisi apa-apa, sehingga terkesan exclusive dan menjanjikan sesuatu kebenaran, kedamaian, kebahagiaan, dan slogan lainnya yang mereka sampaikan, tetapi sebenarnya, tanpa makna dan isi sama sekali.
Mereka berlomba memoles apa yang mereka tawarkan, sehingga semakin bagus kemasan dan polesannya, maka semakin tinggi pula harga jualnya dan semakin banyak pula materi yang didapatkan. Itulah yang terjadi pada saat ini, di mana segala sesuatu dilakukan, dengan mengharapkan pamrih.
Saudaraku sangat ingin sekali membantu membimbing mereka yang membutuhkan, tanpa mengharapkan pamrih apapun. Aku yakin, ketulusan dan keinginan yang kuat dari saudaraku itu pulalah yang pasti membuat dirinya terpilih oleh Yang Maha Kuasa untuk menyelamatkan para manusia kepada jalan yang benar, yang hanya menunjukan kebenaran yang sejati, tanpa dikemas atau dipoles dengan kepalsuan. Karena tekad dan ketulusan serta keyakinan bulat itulah yang menghantarkan saudaraku untuk dapat selalu berhubungan dengan para Orang Tua dan Utusan Mulia yang memberitahukannya serta membimbingnya kepada banyak hal, serta pengetahuan dan kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya.
Aku sangat yakin tentang kebenaran itu semua, karena selama aku berada di surga ini, jangankan ada manusia yang berkomunikasi denganku, yang sekedar melewati atau singgah di surga inipun, tidaklah ada. Sementara saudaraku itu, apalagi merupakan manusia yang masih hidup, dapat dengan mudah memasuki surga ini dan alam-alam lainnya.
Salah satu hal itu, cukuplah mengindikasikan bahwa keberadaan saudaraku itu pastilah merupakan rencana sendiri dari Yang Maha Kuasa untuk menjalankan atau memenuhi sebuah tujuan mulia. Aku sangat kagum sekali, karena dibalik kesederhanaan dan apa adanya saudaraku itu, justru tersimpan sebuah mutiara besar yang aku yakin suatu saat akan menaungi begitu banyak manusia dan akan menghantarkan mereka kepada kebenaran sesungguhnya.
Saudaraku itupun menjelaskan, bahwa selain mendapatkan pengetahuan dan bimbingan tentang ketuhanan, juga mengenai kehidupan duniawi. Karena saudaraku itupun menjalankan konsep keseimbangan, yaitu dapat meraih kehidupan duniawi dan akhirat dengan sempurna.
Secara pribadi, saudaraku itu memiliki perusahaan. Dan pada saat ini pun, saudaraku sedang mengembangkan dan membesarkan usahanya, karena saudaraku bertekad tidak akan mengambil pamrih dalam bentuk apapun kepada manusia lain yang dibimbingnya. Saudaraku tidak ingin menjual pengetahuan kebenaran, karena segala sesuatunya berasal dari Yang Maha Kuasa.
Saudaraku itupun juga berkeinginan bisa memberikan hal-hal yang terbaik kepada manusia lainnya. Bukan hanya yang bersifat ketuhanan, tetapi juga materi. Bila diibaratkan, saudaraku itu ingin menghidupkan agama, yang dalam hal ini dimaksud dengan pengetahuan kebenaran tentang ketuhanan yang sejati dan bukan hidup dari agama itu. Karena yang terjadi sampai dengan saat ini adalah hal seperti itu, di mana mereka yang merasa diri mampu dan mengetahui pengetahuan tinggi dalam agama, tetapi sesungguhnya menggantungkan diri dengan mengharapkan materi dari apa yang disampaikannya.
Mereka berlomba memperbagus diri karena akan membuat diri mereka semakin bernilai tinggi. Sangat jarang sekali dari mereka, yang berpikir untuk menghidupkan dan memberikan bimbingan kepada manusia lainnya, dengan tanpa mengharapkan apapun. Mungkin masih ada orang yang dengan tulus mengajarkan kebaikan, tetapi presentasinya sangatlah jauh lebih kecil dibandingkan mereka yang mengharapkan pamrih di dalamnya. Dan dari presentasi yang begitu kecil itu, maka sangat sedikit sekali yang mengetahui tentang kebenaran ketuhanan yang sesungguhnya. Bahwa akupun tidak mengetahui, apakah di dunia dari presentasi yang kecil itu terdapat orang-orang yang memang benar-benar dapat membimbing kepastian dalam mencapai kebenaran ber-Tuhan.
Aku bertanya kepada saudaraku itu, apa yang dilakukannya, atau ibadah apa yang dijalani untuk mencapai kebenaran ber-Tuhan.
Saudaraku mengatakan, secara latar belakang memang memiliki atau menganut agama tertentu. Tetapi saudaraku mengatakan, janganlah memandang dari agama mana kita datang,
karena sesungguhnya kebenaran itu bersifat universal. Hanya cara yang dilakukan dalam agama yang berbeda, tetapi sesungguhnya, semua mengajarkan kebaikan. Semua yang diajarkan dalam agama itu adalah kebaikan, berhubungan dengan sesama manusia dan juga penyembahan kepada Yang Maha Kuasa secara mendasar. Sedangkan untuk mencapai kebenaran yang sejati tentang ketuhanan adalah merupakan hakekat inti yang harus dicapai oleh seluruh manusia, untuk mendapatkan keselamatan dan kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat.
Oleh karena kebenaran itu adalah universal, maka bisa didapatkan oleh semua manusia, tanpa memandang kepercayaan yang dianut, suku bangsa, bahasa dan hal lainnya, yang membedakan mereka secara fisik. Tetapi walaupun semua manusia bisa mendapatkan, pada akhirnya hanya manusia-manusia yang memiliki tekad kuat dan keyakinan penuh saja yang akan bisa mencapai kebenaran itu. Karena kebenaran itu adalah merupakan hubungan langsung antara seorang manusia sebagai hamba dengan Yang Maha Kuasa secara langsung, sehingga tidak bisa dicampuri dengan urusan lainnya, karena merupakan suatu hal yang berbeda. Seperti halnya syariat dalam setiap agama, maka untuk mencapai kebenaran itupun, memiliki panduan dan tata cara pula yang tidak diketahui oleh umum.
Walaupun aku sebelumnya, ketika masih di dunia, telah melakukan banyak tirakat dan ritual dalam rangka mencapai kebenaran itu, tetapi aku belum dapat menggambarkan bagaimanakah caranya aku bisa untuk mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya itu. Akupun bertanya kepada saudaraku itu dan mengatakan beberapa tirakat dan ritual yang ku lakukan dalam mencapai kebenaran ber-Tuhan itu, tetapi dari semua hal yang ku lakukan, aku tidak mengetahui apakah aku telah melakukan hal yang benar.
Saudaraku menjelaskan, tujuan dari setiap manusia hidup adalah ketika saatnya menemui kematian, maka dapat kembali kepada Yang Maha Kuasa. Kembali dalam arti dapat menyatu dengan Yang Maha Kuasa.
Surga memang merupakan alam cahaya yang penuh kebahagiaan., tetapi sebenarnya ada tempat yang jauh lebih mulia dari pada surga dan itulah tujuan akhir sebenarnya. Tetapi walaupun aku belum mencapai tujuan utama kebenaran itu, saudaraku menghiburku dengan mengatakan bahwa keberadaanku bisa sampai berada di surga tingkat ketujuh sebelumnya, tetaplah merupakan sebuah anugerah dan karunia yang harus disyukuri, karena begitu banyak manusia lainnya yang tidak mendapatkan tempat yang baik dan mereka harus tinggal di alam lainnya, yang penuh dengan penderitaan.
Saudaraku mengatakan kepadaku, untuk terus mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dan mungkin saja suatu saat saudaraku itu bisa membimbingku dan memohon kepada Yang Maha Kuasa agar kelak aku dapat mencapai tempat yang paling mulia itu. Ya Tuhan, mudah-mudahan saja aku dapat menggapai tempat yang paling mulia itu dan aku berharap banyak kepada saudaraku, yang aku yakini, pastilah mengemban tugas mulia dari Mu, untuk membimbing dan menghantarkan mereka kepada kemuliaan hidup di dunia dan akhirat.
( Rabu 27 juli 2005, jam 02.00 WIB sampai jam 06.00 WIB, Membaca lembaran-lembaran bercahaya tulisan manusia yang sudah berada di surga.)
Aku melanjutkan kehidupanku di surga kedelapan ini, sambil tetap menyimpan harapan untuk bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam dari saudaraku manusia terpilih itu. Beberapa waktu kurasakan telah berlalu, tetapi saudaraku itu belum lagi mengunjungiku di tempat tinggalku, karena aku hanyalah bisa menanti saja, tanpa aku bisa untuk mengunjunginya di alam dunia.
Aku merasakan getaran tertentu setiap kali aku mendapatkan informasi dan pengetahuan yang begitu berharga tentang makna ketuhanan yang begitu luas dari saudaraku itu. Akupun bermohon kepada Yang Maha Kuasa, agar aku mendapat izin dan bimbingannya, untuk selalu mendapatkan pengetahuan dan berkomunikasi dengan saudaraku itu. Karena selama ini, melalui dirinyalah aku mendapatkan pengetahuan, dari yang sebelumnya tidak pernah aku bayangkan.
Ternyata Yang Maha Kuasa mendengarkan harapanku. Ketika pada suatu saat, aku tengah mendekatkan diri kepadanya, aku mendengar suara ketukan pintu dan salam dari seseorang yang sangat ku kenal. Suara yang menyampaikan salam itu adalah suara saudaraku, akupun segera menyudahi apa yang tengah ku lakukan, kemudian aku berdiri dan menghampiri pintu untuk membukakannya bagi saudaraku.
Ternyata, memang benar saudaraku yang datang, akupun segera menyegerakannya masuk dan duduk bersamaku. Akupun dengan jujur mengatakan kepadanya betapa aku sangat mengharapkan dapat bersilaturahmi dengannya, selain karena dahagaku untuk berkomunikasi dengan seseorang, juga dikarenakan, aku selalu mendapatkan informasi dan pengetahuan yang sebelumnya tidak kuketahui dan kubayangkan.
Akupun mengatakan kepadanya dan berharap saudaraku itu bersedia untuk selalu bersilaturahmi kepadaku, dengan waktu yang ditentukan oleh saudaraku sendiri. Karena aku tidak ingin mengganggu segala aktifitas saudaraku itu, dalam menjalani kehidupannya di dunia.
Kami pun tenggelam dalam pembicaraan, mulai dari menanyakan kabar hingga sampai kepada pengetahuan lainnya. Pada saat itu, saudaraku mengatakan hendak memperkenalkanku dengan seseorang, yaitu seseorang yang telah mendampinginya dalam segala aktifitas kehidupan. Seorang pendamping hidup yang bukan hanya terbatas pada aktifitas fisik, tetapi juga dalam mendapatkan pengetahuan yang benar tentang ketuhanan.
Saudaraku itu hendak memperkenalkan aku dengan pendamping hidupnya dan akupun sangat senang mendengarnya. Karena berarti, aku memiliki saudara lainnya yang menambah pengetahuan dan juga komunikasiku terhadap orang lain.
Saudaraku itu mengatakan, bahwa pendamping hidupnya itu akan segera hadir dan kemudian saudaraku itupun berdiam diri. Tidak berapa lama, tiba-tiba saja, telah hadir seorang wanita di sebelah saudaraku itu. Seorang wanita yang terlihat lebih muda dari saudaraku itu, dengan mengenakan busana yang mengidentikkan dengan agama tertentu.
Walaupun pakaian yang dikenakannya menunjukan identitas agama tertentu, tetapi aku yakin, bahwa dirinya pun tentu memiliki prinsip dan pengetahuan yang sama dengan saudaraku itu. Kami pun melanjutkan pembicaraan. Dari pembicaraan itupun aku mengetahui, bahwa pendamping hidup dari saudaraku itu, selain ramah, cerdas, juga memiliki pengetahuan yang mendalam seperti saudaraku itu.
Kemudian, pembicaraan kami selanjutnya mengenai aktifitas kehidupan ber-Tuhan saudaraku itu. Saudaraku mengatakan, bahwa pada hari tertentu terdapat kegiatan silaturahmi, dengan inti mencapai jalan kebenaran dalam pengetahuan ber-Tuhan, yang dihadiri oleh manusia lainnya.
Selain manusia yang hadir, ternyata dari para murid-murid, yang bisa dikatakan seperti itu, terdapat pula dari golongan lainnya, yang bukan manusia, yaitu dari golongan jin dan mahluk lainnya. Akupun terkejut sekaligus takjub mendengarnya, karena sepengetahuanku, belum ada seorang manusia yang mengajarkan pengetahuan, memiliki murid-murid yang hadir, dari golongan lain selain manusia. Karena yang umumnya terjadi adalah golongan selain manusia itu justru menggangu dan mengoda manusia, untuk menjauhi jalan kebaikan. Tetapi, kejadian yang nyata adanya, semakin menunjukan jati diri saudaraku itu, bahwa tidak mungkin ada suatu kharisma dan kemampuan tertentu, selain yang berasal dan telah dikehendaki oleh Yang Maha Kuasa, sehingga mahluk selain dari golongan manusiapun, melaksanakan pula kegiatan dalam rangka mencari kebenaran tentang pengetahuan ber-Tuhan.
Mereka yang bukan berasal dari golongan manusia dan tidak kasat mata, tentulah lebih peka dan lebih mengetahui akan sesuatu hal yang sangat berharga, yang bisa didapatkan oleh mereka dengan mengikuti dan melaksanakan semua pengetahuan yang diberikan oleh saudaraku itu.
Sangat jarang terjadi atau mungkin belum pernah sama sekali, aku tidak mengetahuinya. Tetapi yang jelas, kenyataan itu menunjukan sebuah fenomena yang sangat luar biasa. Di mana, bahwa kebenaran sejati itu mampu merengkuh dan meniadakan segala perbedaan. Dengan kuasa Tuhan, melalui saudaraku itu, mampu melebur segala perbedaan yang bukan hanya sebatas fisik manusia, yang berupa suku bangsa dan hal lainnya, tetapi juga menyatukan semua mahluk hidup. Di mana, seperti yang umum diketahui, bahwa manusia, jin, dan mahluk lainnya, tidaklah bisa hidup bersama-sama. Apalagi dengan kenyataan ini, mereka semua tunduk dan hikmat, menyatu dalam kebenaran sejati.
Semua itu tidak mungkin dilakukan oleh seorang manusia biasa. Kalaupun ada manusia yang berhubungan dengan jin dan mahluk lainnya, hanyalah merupakan satu bentuk hubungan kerjasama untuk mencari keuntungan bagi kedua belah pihak ataupun salah satunya. Misalnya manusia yang bersekutu dengan jin atau mahluk lainnya dalam mencari materi, manusia yang diperbudak oleh mahluk halus lainnya, ataupun justru manusia yang memanfaatkan bangsa jin dan mahluk lainnya untuk kepentingan pribadi.
Semua bentuk hubungan yang selama ini terjadi pada manusia manusia lain hanyalah sebatas bersifat materi dan malah sebagian justru menyesatkan dan menghantarkan manusia kepada kesukaran hidup. Siapapun yang mengetahui dan menyaksikan, bagaimana manusia, jin, dan mahluk-mahluk halus lainnya dengan penuh kesadaran tinggi dan harapan untuk mendapatkan pengetahuan tentang kebenaran sejati, bersama-sama dengan penuh kesungguhan dan hikmat berkumpul dan melaksanakan untuk mendengarkan pengetahuan dari saudaraku manusia terpilih itu.
Siapapun yang berpendapat dengan hatinya dan mengesampingkan keegoisan dan keterbatasan fisiknya dalam menilai sesuatu, maka pastilah akan didapatkan kejujuran berpendapat dalam dirinya, bahwa semua itu adalah merupakan fenomena luar biasa yang menunjukkan kebesaran dari Yang Maha Kuasa dengan menunjuk dan mengutus seseorang yang mampu menghantarkan kepada jalan mencapai kebenaran sejati.
Seandainya saja aku masih hidup di dunia, atau bila aku mendapatkan kesempatan dan izin dari Yang Maha Kuasa, sangat ingin sekali diriku bisa berada pada pertemuan yang mulia itu.
Akupun menyampaikan keinginan dan perasaanku kepada saudaraku itu. Aku mengharapkan saudaraku dapat meneruskan atau menyampaikan keinginan dari dalam diriku kepada Yang Maha Kuasa.
Secara pribadi, saudaraku mengatakan, bila terhadap mahluk lainnya yang selama ini dipandang sebelah mata saja dipersilahkan untuk hadir, apalagi bila diriku berharap bisa hadir pula. Tetapi permasalahannya adalah bahwa aku bukan manusia hidup, yang berarti ketentuan mutlak adalah berdasarkan izin dari Yang Maha Kuasa, bahwa aku apakah bisa menghadiri pertemuan mulia itu.
Sepertinya saudaraku mungkin pernah menyampaikan dan memohon kepada Yang Maha Kuasa, tetapi diriku belum bisa untuk berada dalam pertemuan mulia itu.
Saudaraku membesarkan hatiku walaupun saat ini belum mendapatkan izin untuk menghadirinya, tetapi tetaplah bersyukur akan keberadaanku ditempat yang terbaik ini, di mana begitu banyak manusia lainnya tidak bisa mencapai tempat seperti keberadaanku disaat ini.
Aku memahami semua itu dan akupun tidak pernah berhenti untuk bersyukur kepada Yang Maha Kuasa, karena aku menyadari telah begitu banyak karunia yang diberikan kepadaku, baik ketika aku berada di dunia hingga aku mendapatkan surga yang penuh kedamaian ini.
Ada satu hal yang membuat hatiku sangat berbunga-bunga ketika saudaraku mengatakan bahwa ada pengetahuan dalam bentuk buku yang akan diberikannya kepadaku. Buku itu berisi panduan tentang kesehatan dan kebahagiaan sekaligus penjelasan tentang teknik yang harus dilakukan.
Aku memang tidak memahami sepenuhnya tetapi kebahagiaan diriku dalam mendapatkan pengetahuan berharga itu, begitu membuatku bersyukur akan kebesaran dan kasih sayang Yang Maha Kuasa. Aku merasa sudah tidak sabar untuk mendapatkan buku pengetahuan itu.
Akupun berharap buku pengetahuan itu apakah bisa aku dapatkan saat itu. Kemudian akupun menyampaikan permintaan itu kepada saudaraku. Ternyata saudaraku memang berniat untuk memberikan kepadaku saat itu pula, tetapi buku pengetahuan itu masih berada di dunia. Jadi saudaraku meminta waktu sebentar untuk mengambilnya dahulu di dunia agar bisa diberikan kepadaku. Saudaraku itupun berbicara dengan pendampingnya dan kemudian berdiam diri sejenak. Tidak berapa lama aku melihat ada sebuah buku ditangannya.
Begitu cepat waktu yang dibutuhkan untuk membawa buku pengetahuan itu kedalam surga. Sebenarnya aku hendak bertanya bagaimankah proses itu dapat terjadi dan bagaimana pula caranya, tetapi aku merasa tidak enak menyampaikannya. Karena aku merasa bisa mendapatkan buku pengetahuan, itupun sudah merupakan sesuatu yang berharga untukku. Saudaraku itupun memberikan buku pengetahuan itu kepadaku dan dengan begitu bersemangat aku segera membuka buku pengetahuan itu lembar demi lembar.
Kebahagiaanku mendapatkan buku pengetahuan itu mengalahkan perasaanku yang sebenarnya kurang memahami materi yang terdapat dalam buku pengetahuan itu. Begitu bahagianya aku sampai aku melupakan bahwa aku belum memiliki pengetahuan dasar untuk menyimak dan menyerap makna yang terkandung dalam buku pengetahuan itu. Saudaraku itupun sepertinya memahami perasaanku. Saudaraku mengatakan kepadaku agar membacanya terlebih dahulu, menghayati secara garis besar, dan nanti saudaraku akan membimbingku untuk dapat menerapkan materi yang terdapat didalamnya.
Aku bersyukur kepada Yang Maha Kuasa dan berterimakasih kepada saudaraku untuk pengetahuan berharga ini. Tidak berapa lama kemudian saudaraku dan pendampingnya mohon diri untuk kembali ke dunia.
Saudaraku itupun tetap membesarkan hatiku dengan mengatakan bila ada kesempatan dan izin dari Yang Maha Kuasa, akan bersilaturahmi kembali kepadaku. Aku yakin saudaraku itu akan memenuhi janjinya dan memenuhi pula pengharapan yang begitu besar tentang kebenaran sejati dan pengetahuan ber-Tuhan. Semoga Yang Maha Kuasa selalu menyambungkan silaturahmi diantara kami dengan tali kasih yang sesungguhnya.
Setelah kepergian kedua saudaraku itu, akupun segera membuka dan mulai membaca buku pengetahuan itu. Aku segera membaca buku pengetahuan itu hingga halaman terakhir, baru kemudian aku mengulang kembali dari halaman pertama. Aku membaca secara perlahan dan mencoba untuk memahami setiap kata, khususnya yang mengandung makna tertentu. Secara teori dan pengetahuan yang terdapat di dalamnya, aku bisa memahami. Tetapi ketika memasuki tahapan tentang langkah-langkah dan teknis dalam mencapai tujuan yang terdapat didalam buku pengetahuan itu, aku mulai kesulitan untuk mengikutinya. Walaupun didalam buku pengetahuan itu terdapat gambar-gambar yang memperjelas disertai perincian dan keterangan dari setiap gambar yang ada. Karena aku belum pernah melakukannya dan bimbingan langsung tentang teknis didalam buku pengetahuan itu, maka akupun belum dapat untuk menerapkannya.
Aku tidak berkecil hati, aku bertekad, bila Yang Maha Kuasa mengizinkanku, aku akan mempelajari baik-baik apapun pengetahuan yang ku dapat dan aku akan berusaha untuk bisa mencapai kesempurnaan semampuku dalam melaksanakan segala ketentuan dan langkah-langkah yang harus aku lakukan. Aku sujud syukur kepada Yang Maha Kuasa sekaligus aku berharap akan datangnya pertemuan-pertemuan selanjutnya dengan saudaraku manusia terpilih itu.
Akupun bertemu kembali dengan saudaraku. Pertemuan itu begitu singkat, intinya adalah saudaraku meminta kepadaku untuk membuat suatu tulisan mengenai kehidupanku berada di alam surga. Saudaraku mengatakan bahwa pengetahuan tentang bersurga itu akan bersifat objektif bila dituliskan langsung berdasarkan kisah nyata dari penghuni surga di dalamnya. Karena sebenarnya bisa saja saudaraku itu dengan mudah membuat atau mendapatkan tulisan tentang pengetahuan alam surga melalui utusan dari Yang Maha Kuasa.
Aku dengan senang dan sepenuh hati berusaha memenuhi permintaan saudarku itu dengan sebaik mungkin. Karena tulisan itu hendak dijadikan sebagai pengetahuan sekaligus motivasi untuk manusia lainnya agar selalu mencari kebenaran yang dapat menghantarkan kehidupan mereka kepada alam bercahaya yang disebut sebagai surga yang merupakan tujuan tertinggi dari setiap manusia.
Selain karena alasan diatas, akupun merasakan kebahagiaan tersendiri dengan memenuhi permintaan saudaraku, karena aku dapat menghasilkan sebuah karya yang dapat kupersembahkan untuk orang banyak sekaligus sebagai tempat menyalurkan pengetahuan yang kumiliki dan keinginanku menghasilkan sesuatu yang selama ini tidak bisa ku lakukan. Mudah-mudahan saja aku bisa menghasilkan karya yang baik. Dan semoga pula manusia yang membacanya akan mendapatkan pengetahuan dan motivasi bagi dirinya sehingga akan lebih menambah jumlah manusia yang bisa memdapatkan kebahagiaan sepertiku, yaitu dapat mencapai surga.
Akupun mengatakan kepada saudaraku itu akan berusaha menyelesaikannya secepat mungkin sesuai permintaan dari saudaraku itu.
Sepeninggal saudaraku, dengan penuh semangat aku langsung memikirkan tentang apa yang hendak aku tulis. Aku memulai membuat rencana penulisan mulai dari judul (sampai) penjelasan-penjelasan didalamnnya.
Aku memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk mendapatkan izin dan bimbingan kepadaku sekaligus memberikanku alat tulis untuk memulai menulis tentang pengalamanku hidup didalam surga. Seketika itu pula secara tiba- tiba sudah ada seperangkat alat tulis dihadapanku.
Aku begitu senang dan sepenuh hati berusaha memberikan yang terbaik karena selain sebagai pengetahuan yang berguna bagi orang banyak, juga merupakan kebahagiaan tersendiri bagiku dapat menghasilkan sebuah karya yang mudah-mudahan saja dapat memotivasi dan membuat lebih banyak orang yang bisa mendapatkan jalan kebenaran yang akan menghantarkan mereka mencapai kehidupan di surga yang merupakan tujuan tertinggi dari setiap manusia. Aku akan berusaha memberikan yang terbaik semampuku dalam menghasilkan karya dalam tulisan ini.
Walaupun pada awalnya aku sempat ragu apakah aku bisa menghasilkan karya yang baik, karena sudah lama aku tidak pernah membuat apapun. Tetapi aku yakin dengan izin dan bimbingan Yang Maha Kuasa, aku akan bisa menghasilkan karya yang baik. Walapun pada akhirnya hasil yang didapatkan tidaklah sempurna, tetapi paling tidak aku telah memberikan yang terbaik sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang ku miliki.
Pada waktu yang telah kami sepakati, saudaraku datang menemuiku untuk bersilaturahmi dan tentu saja mendapatkan hasil tulisan yang telah ku buat. Walaupun aku telah berusaha untuk menyelesaikan tepat pada waktunya, tetapi ternyata aku belum bisa menyelesaikannya. Karena ingin menghasilkan sebuah karya yang terbaik, aku beberapa kali mengganti judul maupun materi yang telah kubuat. Ketika saudaraku mengetahui bahwa tulisanku belum selesai, saudaraku sama sekali tidak menunjukan kekecewaan, tetapi malah saudaraku memberikan waktu kepadaku untuk menyelesaikan secara bertahap dan bahkan saudaraku berterimakasih kepadaku untuk hasil karya yang telah ku buat ini. Maka sejak hari itu saudaraku mengambil beberapa lembar hasil karya tulisanku secara bertahap dan akupun tetap meneruskan membuat hasil karyaku hingga selesai.
Walapun aku membuat tulisan tentang kehidupan surga, tetapi sebenarnya pengetahuanku tentang surga itupun masihlah sangat terbatas. Masih banyak hal tentang surga itu sendiri yang belum ku ketahui. Kehidupan surga yang begitu maha luasnya, di mana pengetahuanku tidaklah sebanding dengannya. Aku sendiri tidak mengetahui berapakah tingkatan surga yang ada dan apakah yang membedakan dari setiap tingkatan surga itu. Karena tentunya keberadaan surga yang bertingkat-tingkat itu bukanlah tanpa maksud diciptakan oleh Yang Maha Kuasa. Begitulah kenyataan adanya diriku. Aku hanya bisa menggambarkan tentang kehidupan surga pada tingkatan surga sebelumnya, dan surga pada saat ini di mana aku berada. Sedangkan pengetahuan tentang surga pada tingkat yang lain, apalagi mengetahui pengetahuan surga keseluruhan, maka diriku masihlah sangat jauh dari kemampuan untuk mengungkapkannya.
Aku telah mengalami kematian dan saat ini tinggal didalam surga, tetapi pengetahuan tentang surga itu sendiri aku dapatkan dari saudaraku manusia terpilih itu. Begitulah diriku apa adanya dengan segala keterbatasanku. Tetapi dengan pengetahuan yang sedikit ini, aku memiliki pengharapan yang besar bahwa apa yang kupersembahkan dapat bermanfaat dan mampu memotivasi dan membangkitkan kesadaran diri setiap manusia, bahwa untuk mendapatkan kebenaran sejati dan mencapai kemulian hidup dunia akhirat, haruslah melalui sebuah perjuangan yang memerlukan tekad, keyakinan, dan usaha yang keras, karena semua itu tidak akan tercapai hanya dengan berpangku tangan.
Akupun hendak menyampaikan kepada manusia lainnya sebagai sesama hamba Tuhan, bahwa untuk mendapatkan semua kebenaran dan jalan menuju kepada Yang Maha Kuasa, haruslah dilakukan dengan keyakinan dan usaha yang setekun-tekunnya. Karena begitu banyak manusia di mana sebenarnya mereka telah melakukan usaha pencarian dengan begitu gigih demi untuk menemukan kebenaran itu. Manusia menempuh begitu banyak cara;
meninggalkan keduniawian, bepergian ke tempat-tempat yang dianggap dapat menemukan seseorang yang bisa menghantarkan menuju kebenaran itu, serta melakukan begitu banyak usaha, ikhtiar, tirakat, atau apapun sebutannya. Yang bila kita mendengarnya, begitu keras dan penuh pengorbanannya upaya pencarian dari sebagian manusia itu. Tetapi sayangnya, karena mereka belum menemukan sesorang yang belum mampu menghantarkan mereka kejalan kebenaran itu, sehingga mereka tidak bisa mencapainya.
Apabila sebagian manusia yang sudah bekerja keras dengan usaha gigih dalam melakukan pencarian belum tentu dapat mencapai kebenaran itu, apalagi seorang manusia yang tidak memiliki keyakinan kuat dan usaha untuk mendapatkan kebenaran itu, tentulah kebenaran itu tidak akan pernah sampai kepadanya. Tuhan Yang Maha Kuasa pun juga Maha Pengasih, walaupun manusia yang telah melakukan pencarian dengan tekun dan penuh pengorbanan itu belum dapat mencapai kebenaran itu, tetapi karena usaha keyakinan dan kesungguhannya itu, maka Yang Maha Kuasa pun tetaplah memberikan sebuah karunia pula sebagai imbalan atas tekad dan kesungguhannya itu. Sehingga manusia yang memiliki tekad dan kegigihan dalam menemukan kebenaran itu, mungkin saja tidak mendapatkan jalan kebenaran yang sesungguhnya atau belum bisa mencapai puncak tujuan hidup seluruh manusia. Tetapi bila jalan yang ditempuhnya itu telah mengarah kepada jalan kebenaran, maka pastilah Yang Maha Kuasa akan tetap memberikan karunia kepadanya sebagai imbalan atas keyakinan dan kegigihan dirinya dalam mencari kebenaran itu. Sehingga ketika manusia yang dalam upaya pencarian dalam menemukan kebenaran itu mengalami kematian, maka Yang Maha Kuasa akan memberikannya sebuah tempat yang lebih baik daripada alam kegelapan atau alam lainnya yang tanpa cahaya.
Yang Maha Kuasa sangatlah pengasih dan adil dalam memberikan sesuatu kepada manusia sesuai dengan apa yang telah dilakukannya.
Yang Maha Kuasa-pun tidaklah pernah alfa atau dapat dibohongi oleh manusia sebagai hambanya. Oleh karena itu, upaya dalam menemukan kebenaran itu bukanlah hanya sebatas dibibir saja, atau menilainya dari sesuatu yang terlihat dikemas dengan menarik dan disampaikan oleh seorang manusia yang sebenarnya tidaklah mengetahui apapun tentang kebenaran itu sendiri. Oleh karena itu, keyakinanlah yang diperlukan selain kesungguhan untuk mendapatkannya.
Bermohonlah kepada Yang Maha Kuasa agar mata hati dibuka oleh-Nya, sehingga dapat melihat manusia yang dapat menghantarkan kepada kebenaran itu dan menilainya, merasakannya, dan akhirnya menemukan dengan hatimu, bukan dengan pikiranmu dan keegoanmu sebagai manusia yang memiliki keterbatasan. Apabila saudaraku sesama hamba Yang Maha Kuasa dapat meninggalkan keegoisan dalam berpikir dan menilai sesuatu berdasarkan fisik saja, maka akan dapat memandang dan merasakan sesuatu dengan mata hati, dirinya akan mengetahui dan menemukan seperti apakah manusia yang benar-benar dapat membimbing dan menghantarkannya kepada kebenaran tentang pengetahuan ber- Tuhan yang sesungguhnya.
Manusia yang telah dapat menghidupkan mata hatinya akan dapat memilah dan menemukan manusia yang tepat yang akan dapat membimbingnya. Karena seorang manusia yang terpilih yang benar-benar dapat membimbing dan menghantarkan manusia lainnya mencapai jalan kebenaran, bukanlah merupakan seorang manusia yang selalu berusaha mengemas dirinya agar terlihat menarik. Bukan pula merupakan sosok yang selalu berbicara dan bersikap manis kepada semua orang, tetapi apa yang disampaikannya itu sama sekali tidak bermakna apapun hanya sebagai penyejuk pendengaran saja. Bukan pula merupakan sosok yang berusaha menampilkan kesederhanaan semu, tetapi sesungguhnya sedang sibuk mengumpulkan nilai yang membuatnya terlihat sempurna bagi manusia kebanyakan. Dan yang pasti pula, bukan merupakan sosok manusia yang menyampaikan pengetahuan itu dengan sebuah nilai harga tertentu, yang berarti hanya manusia yang memiliki materi cukup saja yang mendapatkannya sedangkan yang tidak memiliki kesanggupan tidak akan memiliki harapan apapun.
Penggambaran sosok manusia diatas merupakan sebagian besar yang ditemukan pada manusia-manusia saat ini, yang memberikan tampilan dan janji semu bahwa dirinya dapat menghantarkan kepada jalan kebenaran ber-Tuhan, tetapi sesungguhnya jangankan untuk menghantar atau membimbing manusia lainnya, sedangkan untuk menghantarkan dirinya saja sama sekali tidaklah mampu. Karena begitu banyaknya manusia- manusia seperti itu yang beredar saat ini, sehingga membuat manusia lainnya terpesona dan salah memilih seorang manusia yang dapat membimbingnya. Sehingga bukannya menghantarkan mereka mencapai jalan kebenaran itu, tetapi malah semakin menjauhkan dirinya dari jalan kebenaran itu.
Itulah dapat dikatakan sebagai sebuah ketentuan pula dari Yang Maha Kuasa kepada makhluk-Nya. Karena bila Yang Maha Kuasa menghendaki semua manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya bisa mendapatkan kebenaran itu, maka pastilah semua manusia tanpa kecuali bisa mendapatkan kebenaran itu. Tetapi Yang Maha Kuasa tidak mengkondisikan manusia seperti itu, di mana kehendaknya itu tentulah memiliki hikmah tersendiri.
Hal itu merupakan sebagai bahan pembelajaran sekaligus penilaian terhadap tekad dan keyakinan dalam usaha mencari dan menemukan kebenaran yang sesungguhnya mengenai pengetahuan ber-Tuhan.
Dengan demikian, ingatlah wahai saudaraku sesama hamba Yang Maha Kuasa, bahwa sesungguhnya dirimu sendirilah yang akan menentukan apa yang akan kamu dapatkan dalam mencapai kebahagiaan serta kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat. Diri sendirilah yang bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya, karena sebenarnya kesempatan dan jalan untuk mencapai kebenaran ber-Tuhan itu selalu ada, tetapi semua akan berpulang kepada diri manusia itu sendiri. Apakah akan memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya ataukah membiarkan diri terlena oleh kebenaran semu yang ditawarkan oleh manusia-manusia lainnya yang hanya mampu berbicara tetapi tanpa memberi kepastian apapun.
Beruntunglah manusia yang berusaha dengan mata hatinya untuk menemukan Manusia Terpilih yang akan dapat membimbingnya dengan benar. Dan untuk saudaraku sesama hamba Yang Maha Kuasa, apabila saat ini masih terlena dan terpesona oleh kebenaran semu, masih selalu terbuka kesempatan kepadamu. Bila dengan menggunakan mata hatimu melakukan upaya pencarian itu dengan tekad dan keyakinan selama dirimu belum menemui kematian. Karena apabila kematian itu datang kepadamu sementara dirimu telah mematikan mata hatimu dan masih terlenakan oleh kebenaran semu, maka dirimu akan begitu jauh dari tempat yang mulia disisi Yang Maha Kuasa. Karena saat kematian itu datang kepadamu, dirimu tidak bisa berbuat apapun untuk menyelamatkan diri, karena bagi manusia yang telah terpisah dari jasadnya hanya tiga hal saja yang dapat menyelamatkan dirimu agar bisa menuju alam bercahaya. Ketiga hal itu adalah;
1. Anak yang Sholeh.
Anak yang sholeh adalah seorang anak yang telah mencapai jalan kebenaran sehingga dirinya mampu untuk menyelamatkan kedua orangtuanya dari alam kegelapan menuju alam bercahaya dengan izin Yang Maha Kuasa.
2. Amal Sholeh
Amal soleh merupakan suatu perbuatan mengenai tekad dan keyakinan serta kegigihan usaha dalam mencapai jalan kebenaran yang telah dilakukannya dalam kehidupannya. Sehingga walaupun dirinya belum menemukan puncak kebenaran itu, tetapi karena sewaktu hidup telah berusaha mengarahkan dirinya dengan segala kesungguhan untuk mencapai kebenaran itu, maka Yang Maha Kuasa-pun akan memberikannya tempat yang baik yang penuh kedamaian dan kebahagiaan bagi dirinya.
3. Ilmu yang Bermanfaat
Pengertian ilmu yang bermanfaat dalam hal ini adalah sebuah pengetahuan yang berdasar mengenai jalan kebenaran yang telah didapatnya dari seorang manusia lainnya sewaktu hidup. Ilmu pengetahuan itu adalah ilmu kebenaran tentang ketuhanan yang sesungguhnya, bukan merupakan ilmu umum yang banyak ditawarkan manusia lainnya, tetapi tanpa makna apapun dan tidak akan pernah menghantarkan mencapai kebenaran itu. Yang berarti merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang benar-benar bermanfaat bagi seorang manusia dalam kehidupan di dunia dan setelah kematian.
Apabila seorang manusia memiliki salah satu saja dari ketiga hal di atas, maka mudah-mudahan saja karunia dari Yang Maha Kuasa yaitu berupa tempat yang baik setelah kematiannya akan bisa didapatkannya. Sebuah tempat yang baik yang terdapat kebahagiaan dan kedamaian didalamnya. Walaupun tentu saja terdapat harapan dan tujuan puncak sesungguhnya bagi manusia yang telah mencapai jalan kebenaran dengan sempurna . Tempat itulah yang akan memiliki kebaikan sempurna yang mengalahkan tempat-tempat baik lainnya.
Mengenai keberadaan tempat yang menjadi tujuan puncak manusia, akupun tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberadaannya. Karena aku sendiri saat ini berada disalah satu tempat yang baik saja. Tempat yang baik yang berada di alam cahaya yang bernama surga.
Aku mengetahui keberadaan tempat bercahaya yang menjadi tujuan manusia itu melalui pemahaman yang diberikan oleh saudaraku Manusia Terpilih itu. Apabila aku tidak mendapatkan pengetahuan itu darinya, akupun akan mengira bahwa keberadaanku di surga ini adalah merupakan tujuan puncaknya, sama seperti yang diketahui oleh manusia pada umumnya. Tetapi kenyataan sesungguhnya bahwa terdapat sebuah tempat yang memiliki kesempurnaan melebihi alam bercahaya lainnya.
Pengetahuan saudaraku Manusia Terpilih itu, baik mengenai kehidupan duniawi maupun keberadaan alam-alam bercahaya sangatlah tinggi, karena merupakan karunia yang didapatkannya langsung dari Yang Maha Kuasa serta para Utusan-Nya Yang Mulia. Bahkan saudaraku Manusia Terpilih itu, juga memiliki pengetahuan mendalam tentang keberadaan alam lainnya yang berada pada sisi bersebrangan dengan alam cahaya, yaitu yang sebut sebagai alam kegelapan.
Saudaraku itu mengetahui keberadaan alam-alam itu bukanlah hanya sekedar berdasarkan pemahaman saja, tetapi telah secara langsung mendatangi alam bercahaya maupun alam kegelapan serta alam cahaya sempurna yang menjadi tujuan puncak sesungguhnya dari setiap manusia. Dengan telah memasuki dan mengunjungi alam-alam tersebut, maka saudaraku memiliki pengetahuan makro bukan hanya berdasarkan teori saja tetapi telah membuktikan kebenarannya.
Semua pengetahuan itu bisa didapatkan oleh saudaraku Manusia Terpilih itu dikarenakan dirinya telah mencapai jalan kebenaran dan menyatu dengan Yang Maha Kuasa secara sempurna.
Aku ingin sekali rasanya menyampaikan kepada saudaraku sesama hamba Yang Maha Kuasa tentang siapa sebenarnya saudaraku Manusia Terpilih itu agar bisa membimbing dan mengarahkan saudaraku manusia lainnya kepada jalan kebenaran untuk mencapai tujuan puncak. Tetapi aku tidak bisa menyampaikannya, karena pengetahuan itu hanya bisa didapatkan apabila tekad dan keyakinanmu sudah membara. Karena pengetahuan kebenaran ini bukanlah merupakan sesuatu bahan pembicaraan yang ditawarkan kepada siapapun dengan nilai tertentu seperti yang umumnya terjadi di dunia. Oleh karenanya bangkitkanlah kesadaran dan kerinduan ber-Tuhan untuk mencapai jalan kebenaran itu.
Bila saudaraku sesama hamba dari Yang Maha Kuasa telah memiliki kebulatan tekad dan keyakinan, maka yakinlah bahwa Yang Maha Kuasa akan memberikanmu jalan yang dapat membuat dirimu menemukan dan langsung berhubungan dengan Manusia Terpilih itu. Karena untuk mendapatkan pengetahuan kebenaran itu bukanlah ditentukan oleh manusia yang lainnya, tetapi diarahkan dan disatukan oleh tangan Yang Maha Kuasa secara langsung. Berusaha dan berharaplah tangan-tangan dari Yang Maha Kuasa akan menyentuhmu dan menghantarkan langkahmu menuju kebenaran itu melalui Manusia Terpilih.
Semoga kecerahan mata hati dapat melepaskan segala keegoisan sebagai manusia dan kelak dapat mempertemukan kita semua dalam alam bercahaya sempurna yang menjadi tujuan puncak kehidupan seorang manusia.
Yakin dan berusahalah dengan seluruh kemampuanmu yang dengan tulus dan kesadaran tinggi kau curahkan, maka pastilah akan janji dari Yang Maha Kuasa bahwa kebenaran itu akan menghantarkanmu kepada kemulian hidup di dunia dan di akhirat.
Mudah-mudahan kita semua dapat menyatukan tekad dan membulatkan keyakinan agar kelak kebenaran sejati itu dapat kita raih. Sehingga kita termasuk kedalam golongan manusia yang beruntung, yang dapat pula menuntun dan membawa manusia- manusia lainnya didalam kehidupan kita untuk bersama-sama meraih kebenaran itu.
Ingatlah saudaraku sesama hamba dari Yang Maha Kuasa, bagaimana kehidupan yang akan kamu dapatkan semua itu ditentukan oleh dirimu sendiri. Apakah kamu akan membiarkan dirimu terhanyut mengikuti arus kepalsuan yang begitu banyak dan tersebar disemua tempat, ataukah dirimu berusaha untuk mencari pegangan yang dapat kamu raih untuk menyelamatkan hidupmu. Temukan jawaban dan kesadaran itu jauh didalam dirimu bukan bertanya kembali kepada orang lain.
Sadarilah wahai saudaraku, apapun peran yang tengah kamu jalani saat ini sebagai anak, orang tua, suami istri, dan lain-lain, maka kamu memiliki kewajiban untuk membantu membimbing dan mengarahkan setiap bagian dari keluargamu agar bisa mencapai kebenaran itu. Oleh karena itu, tidak mungkin kamu bisa membantu mereka yang menjadi bagian kehidupanmu bila dirimu sendiri belum menemukan jalan kebenaran itu.
Oleh karena itu berusahalah dan mulailah dari dirimu sendiri. Berusaha dengan tekad dan keyakinan dan tidak pernah berputus asa hingga dirimu mencapai jalan kebenaran itu.
BAB VI
KEHIDUPAN SURGAWI KEADAAN FISIK MANUSIA DI DALAM SURGA
Saat ini aku berada di surga tingkat kedelapan. Aku menjalani kehidupan dan aktifitas seperti biasa yang kulakukan di surga tingkat sebelumnya. Akupun bertemu dengan manusia-manusia lainnya sesama penghuni surga. Bila memperhatikan penampilan dan keadaan fisik manusia lainnya yang berada di dalam surga, maka sepertinya usia antara manusia yang satu dengan yang lainnya terlihat tidak jauh berbeda.
Akupun memiliki keadaan fisik yang jauh lebih muda dari keadaan fisik ketika aku masih menjalani kehidupan di dunia, yang berarti keadaan fisikku didalam surga ini, dapat dikatakan memperoleh pengurangan umur menjadi usia yang lebih muda. Berarti, para manusia sesama penghuni surga inipun, tentunya telah mendapatkan usia yang bisa jadi lebih muda dari keberadaan mereka sewaktu di dunia. Karena adanya pengurangan usia dari Yang Maha Kuasa, maka kami semua terlihat seperti pada satu tingkatan usia, tidak jauh berbeda, walaupun sesungguhnya usia dari masing-masing kami, bisa jadi sangat berbeda dari kenyataannya.
Didalam surga inipun aku melihat wajah-wajah manusia yang beragam, yang mengindikasikan bahwa mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Semua perbedaan secara fisik itupun terdapat pula pada surga tingkat ketujuh atau surga tempat keberadaanku sebelumnya. Wajah-wajah kami, para penghuni surga ini, semuanya terlihat bersinar, cerah, dan menimbulkan kesan kedamaian antara satu dengan yang lainnya. Tetapi walaupun wajah kami memancarkan cahaya yang sama, tetap tidak menghilangkan perbedaan latar belakang ataupun keturunan yang sebelumnya menjadi identitas kami ketika masih hidup di dunia.
Manusia-manusia yang menjadi saudaraku di surga saat ini, dari keadaan fisiknya ada yang sama denganku, ada yang tinggi besar tetapi dari negara lainnya, berkulit lebih gelap tetapi tetap bercahaya, dan memiliki tinggi badan yang berbeda pula. Bila diperhatikan, bentuk dari wajah kamipun berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kami memiliki karakter wajah yang berbeda, warna kulit yang berbeda, putih, kuning, coklat, ataupun lebih gelap, tetapi semuanya memancarkan cahaya, juga memiliki warna bola mata berbeda, yang masing-masing mewakili asal kelahiran dan tempat tinggal kami di dunia dahulu. Semua perbedaan yang terdapat pada manusia di dalam surga ini, sama saja dengan semua perbedaan yang ada pada manusia di seluruh dunia. Tetapi kami semua disini tidak merasakan perbedaan itu sebagai sesuatu yang menggangu ataupun menimbulkan rasa tertentu, karena kami semua merasakan dan menyadari bahwa sesungguhnya tidak ada perbedaan sama sekali diantara kami semua.
Dari interaksi dan komunikasi yang aku lakukan dengan penghuni surga lainnya, ternyata ketika mereka masih berada di dunia sebagai manusia hidup, mereka semua berasal dari golongan dan kepercayaan yang berbeda secara fisik.
Pengetahuan itu merupakan sesuatu yang sangat berharga, karena selama ini seluruh manusia yang terbagi menjadi golongan- golongan tertentu, dimana semua saling memproklamirkan diri sebagai yang terbaik dan paling benar, sehingga terjadi dominasi bahwa surga itu hanyalah merupakan suatu tempat yang diperuntukan oleh suatu golongan atau kepercayaan saja. Satu golongan mengklaim bahwa dirinyalah dan golongannya yang dapat memasuki surga, sementara mereka yang dari golongan berbeda, hanya akan memasuki alam kegelapan. Begitupun pernyataan dan pengetahuan golongan dan kepercayaan lainnya yang juga menganggap bahwa surga hanya diperuntukan bagi golongannya saja, tetapi tidak untuk golongan lainnya.
Sebuah perbedaan pendapat yang sebenarnya adalah suatu hal yang wajar, tetapi akan menjadi suatu bumerang karena perbedaan itu menyangkut hakekat kehidupan semua manusia, karena tidak ada kepastian dan pembuktian tentang apa yang selama ini diperdebatkan oleh setiap golongan sewaktu didunia. Tetapi setelah aku berada di surga ini, aku dan manusia-manusia lainnya yang jauh berbeda, baik dari ideologi, golongan, dan kepercayaan, serta perbedaan lainnya, barulah menyadari bahwa sesungguhnya semua golongan atau kepercayaan, bila telah memiliki pemahaman yang mendalam atau pengetahuan secara hakekat, bahwa sesungguhanya hanya mengarah kepada satu tujuan, hanya saja cara untuk menggapai tujuan itu yang berbeda.
Bila tujuan di akhirat itu diibaratkan sebagai tempat di dunia, maka masing-masing golongan dan kepercayaan berusaha untuk sampai ketempat itu dengan cara yang berbeda, dengan pengetahuan yang mereka miliki juga pengajaran yang didapatkan dari para pemuka golongan masing-masing. Merekapun sebenarnya hanya berbeda dalam mengambil jalur perjalanan yang akan menuju tempat akhir di akhirat itu. Ada yang melalui jalan sebelah kanan atau melalui yang jalan sebelah kiri, ada yang memutar, bahkan ada yang langsung mengambil jalan pintas. Tetapi sayangnya bahwa semua tidak menyadari bahwa mereka, pada akhirnya akan sampai pada suatu tempat yang sama, yang bisa dimasuki oleh semua manusia dari golongan manapun, apabila mereka telah memiliki pengetahuan dan sampai pada jalan kebenaran.
Seandainya saja seluruh manusia di dunia bisa memiliki pengetahuan dari seorang manusia yang memiliki pengetahuan secara hakekat dan memberitahukan kepada seluruh manusia itu, bahwa sebenarnya perbedaan yang hanya menurut manusia belaka, sebenarnya tidaklah ada. Tentunya, bila seluruh manusia di dunia menyadari akan hal itu, dapat memahami makna dan tujuan hidup yang hendak dicapai sesungguhnya, maka dapat dipastikan, mereka akan saling menghormati dan menghargai antara golongan yang satu dengan golongan yangn lainnya, karena perbedaan hanya berdasarkan dari cara yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan itu saja. Dan apabila masing-masing golongan itu telah saling memahami dan menghormati satu dengan yang lain, maka dapat dipastikan pula kedamaian, kerukunan, dan kenyamanan serta kebahagiaan dalam hidup di dunia mengenai hubungan kemanusiaan dapat tercapai.
Tetapi pertanyaannya adalah, apakah ada seseorang manusia yang memiliki pengetahuan mendalam seperti itu? Adakah seorang manusia yang pasti dengan bimbingan dan pengetahuan Yang Maha Kuasa, dapat melebur segala perbedaan dan membimbing serta mengarahkan semua manusia di dunia, untuk lebih cepat sampai pada tujuan akhir didalam pembenaran?
Kenyataannya adalah, begitu lama kehidupan di dunia, ku habiskan untuk mencari pengetahuan kebenaran itu, tetapi tidak ku temukan adanya manusia yang mampu merengkuh seluruh manusia di dunia, tanpa kecuali, bahkan hingga saat kematian datang kepadaku. Aku tetap belum menemukan kebenaran yang sesungguhnya dari seorang manusia. Padahal aku bukan hanya mencari kebenaran dan manusia yang mampu menuntunku itu di dalam negeri saja. Aku juga pernah mencari pengetahuan itu hingga keluar negeri, tetapi aku tetap belum menemukan. Apakah pada waktu itu memang belum saatnya anugerah datang kepadaku, ataukah memang benar-benar tidak ada seorang mausia dengan perwujudan seperti demikian.
Hingga saat kematian datang kepadaku dan ternyata segala tekad dan perjuanganku mencari kebenaran, walaupun belum mencapai puncaknya, ternyata tetap mendapatkan kasih sayang dari Yang Maha Kuasa sehingga disinilah aku berada. Walaupun masih ada sebuah keinginan untuk menjawab pertanyaan yang sudah lama tersimpan, tetapi karena aku bukan lagi berada di dunia semua itu aku simpan saja. Yang Maha Kuasa memang selalu mendengar tekad dan keyakinan hamba-hamba-Nya, sehingga justru setelah kematian datang kepadaku dan telah beberapa waktu aku berada di surga ini, aku dapat bertemu dengan manusia yang perwujudannya seperti yang menjadi pertanyaanku dahulu.
Apabila saudaraku sesama hamba Yang Maha Kuasa merasa kurang memahami apa yang kusampaikan, semua itu merupakan suatu kewajaran, karena saudaraku selama ini mendapatkan pengetahuan dari seseorang yang memberikan pengetahuan, hanya berada dipermukaan saja. Mereka yang membimbing saudaraku selama ini, yang dianggap memiliki pengetahuan tinggi dan pemuka dari semua golongan justru menanamkan dan semakin mempertajam adanya perbedaan dari setiap golongan dan juga menanamkan sebuah doktrin bahwa kebenaran dan kebaikan hanyalah milik golongan sendiri. Sehingga pengetahuan itu pulalah yang selama ini telah melekat dan turun menurun kepada saudara- saudaraku sesama hamba Yang Maha Kuasa. Tetapi tidak ada kata terlambat, selama tekad untuk memperbaiki diri dan mendapat kebenaran itu ada dalam diri semua saudaraku, maka yakinlah kebenaran itu akan menghampiri saudaraku semua.
Saudaraku harus dapat mengesampingkan segala pikiran dan doktrin yang bermacam-macam yang telah melekat didalam pikiran dan perasaan terhadap golongan lainnya. Saudaraku pun hendaknya merenungi dan mencoba mencari pembenaran di dalam keheningan, bahwa apabila kebaikian dan juga tempat bercahaya di surga itu hanya milik salah satu golongan dengan sebutan tertentu, lalu bagaimanakah dengan para utusan-utusan terdahulu yang sebutan golongannya berbeda, dan istilah yang diajarkannya juga terlihat berbeda. Peraturan dan ketentuan yang berlaku mungkin pula berbeda. Berarti apakah mereka semua itu tidak mendapat kebaikan dan tidak akan mendapatkan surga yang bercahaya? Sedangkan mereka semua merupakan utusan-utusan dari Yang Maha Kuasa, dimana mereka membimbing manusia lainnya pada waktu dan tempat yang berbeda. Sehingga apa yang disampaikannya pun, bila terlihat dan dinilai secara fisik seperti berbeda.
Tanyakanlah hal ini jauh didalam diri saudaraku semua, bukan kepada pikiran yang terkadang menipu, apalagi bertanya kepada manusia lainnya yang tidak memahami makna dan hanya memiliki pengetahuan yang bersifat normatif. Apabila saudaraku semua tidak dapat menemukan jawabannya dan tidak memiliki pemahaman akan hal itu, maka merendah dirilah kepada Yang Maha Kuasa dan mohon petunjuk-Nya agar Yang Maha Kuasa membimbing saudaraku semua dan mengarahkan kepada seorang manusia yang benar-benar memiliki pemahaman mendalam akan kebenaran itu. Yakinlah bahwa saudaraku semua akan menemukannya, karena Yang Maha Kuasa-pun tidak akan membiarkan hambanya, yang memiliki tekad dan keinginan untuk memperbaiki diri dan mencari kebenaran, tentunya akan dapat menemukan hidayah itu untuk saudaraku semua.
Mari saudaraku semua, kosongkanlah lahir dan batin, agar dapat menerima kebenaran itu dengan akal pikir dan hati nurani. Tuhan Yang Maha Kuasa itu adalah pasti, yang berarti secara logika bahwa kebenaran itu sendiri adalah suatu kepastian dan bersifat universal, artinya bila suatu kebenaran itu memang benar, maka seharusnya dapat menyentuh siapapun tanpa terkecuali dan tetap suatu hasil dari suatu kebenaran itu adalah suatu kepastian yang tentu pula dapat dibuktikan.
Menerima kebenaran dengan hati nurani adalah dengan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Apapun caranya yang saudaraku lakukan menurut golongan dan kepercayaan saudara saat ini. Bermohonlah dengan sungguh-sungguh dan jangan biarkan hal- hal yang mengotori, masuk ke dalam diri.
Memohon dengan tekad dan kesungguhan, kemudian yakinlah bahwa kebenaran dari Yang Maha Kuasa akan datang merengkuhmu. Aku sama sekali tidak merasa diriku pintar, apalagi menganggap sudah mengetahui kebenaran, karena seperti telah kusampaikan sebelumnya, aku sendiri baru mengetahui sedikit tentang pengetahuan kebenaran itu dari seorang manusia terpilih yang berkenan mengunjungiku disurga tempat tinggalku. Aku hanya mengharapkan saudaraku semua bisa mendapatkan pengetahuan tentang kebenaran itu sewaktu masih hidup di dunia, karena apabila saudaraku mendapatkan pengetahuan itu setelah kematian, apakah kesempatan itu akan ada? Karena kita semua tidak mengetahui akan berada dimanakah diri kita setelah kematian itu datang. Kalau saja diri kita setalah kematian itu masih mendapatkan anugerah bisa berada di surga, hal itu merupakan sesuatu yang cukup memberikan ketenangan dan kedamaian bagi diri. Tetapi bagaimanakah apabila setelah kematian itu datang, maka alam gelap yang dimasuki. Hendak bertanya kemanakah dan hendak pula meminta pertolongan kepada siapa?
Hal itulah yang secara jujur aku rasakan sebagai sesuatu yang menghawatirkan apabila terjadi kepada saudaraku semua. Bukannya aku bersikap pesimis, tetapi itu justru adalah realita dari kehidupan yang akan kita hadapi selanjutnya. Siapakah yang berani memastikan bahwa diri kita, tanpa bimbingan akan pengetahuan yang benar, bisa merasa yakin akan berada ditempat yang baik, setelah kematian itu datang.
Akupun tidak mengharapkan pujian atau penghargaan apapun atas apa yang kusampaikan. Karena aku tidak membutuhkan semua itu. Untuk apa aku mengharapkan pujian, sedangkan berkomunikasi dengan manusia hidup saja, aku tidak bisa, lagipula seandainya pujian itu ada, maka tidak memberi pengaruh apapun terhadap keadaanku di tempat tinggalku saat ini, tidak membuat lebih baik ataupun lebih buruk.
Akupun tidak mengharapkan penghargaan karena penghargaan itu bersifat fisik dan hanya berada di dunia, sedangkan aku mengharapkan mendapatkan penghargaan tak ternilai yang merupakan tujuan puncak, yaitu dapat mencapai kemuliaan yang tertinggi di alam cahaya ini.
Jadi saudaraku hendaknya melihat dari sudut pandang yang baik dan berpikir secara objective. Ketika seseorang mengatakan sesuatu, tanpa dirinya memerlukan imbalan dalam bentuk apapun, baik pujian atau penghargaan, maka dapat dipastikan apa yang disampaikan oleh seseorang itu adalah apa adanya. Yang dengan keinginan dari dasar hati, untuk dapat melihat saudara lainnya turut berbahagia seperti dirinya, bahkan bila memungkinkan, mendapatkan yang lebih tinggi.
Berusahalah meraih kesempatan yang masih terbuka didepan mata dan jangan sampai saudaraku semua termasuk kedalam golongan orang yang baru menyadari akan kebenaran itu setelah segala sesuatunya telah terlambat. Hendaklah tidak menyibukan diri dengan mencari kesalahan satu dengan yang lainnya atau menilai kebenaran yang dilakukan oleh orang lain, tetapi merenunglah untuk semua yang telah kamu lakukan selama ini, apa yang telah kamu dapatkan, jujurlah pada diri sendiri dan mulailah mencari kebenaran itu untuk dirimu.
Demikian yang dapat ku sampaikan mengenai gambaran kehidpan di surga, serta siapa sajakah manusia-manusia yang berada didalam surga itu. Aku mengharapkan semua ini dapat bermanfaat serta membuka tabir kebenaran itu dan menyamakan persepsi dengan ketulusan serta pengakuan sesugguhnya akan kesamaan derajat setiap manusia dimata Yang Maha Kuasa.
Tidak ada satu manusiapun yang tidak mendapatkan kesempatan, untuk bisa berada di alam bercahaya. Semua manusia tanpa terkecuali pastilah mendapatkan kesempatan untuk menemukan kebenaran itu. Justru semuanya berpulang kepada individu masing-masing, sejauh mana usaha dan keyakinan yang dilakukan untuk meraihnya.
Marilah kita semua berusaha untuk menjadi pemenang yang sesungguhnya. Pemenang dalam kehidupan dunia dan akhirat, pemenang yang bukan mengharapkan penghargaan ataupun pujian dari manusia di dunia, tetapi pemenang yang langsung mendapatkan anugerah dari Yang Maha Kuasa.
Saudaraku manusia terpilih, untuk kehidupan di surga tempat tinggalku mungkin untuk sementara, inilah yang bisa kuberikan. Aku akan mencoba mengingat dan merangkai hal-hal yang belum kutuliskan untukmu. Begitu aku mendapatkannya, aku akan segera memberikannya kepadamu saudaraku.
Mohon maaf, semua ini karena keterbatasanku tetapi aku tetap akan mencoba merangkaikan tulisan untukmu.
Terimakasih banyak dan semoga saudaraku tetap berkenan untuk mengunjungiku.
KATA PENUTUP
Demikianlah sebuah kisah nyata kehidupan yang telah dijalani seorang manusia. Seorang anak manusia yang memiliki semangat dan cita-cita tinggi untuk mencapai kebahagiaan didunia bagi diri, keluarga dan juga orang lain.
Sebuah usaha dan perjuangan yang walaupun belum sempurna diselesaikannya tetapi yang terpenting manusia itu telah berusaha melakukan yang terbaik sesuai kemampuannya.
Hasil sempurna memanglah keinginan setiap manusia tetapi menilainya tidak hanya sebatas kepada hasil yang diperoleh tetapi bagaimana niat, tekad dan proses perjuangan yang dilaluinya untuk mendapatkan hasil sempurna itu, walaupun belum dapat diraihnya. Apalagi seorang manusia yang ditengah keterlenaan akan keindahan dunia tetapi tidak terhanyut di dalamnya karena ditengah perjuangan mencapai kebahagiaan dunia manusia itupun berusaha dengan tekad kuat, usaha keras, dan perjuangan yang panjang untuk mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
Perjuangan untuk mencapai kebahagiaan di akhirat sangat membutuhkan keyakinan dan tekad dari dalam untuk dapat menemukan jalan yang benar diantara jalan-jalan berliku yang akan dihadapi dengan sejuta kepalsuan yang banyak ditawarkan.
Hanya manusia yang memiliki keyakinan dan kepasrahan dengan melepaskan segala ego duniawi dan kemampuan diri yang semu yang akan mampu mendapatkan salah satu tempat terbaik di alam cahaya.
Kepastian dari Tuhan Yang Maha Kuasa akan datang dan meraih manusia-manusia yang dengan nuraninya mencari kebenaran, untuk mendapatkan tempat-tempat terbaik dan tempat tertinggi Yang Maha Sempurna di alam cahaya.
Kisah nyata ini ditulis langsung oleh manusia yang berada di dalam surga dan diterima dalam bentuk lembaran-lembaran bercahaya oleh manusia yang mendapatkan izin dan kemampuan dari Yang Maha Kuasa. Lembaran-lembaran bercahaya ini diterima secara bertahap sesuai dengan apa yang telah ditulis oleh manusia di dalam surga itu, dan setelah apa yang tertulis di dalam lembaran bercahaya itu telah didokumentasikan maka lembaran-lembaran bercahaya itupun akan melebur dan menyatu kembali kepada Sumber Cahaya Tertinggi karena berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan izin dan ridhonya segala sesuatu dapat terjadi........
Sebuah kisah nyata yang sangat berharga sebagai motivasi manusia untuk mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya dialam cahaya.
Kisah nyata ini
merupakan hasil karya seorang manusia yang telah berada di alam cahaya yang disampaikan langsung kepada seorang manusia yang dengan izin dan petunjuk dari Yang Maha Kuasa sehingga memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan semua manusia yang berada di alam cahaya dalam tingkatan manapun. Tuhan Maha Kuasa
tidak ada satupun yang terjadi melainkan karena kehendak-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H