Mohon tunggu...
Humaniora

Surga Tempat Bercahaya di Dalam Alam Keabadian Kisah Nyata Seorang Manusia yang Telah Mencapainya

13 Desember 2016   23:11 Diperbarui: 1 Januari 2017   07:10 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Walaupun aku melakukan pencarian dan perjalanan dalam menemukan pengetahuan tentang ketuhanan yang benar, bukan berarti aku mengabaikan kehidupan fisik dan keluargaku. Aku tetap memenuhi kewajibanku sebagai seorang kepala rumah tangga, sebagai seorang ayah, sekaligus sebagai seorang bapak bangsa.

Untuk kehidupan duniawiku pun, aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarga dan lingkungan sekitarku. Aku selalu berusaha memenuhi atas seluruh kewajiban yang harus kulakukan. Akupun secara maksimal memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mencapai dan menyelesaikan urusan duniawiku. Kalaupun pada akhirnya ternyata hasil yang diharapkan tidaklah seratus persen, aku tidak kecewa. Karena yang terpenting adalah bagaimana aku telah berusaha sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan dan pengetahuanku untuk menyelesaikan seluruh aktifitas duniawiku.

Keberhasilan dan kegagalan, menurutku adalah sesuau hal yang bersifat relatif, tergantung dari sudut pandang mana menilainya. Hasil akhir memanglah penting, tetapi proses untuk mencapainya pun adalah sesuatu hal yang jauh lebih penting. Karena dalam proses itulah akan terlihat, bagaimana seseorang telah mencurahkan segala kemampuan, kesungguhan, dan kerja kerasnya dalam mencapai sesuatu. Kalaupun pada akhirnya hasil yang dicapai tidaklah sempurna, tetapi yang lebih penting adalah bahwa diri telah melakukan yang terbaik yang mampu dilakukannya.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap masalah yang dihadapi, untuk membuat diri lebih pintar dan lebih bijak dalam menyikapi masalah berikutnya.

Setelah semua usaha dilakukan, maka selanjutnya adalah jujur terhadap diri sendiri, akan sejauh mana keberhasilan dan kegagalan yang telah dilakukan. Agar diri menjadi lebih terbuka dalam menerima masukan dan perbaikan dari siapapun.

Manusia tidaklah sempurna, apalagi diriku yang sering kali menghadapi masalah yang kapasitasnya jauh melebihi kemampuanku. Beban beratpun terpikul dipundakku, karena dalam menyelesaikan semua masalah itu, aku bukan hanya memikirkan diri sendiri, tetapi ada orang lain yang akan dipengaruhi oleh keberhasilanku dalam mengatasi masalah itu. Disisi lain pun, keluarga menanti dengan masalah yang terkadang pula muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Sering kali dalam satu waktu, pikiranku bercabang sekaligus. Di mana, masing-masing masalah itu menuntut penyelesaian yang terbaik dalam waktu yang hampir bersamaan.

Sekali lagi, aku tetaplah manusia biasa, yang sering kali pula aku salah dalam melakukan dan membuat sebuah keputusan, walaupun tadinya aku berpikir, apa yang aku lakukan itu adalah yang terbaik.

Itulah kehidupan! Ketika diri melakukan suatu kebaikan yang dapat dirasakan, bukan hanya oleh diri sendiri, tetapi oleh orang banyak. Namun sepertinya hal itu akan dirasakan sebagai sesuatu yang biasa saja menurut pendapat orang. Hal ini berbeda ketika diri melakukan suatu kesalahan, sepertinya hal itu akan menjadi sebuah vonis atau harga mati yang diberikan kepada diri dan akan terus diingat sebagai kesalahan yang fatal, walaupun sebenarnya, semua itu dikarenakan keterbatasan sebagai manusia biasa.

Seandainya dapat menjelaskan secara jujur, dibalik kesalahan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun