Mohon tunggu...
Humaniora

Surga Tempat Bercahaya di Dalam Alam Keabadian Kisah Nyata Seorang Manusia yang Telah Mencapainya

13 Desember 2016   23:11 Diperbarui: 1 Januari 2017   07:10 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Beberapa saat berselang, aku merasakan semuanya kembali seperti semula, tetapi terjadi perbedaan dari kami semua. Ketika aku menatap ke depan, aku melihat ada saudaraku yang dirinya seperti dibalut oleh pakaian bercahaya, ada pula yang dibalut dengan pakaian cahaya sekaligus ada bola cahaya di atas kepalanya, ada pula yang tetap seperti biasa, tanpa cahaya sedikitpun.

Aku belum menyadari dan mengerti apa makna dari semua pemandangan yang kulihat. Secara reflek, akupun melihat kepada diriku sendiri, ternyata aku melihat pakaian yang kukenakan semula, berubah menjadi pakaian bercahaya, benar-benar bercahaya. Ketika ku melihat tanganku, tangankupun bercahaya.

Cahaya yang melingkari tubuhku. Kami saling berpandangan satu dengan yang lain, walaupun kami dapat sedikit menduga apa yang telah terjadi dan apa yang akan kami terima masing-masing, tetapi masih ada sedikit keraguan, karena khawatir kami akan salah.

Aku melihat air mata menetes pada wajah-wajah saudaraku yang tidak bercahaya. Aku paham mereka pun pasti telah menyadari akan makna dari kejadian ini dan apa yang mereka dapatkan dengan perbedaan yang ada diantara kami.

 

Kami pun mendengar sebuah suara berkata kembali. Bahwa kami harus saling menyampaikan salam dan bersiap untuk memasuki kediaman kami yang baru.

Tanpa disadari, dari tetesan air mata yang mengalir, isak tangispun mulai terdengar. Ya, akupun meyadari dan mengerti perasaan mereka. Walaupun tempat ini merupakan tempat yang bahagia dan juga merupakan tempat yang sempurna, tetapi pastilah merekapun mengharapkan akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik pada malam anugerah ini.

Tiba-tiba saja, aku merasakan tubuhku melayang dari tempat dudukku dan ku lihat saudara-saudaraku yang bercahayapun, juga melayang. Sepertinya, kami yang mendapatkan anugerah, akan memulai perjalanan kami.

Aku bahagia, tetapi sekaligus haru memandang wajah saudaraku yang lain. Aku hanya bisa berkata, selamat tinggal saudaraku, aku tidak akan melupakan saudaraku semua dan semoga anugerah dan kebahagiaan selalu menyertai kita. Kemudian, dalam hitungan detik kami pun melesat dan melayang dengan kecepatan tinggi, memasuki sebuah lorong bercahaya.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun