Mohon tunggu...
Humaniora

Surga Tempat Bercahaya di Dalam Alam Keabadian Kisah Nyata Seorang Manusia yang Telah Mencapainya

13 Desember 2016   23:11 Diperbarui: 1 Januari 2017   07:10 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apapun jalan yang diambil saudaraku manusia lainnya, itu adalah merupakan sepenuhnya hak bagi setiap manusia, karena segala sesuatu yang dilakukan pastilah ada konsekuensinya, maka bersiaplah untuk menerima konsekuensi apapun yang kelak harus dijalani saudaraku semuanya. Aku hanya berharap, mudah- mudahan apapun pilihan dan konsekuensi yang telah diputuskan oleh saudaraku semua, maka hal itu akan mendatangkan suatu kebaikan dan kebahgiaan bagi diri saudaraku semua.

Akupun bertanya kepada saudaraku mengenai perjalanan hidupnya. Aku memintanya untuk menceritakan pengalamannya hingga mendapatkan anugerah, kemampuan, dan pengetahuan yang begitu besar. Kemudian saudaraku pun mulai mengisahkan perjalanan hidupnya.

Saudaraku itu mengatakan bahwa dirinya berasal dari keluarga sederhana dan biasa saja. Saudaraku sejak awal memiliki cita-cita hidup, yaitu mendapatkan kemuliaan di dunia dan di akhirat, serta dapat menyebarkan kebaikan tersebut untuk orang banyak. Saudaraku mulai mendapatkan pengetahuan dan bimbingan setelah menikah dan Utusan Mulia yang pertama kali memberikan bimbingan secara langsung kepada dirinya, yang sering disebutnya sebagai Orang Tua Bercahaya.

Aku tidak mengetahui, siapakah Orang Tua Mulia itu, karena saudaraku hanya menyebutnya sebagai Orang Tua Bercahaya, Raja Tanpa Mahkota dan belum menerangkan jati diri sesungguhnya dari Utusan Mulia itu. Orang Tua Mulia itu, memberikan begitu banyak pengetahuan tentang ketuhanan, kasih sayang, dan bagaimana untuk menggapai semua itu.

Sudaraku itu mendapatkan pengetahuan, bukan hanya bersifat penjelasan atau teori semata, tetapi sekaligus mendapatkan bimbingan teknis bagaimana cara mendapatkan semuanya. Melalui Orang Tua Utusan Mulia itulah, saudaraku diperkenalkan kepada para utusan-Nya yang lain, yang masing-masing Utusan Mulia itu, mengemban suatu amanat tertentu langsung dari Yang Maha Kuasa.

Dalam menjalani kehidupannya, saudaraku itu selalu mendapatkan bimbingan langsung dari para Orang Tua, ataupun Utusan Mulia yang diperkenankan oleh Yang Maha Kuasa. Setiap Utusan Mulia itu akan memberikan bimbingan sekaligus penyelesaian masalah kepada saudaraku itu, tergantung kepada masalah apa yang dihadapi. Saudaraku itupun tadinya tidak mengerti dan tidak mengira akan mendapatkan bimbingan pengetahuan yang begitu besar dari para Utusan Mulia, karena saudaraku merasa bukanlah siapa-siapa dan tidak pernah berusaha menonjolkan diri atas apapun yang dilakukannya.

Saudaraku mengatakan, hanya satu hal yang dimilikinya, yang membuatnya bisa mendapatkan bimbingan, pengetahuan, dan kemampuan dari Yang Maha Kuasa melalui Utusan Mulia-Nya, yaitu tekad dan keyakinan yang membatu untuk mencapai cita-cita kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat, serta keinginan luhurnya untuk bisa membimbing dan menyelamatkan orang lain dari kepalsuan dan kesalahan selama ini.

Saudaraku merasa risau, bahwa melihat pada saat ini di dunia, para manusia pada umumnya begitu dahaga akan pengetahuan kebenaran tentang ketuhanan dan merekapun berusaha untuk mendapatkannya dengan berbagai cara. Mereka mencari siapapun yang diharapkan bisa membimbing mereka dengan mengorbankan apa yang mereka miliki. Tetapi sayangnya, meraka menemui orang-orang yang salah, yang tidak bisa memberikan tentang pengetahuan ketuhanan yang benar, apalagi dapat membimbing mereka mencapai kebenaran itu.

Orang-orang yang mengaku dirinya memiliki pengetahuan lebih, sebenarnya tidak lebih dari pada orang-orang yang mengejar materi dengan mengemas diri sedemikian rupa, sehingga menarik dan menimbulkan kesan memiliki kelebihan dan kemampuan yang tinggi. Padahal didalam hati dan pikiran orang-orang itu, sama sekali tidak ada ketulusan untuk membimbing ataupun membantu mereka kepada jalan yang benar, karena mereka menilai segala sesuatu yang telah mereka lakukan dengan harga tertentu.

Mereka memoles sedemikian rupa pengetahuan yang tidak berisi apa-apa, sehingga terkesan exclusive dan menjanjikan sesuatu kebenaran, kedamaian, kebahagiaan, dan slogan lainnya yang mereka sampaikan, tetapi sebenarnya, tanpa makna dan isi sama sekali.

Mereka berlomba memoles apa yang mereka tawarkan, sehingga semakin bagus kemasan dan polesannya, maka semakin tinggi pula harga jualnya dan semakin banyak pula materi yang didapatkan. Itulah yang terjadi pada saat ini, di mana segala sesuatu dilakukan, dengan mengharapkan pamrih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun