Aku belum terlalu memahami, apa yang disampaikan oleh saudaraku manusia terpilih itu, akupun menanyakan penjelasan lebih lanjut mengenai apa yang disampaikannya. Tetapi saudaraku itu tersenyum dan mengatakan, bahwa dilain waktu pastilah saudaraku itu akan menjelaskannya kepadaku dan dengan izin Yang Maha Kuasa pula, saudaraku itupun akan memperlihatkan surga- surga lainnya kepadaku. Ya, mudah-mudahan saja Yang Maha Kuasa berkenan, sehingga aku bisa mendapatkan pengetahuan yang begitu tinggi dan merupakan pengetahuan kebenaran, yang selama ini masih merupakan rahasia besar bagi manusia. Sebuah rahasia tentang keberadaan alam-alam cahaya yang akan menghantarkan manusia kepada Yang Maha Kuasa.
Setelah menyampaikan hal itu, maka saudaraku pun mohon diri untuk melanjutkan perjalanannya. Aku tidak mengetahui hendak kemanakah saudaraku itu, tetapi aku tidak berani untuk menanyakannya. Walaupun terus terang, aku merasa tidak puas dengan pertemuan yang sangat singkat ini. Karena, setelah aku tidak lagi berada di dunia dan kemudian tinggal di dalam surga, baru dengan saudaraku manusia terpilih itu aku bisa berkomunikasi tentang banyak hal, terutama tentang pengetahuan yang maha tinggi yang belum pernah aku ketahui sebelumnya.
Aku yakin, pertemuanku dengan saudaraku itu merupakan pertemuan yang berharga, karena selalu saja ada informasi dan pengetahuan tinggi, yang disampaikan oleh saudaraku mengenai apapun. Akupun kembali merasa senang sekaligus kagum kepada saudaraku itu.
Dibandingkan dengan usianya yang terbilang muda, tetapi telah mengetahui kemampuan dan pengetahuan yang begitu tinggi.
Â
Siapakah yang telah membimbing dan mengajari saudaraku itu tentang semua kemampuan dan pengetahuan yang dimilikinya? Seandainya saja dahulu, aku dapat bertemu dengan seorang guru mulia seperti itu yang membimbing dan mengajariku, bukan hanya sebatas hal-hal yang bersifat duniawi, tetapi jauh lebih mendalam, hingga sampai kepada pengetahuan ketuhanan yang benar. Tetapi, semua itu sudah tidak mungkin bagiku untuk mendapatkan pengajaran dari seorang guru lainnya. Tetapi, aku tetap optimis dan mempunyai sebuah harapan besar, bahwa saudaraku akan memberikan dan mengajariku tentang pengetahuan yang dimilikinya. Itulah harapan terbesarku saat ini. Semoga saja Yang Maha Kuasa mengabulkan harapanku itu dan menghantarkan manusia terpilih itu untuk mengajariku.
Waktu terus berlalu dan sepertinya cukup lama pula aku tidak bertemu dengan saudaraku manusia terpilih itu. Akupun kembali menjalani aktifitas kehidupanku di sini, seperti biasanya.
Beberapa waktu setelah aku tinggal di surga tingkat kedelapan ini, aku datang kepada sebuah kegiatan yang menjadi rutinitas, untuk menyambut semua penghuni surga yang baru. Dalam pertemuan itu, kami saling bersilaturahmi, berkomunikasi, di mana acaranya hampir sama pada saat malam perpisahan sebelum aku berpisah dengan saudara-saudaraku sebelumnya, di surga tingkat ketujuh.
Aku bertanya kepada diriku sendiri, mengapa sudah cukup lama saudaraku itu tidak mengunjungiku. Tetapi aku menyadari, bahwa pertemuanku dengannya juga merupakan sebuah karunia. Aku tidak boleh terlalu mengharapkan segala sesuatunya terjadi sesuai dengan keinginanku. Dan aku menyadari pula, bahwa sebagai manusia yang masih hidup, tentunya saudaraku itupun banyak melakukan aktifitas dan kegiatan dalam rangka mencapai tujuannya sendiri. Tentunya saudaraku itupun memiliki kesibukan, baik dalam mencari duniawi, bersosialisasi, dan tentunya menjalani kehidupan bersama keluarga. Semua itu adalah hal manusiawi, yang pasti dilakukan oleh siapapun yang masih hidup di dunia, seperti yang aku lakukan pula ketika aku belum menemui kematian. Apalagi tentunya bagi manusia seperti saudaraku itu, bukan hanya memiliki kesibukan yang bersifat duniawi, tetapi pasti memiliki pula kegiatan lain yang berhubungan dengan ketuhanan.
Aku sangat memahami semua itu, tetapi aku sangat mengharapkan saudaraku itu tidak melupakanku dan suatu saat nanti akan kembali mengunjungiku, untuk bersilaturahmi dan menyampaikan pengetahuan lainnya.
Â