Mohon tunggu...
Humaniora

Surga Tempat Bercahaya di Dalam Alam Keabadian Kisah Nyata Seorang Manusia yang Telah Mencapainya

13 Desember 2016   23:11 Diperbarui: 1 Januari 2017   07:10 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh karena itu cobalah untuk dapat mengikuti dan menghidupkan nurani. Jangan cepat menilai sesuatu berdasarkan pandangan dari luarnya saja, karena terkadang sesuatu yang terkemas dengan baik ternyata tidak berisi apapun. Sebaliknya sesuatu yang dipersembahkan dengan ketulusan dan kesederhanaan justru menyimpan sesuatu yang bermakna dan sarat dengan nilai kebenaran.

Aku menyampaikan dengan kasih dan ketulusan hatiku, karena akupun manusia biasa yang telah mengalami kehidupan yang sama dengan manusia lainnya. Aku tidak merasa diriku yang paling benar tetapi aku hanya berharap saudaraku yang lain sesama hamba Yang Maha Kuasa dapat mencapai kebenaran itu. Aku tidak perlu mendapatkan pujian atau dianggap sebagai manusia yang memiliki ketinggian pengetahuan, karena aku tidak membutuhkannya, sebab aku telah bahagia berhasil mencapai surga bercahaya di alam keabadian.

 

 

BAB II

KEBAIKAN YANG MENGHANTARKAN MANUSIA KE SURGA

Manusia sebagai makhluk Tuhan yang masih diliputi jasad yang berisi pikiran, keinginan dan nafsu, tentulah memiliki ambisi tertentu dalam hidupnya. Apapun bentuk ambisi itu baik mengenai kebahagiaan, harta duniawi, kehormatan dimata manusia lainnya, dan hal lainnya adalah merupakan sesuatu hal yang sangat wajar dan manusiawi. Semua hal itu memang harus tetap dilakukannya, karena untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan di dunia, dimana sudut pandang antara manusia yang satu dengan yang lainnya adalah berbeda.

Apapun bentuk aktifitas yang dilakukan manusia di dunia, memang selayaknya terjadi seperti itu. Karena Yang Maha Kuasa pun menginginkan setiap makhluk-Nya mencapai keseimbangan dalam kehidupannya, termasuk dalam pencapaian kehidupannya di dunia. Tidak perlu mengurangi porsi yang ada dari aktifitas kehidupan untuk mencapai kebahagiaan dunia, justru haruslah ditambah dengan porsi untuk mencapai kehidupan setelah kematian. Jadi haruslah seimbang antara kebaikan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

Walaupun tetap saja pada umumnya manusia tidak menyadari akan hal itu, kalaupun mereka melakukan suatu kebaikan yang menurut mereka dapat menghantarkan kepada kehidupan yang baik di akhirat, namun sebagian besar belum dapat mencapai tujuan akhir yang diharapkan. Tetapi yakinlah kesempatan dan anugerah akan selalu datang menghampiri kepada setiap makhlukNya, yaitu kepada siapa saja yang selalu berusaha mencari kebenaran dan pengetahuan ketuhanan yang sejati.

Mohonlah petunjuk dan bimbingan pada Yang Maha Kuasa, kemudian hilangkanlah egoisme sebagai jasad manusia, siapapun dirimu dan seberapa besar terpandangnya dirimu. Mendekatlah kepada Yang Maha Kuasa dengan benar dan temukanlah seorang manusia terpilih yang dapat membimbingmu dan menuntunmu untuk sampai kepada tujuan akhir setiap manusia. Yaitu bukan hanya bahagia dan berkecukupan di dunia tetapi juga bahagia dan mulia di dalam alam keabadian.

Seorang manusia yang kehormatan dan kebesarannya bukanlah berdasarkan penilaian manusia lainnya, tetapi karena memang terpilih untuk menghantarkan setiap manusia lainnya mencapai tujuan akhir dan kesempurnaan di dalam kehidupan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun