Siapa lagi kalau bukan Sila. Mulut cablak nya membuatku harus menutupnya dengan tangan. "Diem nanti Rendi denger." Ucapku lirih. Â Saat kami bertemu di acara reuni kampus.
"Eh gimana kalau dia nembak elo lagi? Atau malah dia minta elo jadi istrinya?"
"Diem lo!" Ucapku lagi dengan ancaman tangan mengepal. Sementara Sila malah terbahak melihatku. "Kita dekat karena Aim, anak itu sayang banget sama gue. Jadi mau enggak mau kita sering ketemu."
"Gue do'ain semoga elo selalu bahagia kayak gini." Kata Sila yang membuatku terkesan dan memeluknya erat.
*****
"Udah Aim tante capek banget. Huhhh, huuhhh.." Ucapku sambil mengatur nafas. Aku tidak kuat lagi untuk berlari bersama bocah itu. Entahlah, tenaga anak ini seperti tiada habisnya.
"Yahhh, yaudah Aim main sendiri aja." Kata anak itu dengan gayanya.
"Iyaa, tante tunggu sini. Jangan jauh-jauh ya!" Perintah ku. Seperti biasa, setiap akhir pekan Rendi dan Aim menjemputku untuk menghabiskan waktu bersama. Kali ini kami bermain di taman.
"Minum..", kata Rendi di sebelahku sambil membawakan ku sebotol air mineral. Dia memang tahu sekali apa yang ku butuhkan.
"Makasih", jawabku yang langsung menenggak minuman itu.
"Tari, kenapa kamu belum menikah?"