Mohon tunggu...
novilia permatasari
novilia permatasari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru swasta di sebuah Madrasah Aliyah di kota saya. Saya juga seorang Ibu yang memiliki hobi menulis, terutama novel fiksi dan juga cerpen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepenggal Kisah

16 Mei 2023   09:54 Diperbarui: 16 Mei 2023   10:02 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini semua gara-gara Rendi, mantan kekasihku. Rendi yang tanpa angin tanpa hujan tiba-tiba meminta putus dariku. Padahal dia tahu aku sangat mencintainya. Dan kami juga telah merencakan masa depan yang sangat indah untuk kehidupan kami ke depannya. Aku menangis, aku mengemis meminta Rendi untuk mengubah keputusannya. Namun Rendi tetap diam, dia tidak menghiraukanku. Laki-laki yang kukenal sangat baik dan sangat mencintaiku tiba-tiba berubah menjadi bengis. Dia mendorongku hingga aku jatuh dan pergi meninggalkanku.

Aku masih terus berusaha menghubungi Rendi, namun dia memblokir semua aksesku untuk menghubunginya. Aku datang ke rumahnya, aku mengenal beberapa anggota keluarganya sewaktu kami berhubungan dulu. Namun saat itu aku tidak menemukan seorang pun disana. Rumah itu sangat sepi.

Dua minggu kemudian, seorang kurir datang ke kosku mengantarkan sebuah undangan pernikahan. Undangan dari Aina, sahabatku saat SMA. Aku tersenyum melihat nama Aina di undangan itu, undangan yang polos tanpa foto preweding. Ternyata gadis itu akan melepas masa lajangnya lebih cepat dariku.

Ku buka undangan tersebut perlahan. Seperti tersambar petir di siang hari, tubuhku tiba-tiba jatuh ke lantai. Aku seperti tidak memiliki kekuatan untuk menahan berat badanku sendiri. Saat ku baca undangan itu adalah undangan pernikahan Aina dan Rendi. Aku mencoba membaca kembali. Randi Pangestu, ini bukan sebuah nama limited edition yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain. Ku baca nama orang tua mempelai pria, alamatnya. Ternyata benar, mempelai pria dari Aina adalah Rendi mantan kekasihku.

Dengan ini aku tahu, kenapa Rendi memutuskan hubungan kami secara sepihak. Kenapa dia memblokir semua aksesku untuk menghubunginya. Tapi kenapa? Kenapa harus dengan Aina? Aina adalah sahabatku. Aina pun mengenal Rendi sebagai kekasihku. Begitu juga dengan Rendi yang mengenal Aina sebagai sahabatku. Kenapa mereka menghianatiku? Kenapa mereka tega melakukan semua ini kepadaku? Apa salahku kepada mereka?

Inilah sakit hati terbesar, penghianatan terbesar yang pernah ku rasakan. Laki-laki yang sangat ku cintai menikah dengan sahabatku sendiri.

Hal itu juga yang membuat beban besar dalam hidupku. Hidupku menjadi tak karuan. Semua rasa marah dan kekesalanku ku lapiaskan untuk diriku sendiri. Seorang Tari yang selalu terbiasa hidup sehat, kini bersahabat dengan mie instan. Seorang Tari yang sangat menyukai kebersihan, kini hanya diam saat kecoa dan tikus memasuki kamarnya. Seorang Tari yang pandai merawat diri dan selalu terlihat segar, kini hanya wajah kusam badan yang semakin kurus yang bisa terlihat. Jam tidur, pantang bagiku untuk begadang karena akan membuat maghku kambuh dan wajahku berjerawat. Tapi kini, aku melupakannya begitu saja. Bisa dibayangkan betapa hancurnya aku saat ini.

Sebagian besar waktuku hanya ku habiskan untuk melamun, menangis, menyalahkan diri sendiri, dan jika lelah aku akan menyalakan kompor dan memasak mie instan.

*****

Bibirku menyunggingkan senyum gembira saat melihat notifikasi di ponselku. Notifikasi gaji pertamaku, yang berarti sudah satu bulan aku bekerja di perusahaan Ayahnya Sila. Ku hembuskan nafas dalam dan mengucap rasa syukurku kepada Allah SWT. Ibu pasti akan sangat senang mendengar hal ini. Ibu, perempuan superku. Beliau membesarkanku seorang diri setelah Ayah kembali kepadaNya saat aku duduk di bangku SMP.

"Assalamualaikum Ibu..", sapaku kepada Ibu melalui sambungan telepon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun