"Enggak mau, Aim mau sama tante cantik."
"Aim, nanti Papa marah lo kalau Aim enggak mau pulang." Omel Rika. Aku tertawa dalam hati mendengarnya. Rika pasti mengada-ada, Rendi tidak kan tidak bisa marah-marah.
"Tidak mau", seru Aim sambil bersembunyi di balik tubuhku dan memelukku erat sambil menangis.
Aku memberi tanda kepada Rika untuk memberiku kesempatan bicara dengan Aim. Ku gendong bocah kecil itu dan ku hapus air matanya.
"Aim pulang dulu ya Sayang, nanti Papa nyariin Aim. Kapan-kapan kita ketemu lagi. Nanti kalau ketemu tante kasih Aim es krim yang banyak. Mau?" Rayuku
"Mau..", jawab Aim dengan wajah masih sedih.
"Sekarang Aim ikut Bibi dulu ya."
Bocah kecil itu sangat penurut, apalagi denganku. Membuatku semakin sayang kepadanya.
"Makasih ya Mbak. Maaf kalau Aim ngerepotin mbak. Mungkin dia kangen sama Ibunya." Kata Rika.
"Memang Ibunya kemana?"
"Sesaat setelah melahirkan Aim, mbak Aina meninggal."