"Waalaikum salam Tari, bagaimana kabarmu Nak?"
"Alhamdulillah baik Bu, Ibu gimana?"
"Ibu juga baik. Gimana pekerjaan kamu?"
"Hari ini Tari dapat gaji pertama lo Bu, ternyata gaji Tari besar Bu. Jadi Ibu mulai sekarang enggak perlu lagi kirim uang untuk Tari. Dan mulai sekarang juga, Tari akan kirim uang untuk Ibu. Jadi Ibu enggak perlu lagi lembur-lembur buat jahit baju."
"Alhamdulillah, Ibu senang sekali mendengarnya Nak."
"Alhamdulillah ini semua berkat doa Ibu."
"Oia Nak, akhir pekan ini kamu bisa pulang? Ibu kangen. Ibu juga pengen ngomong sesuatu yang penting sama kamu." Ucap Ibu memelas yang pastinya aku tidak bisa untuk menolak.
"Bisa Bu, besok Tari akan pulang." Balasku. Ah Ibu, bisa saja untuk membuatku pulang. Padahal aku juga bukan tipe anak rantauan yang tidak pernah pulang. Setiap bulan pasti ku luangkan beberapa akhir pekanku bersamanya.
*****
"Ibu... Ibu tahu kan Tari masih belum ingin menikah. Tari masih ingin bekerja, Tari masih ingin membahagiakan Ibu. Tari mau renovasi rumah untuk Ibu, mau beli mobil, mau beli ini itu.."
"Hei siapa yang memintamu menikah Nak? Ibu hanya ingin kau melihat Yusuf, kau bertemu dengannya. Mengobrol dan juga..."