"Aku juga baik."
Aku dan Rika mulai mengobrol tentang kami sambil berbelanja. Rika banyak bercerita tentang keluh kesahnya dalam kuliah. Yang sampai saat ini dia masih belum wisuda. Aku pun juga banyak bercerita tentang pekerjaanku. Ya, selayaknya teman yang lama tak jumpa. Saat masih berhubungan dengan Rendi, dia sempat mengenalkanku dengan Rika.
"Bibi, mau es krim." Aim bocah kecil itu merengek kepada Rika.
"Iya sebentar." Jawab Rika yang masih memilah buah.
"Beli es krim sama tante aja yuk." Ucapku kepada Aim yang langsung membuat bocah itu tertawa girang. Aku memberi tanda kepada Rika agar membiarkan Aim bersamaku. Rika pun mengiyakan.
"Anak pintar mau es krim yang mana?" Ku angkat tubuh anak itu agar bisa menjangkau isi kotak es krim. Seketika bocah itu sudah mengambil tiga buah es krim di tangannya. Aku tertawa melihat kelakuan Aim. Entahlah aku merasa sangat menyayangi anak ini. Tapi memang sejak dulu aku menyukai anak kecil.
"Aim, Papa kamu dimana?" Tanyaku lirih.
"Kerja", jawab Aim polos.
"Kalau mama?" Tanyaku kembali. Pertanyaan yang sebenarnya tidak penting tapi bagiku sangat penting karena aku ingin tahu tentang mereka.
"Di sana." Jawab Aim sambil tangannya menunjuk ke atas. Aku pun ikut mendongak ke arah tangan kecil itu. Hanya ada atap supermarket. Ah bodoh sekali diriku, bagaimana ceritanya aku bisa menuruti apa yang bocah kecil ini katakan.
"Aim, pulang yuk!" Ajak Rika.