Kupandang kembali wajah polos Aim. Seharusnya aku sangat membenci anak ini. Anak dari hasil penghianatan Rendi dan Aina. Tapi aku tidak sampai hati untuk membencinya.
"Kau benar, Aim lahir setelah empat bulan pernikahanku dan Aina." Tiba-tiba Rendi sudah berada di sebelahku. Aku terkejut, bagaimana bisa dia ada di sini? Dan bagaimana pula dia tahu apa yang tengah ku fikirkan?
"Jadi kalian memiliki hubungan di belakangku?" Entah dari mana keberanian itu ku dapatkan hingga kalimat tersebut bisa lolos dari bibirku.
Di luar dugaanku, Rendi malah tersenyum mendengarnya. Membuatku sedikit heran.
"Aim lahir empat bulan setelah kami menikah karena Aim adalah putra biologis dari Aina dan Dito."
Degg, aku sangat terkejut. Drama apa ini? Dito, aku mengenalnya. Aina pernah mengenalkanku padanya. Dito adalah kekasih Aina, namun Ayah Aina tidak merestui hubungan mereka. Karena Dito adalah berandalan.
"Setelah tau Aina hamil anaknya, Dito kabur. Aina sangat frustasi saat itu. Ayah Aina meminta Ayahku menikahkah kami untuk menutupi aib Aina. Ayahku tidak bisa menolak, keluarga kami memiliki hutang budi kepada keluarga Aina.
Kami pun menikah. Aku dan Aina adalah suami istri tapi kami tetap saling menjaga hati. Aina tidak pernah meminta hak nya sebagai istriku karena dia sangat menghargaimu sebagai sahabat dan cinta suaminya." Aku terkesima mendengarnya. Jika cerita ini benar berarti Aina dan Rendi tidak pernah berhubungan.
"Empat bulan kemudian Aina melahirkan. Namun takdir berkata lain. Karena pendarahan Aina meninggal, disusul dengan ayahnya yang tidak mampu menahan kesedihan karena kepergian putrinya. Dan tinggal lah bayi ini, Aim. Bayi yang tidak berdosa ini harus kehilangan ibu dan kakeknya dalam satu waktu. Dia hanya memiliki kami sebagai keluarganya."
"Kenapa kau tidak pernh memberitahu ku tentang ini semua Ren?" Tanyaku lirih.
Rendi menatapku tajam. Tatapan yang sama seperti dulu yang sering membuat ku terbuai. "Aku tidak ingin membebanimu Tari. Saat wisuda, aku melihat berapa bahagianya dirimu dan juga ibumu. Harapan ibu sangat besar kepadamu. Aku tidak ingin kamu terlibat jauh dalam masalah ini. Aku tidak ingin semua ini hanya akan menghalangi langkahmu untuk mengejar cita-citamu."