"Jangan bercanda dengan ucapan semacam itu."
Karena mendengar kata bunuh diri, Nivea langsung teringat akan kutukan yang diceritakan oleh mendiang kakeknya di dalam mimpi. Nivea tidak ingin kutukan itu benar-benar menjadi kenyataan. Dirinya sungguh tak ingin Matias mati. Dia tak sanggup membayangkan jika hal itu sampai terjadi.
***
Sepuluh orang bersenjata itu tergabung dalam pasukan keamanan kerajaan. Mereka tengah berdiri di hadapan baginda raja, telah siap untuk melaksanakan tugas mereka hari ini. Mengantar pangeran Edmund ke wilayah pengasingan yang tersembunyi.
Di bawah pimpinan tuan Ruddy, pasukan itu akan bergerak sebentar lagi.
"Maafkan aku, Ibu. Tidak seharusnya aku mempermalukan dan mengecewakan Ibu."
"Aku selalu memaafkanmu, Edmund! Jagalah dirimu, dimana pun tempatmu nanti. Belajarlah menjadi lebih baik, anakku." permaisuri menitihkan air mata saat mengusap wajah putranya itu.
"Dan kau, Nicole.. Aku harap kau akan menemukan lelaki yang tulus mencintai dan menjagamu."
"Kak... Aku akan merindukanmu.." gadis itupun meraih tubuh sang kakak dan memeluknya erat sebelum mereka harus terpisahkan.
"Sudahlah! Kau harus segera pergi, Edmund!"
Sang pangeran melepaskan pelukannya dengan putri Nicole, bergerak mundur dan mulai menjauh, menghampiri tuan Ruddy yang sudah memberi kode padanya untuk segera berangkat.