Tiba di rumah, Martha dikejutkan oleh keberadaan sang kakak yang sedang duduk membaca di ruang tengah.
"Kakak! Kau pulang lebih awal?"
"Hmm. Aku ingin beristirahat lebih awal, Martha." seraya mengalihkan pandangan dari bukunya kepada Martha. "Kau pergi bersama Daniel?"
"Tentu! Kami berkeliling di taman Edelweis."
"Ah, kalian berdua... romantis sekali!"
"Kau merasa iri hati kepada kami, Kakak?" bisiknya mendekat ke telinga Matias dari belakang.
"Apa katamu? Iri hati? Hmm.. Tidak!"
"Baiklah! Kalau begitu, aku akan ke kamar sekarang." gadis itupun beranjak pergi dari sana.
Matias memikirkan gadisnya. Sesungguhnya dia sudah merindukan Nivea. Tapi, dia belum bisa menemuinya. Situasinya masih belum memungkinkan.
Diluar sana, orang-orang masih membahas tentang pengasingan terhadap pangeran Edmund. Meski mereka juga mengetahui bahwa rencana pernikahan pangeran juga telah dibatalkan, tapi lebih baik jika Matias juga memikirkan posisi Nivea saat ini.
Dirinya memang tidak peduli, jika orang-orang diluar sana membicarakan hal yang tidak baik tentang dirinya. Tapi, Matias tidak ingin jika kekasih hatinya itu ikut dijadikan topik pergunjingan. Matias tidak ingin perasaan Nivea sampai terlukai.