"Aku rasa pemuda itu sengaja duduk menghadap kemari agar..."
"Agar apa Seri?"
"Agar dia bisa menikmati rotinya sambil sesekali mencuri pandang pada Anda."
"Hentikan leluconmu, Seri! Sebaiknya kau kembali ke dapur jika kau hanya akan mengatakan yang tidak-tidak."
"Baiklah nona. Saya akan diam saja."
Dan apa yang dikatakan oleh Seri memanglah suatu kebenaran. Lelaki yang sedang menyesap secangkir teh hangatnya itu sudah beberapa kali mencuri pandangannya kepada Nivea.
7. Pangeran Edmund
 Matias melangkah memasuki kamarnya, melepas jas hitam yang tadi dikenakannya. Dia melempar tubuhnya ke ranjang, terlentang menatap langit-langit kamarnya. Menghela nafas dan terbayang dalam ingatannya, tentang seseorang yang dia temui siang tadi di toko roti.
"Apa menyukai seseorang butuh alasan?" dirinya bicara sendiri bertanya akan hal itu. "Apa sebaiknya aku utarakan saja perasaanku padanya?"
Suara ketukan pintu disana, menghentikan sesaat otaknya yang sedang bekerja.
"Masuk!"