Lelaki itu tersenyum tipis dengan sebelah tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Memandang teduh wajah Nivea. Dan yang dilakukannya itu telah membuat Nivea menjadi cenderung bodoh, seperti hendak salah tingkah.
"Jadi... kau mau roti apa, tuan? Dan apa kau juga memesan teh?" pertanyaan yang dilayangkan gadis bergaun kuning itu membuyarkan lamunan Matias.
"Ah, ya.. Aku.. aku suka roti dengan selai cokelat di dalam. Tampaknya aku harus memesannya dua buah. Dan secangkir teh chamomile."
"Ah, baiklah! Teh chamomile sangat baik untuk pencernaan Anda, tuan. Kau memilih minuman mu dengan bijak."
Kedua mata cokelat lelaki itu masih terus memandangi Nivea yang sedang menyiapkan semua pesannanya. Dirinya memilih tak bersuara, dia tak ingin mengacaukan konsentrasi Nivea.
"Ini milikmu, tuan! Ada beberapa kursi kosong disana dan... kau tentu bebas memilih ingin duduk di kursi yang mana." dengan kedua tangannya Nivea menghadirkan sebuah nampan kayu yang berisi semua pesanan Matias di atas meja pemesanan itu.
Kedua tangan lelaki itupun meraih nampannya, "Tentu nona. Terima kasih. Aku akan duduk di kursi dengan posisi yang paling baik menurutku."
"Hah? Apa? Bukankah semua kursi itu sudah ku tata dengan posisi yang baik?" tanya Nivea membulatkan kedua matanya.
"Hahaha. Hanya saja, maksudku... Sudahlah! Jangan kau pikirkan nona! Aku permisi dulu." seraya kedua tangannya membopong nampan tadi ke meja yang dipilihnya di sudut ruang sana.
"Ah, coba lihat siapa itu yang duduk disana nona!" Seri menghampiri Nivea yang telah kembali pada posisi lurusnya menghadap ke pintu masuk toko.
"Siapa maksudmu? Apa kau membicarakan tuan Matias?"