"Apa yang kau maksud dengan menjaga martabatku di hadapan baginda raja, Nivea? Kau memang hadir dalam undangan itu tapi kau... tetap saja mempermalukan aku dan Ibumu. Aku menyesal dengan keputusanmu untuk ikut dengan kami, tanpa ku pikirkan lagi seribu kali."
"Kau malu memiliki anak sepertiku, Ayah?"
"Bukan begitu anakku!" duchess Elvira menyanggah pertanyaan itu.
"Sebaiknya kau tidak ikut bicara, Elvira!"
Wanita yang duduk di sofa panjang itu langsung merapatkan bibirnya, memandang lemah kepada putrinya.
"Baiklah! Sekarang kau ingin aku melakukan apa, Ayah? Agar setidaknya kau mau memaafkanku."
Duke Eduardo menggeleng, lalu menopang kepalanya dengan kedua tangan di atas meja kerjanya. Beliau menunduk sesaat tak ingin melihat Nivea yang masih berdiri di hadapannya.
"Pergilah Nivea! Masuk saja ke kamarmu!" ucapnya datar tanpa mendongak kepada Nivea.
Nivea menghela nafas disana, "Baiklah Ayah! Aku benar-benar memohon maaf kepadamu dan kau Ibu. Beginilah adanya diriku. Aku harap kalian dapat memakluminya."
"Apa anak itu sadar dirinya sudah melukai perasaan banyak orang? Bahkan sikapnya tadi... sama saja dengan menginjak kepalaku." sang ayah kembali membuka mulut ketika Nivea telah menutup kembali pintu ruangan itu dari luar.
"Kau berlebihan Eduardo!"