Hah... Muramasa menghela napas berat. Ia tau kedekatannya dengan gadis dalam gendongannya itu tidak terlalu wajar. Mereka terlalu dekat. Tidak cocok sebagai kakak adik, ayah dan anak, maupun paman dan ponakan. Kenyataannya keluarga Satou adalah kerabat jauh dari keluarga Shinagawa.Â
Kali pertama ia bertemu dengan sosok Shinagawa Shinerin ia langsung terpikat oleh sosoknya. Aura yang gadis itu keluarkan begitu nyaman dan menenangkan. Sehingga ia betah dekat dengannya. Karena ia yang berusaha dekat dengannya dan juga Shinagawa bersaudara nyaman ketika bersamanya. Kini Muramasa sudah dianggap seperti kerabat dekat dari keluarga Shinagawa karena ia selalu menjaga kedua anak dari keluarga itu. Muramasa sendiri bahkan sangat dekat dengan sosok kakak dari Shinagawa Shinerin. Mereka terlihat sangat cocok. Mungkin salah satunya karena usia mereka yang hanya terpaut sedikit sehingga kakak dari Shinagawa Shinerin bisa dekat dengannya.Â
Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit, mereka akhirnya tiba di kediaman Shinagawa. Dengan Muramasa yang masih menggendong Shi yang kini tertidur lelap di pelukannya, ia masuk kedalam rumah itu dengan santai.Â
Ketika ia sampai didalam, ia melihat sosok kakak dari Shinagawa Shinerin sedang bertelepon dengan seseorang. Ia kemudian memutuskan untuk mengantarkan Shi ke dalam kamarnya. Karena ia sudah sedikit lelah menggendongnya. Setelah sampai di dalam kamar Shi, ia kemudian meletakkannya diatas kasur dan beranjak menghampiri kakak dari shi.Â
"Siapa yang menelepon yu?" Tanya Muramasa ketika ia telah sampai di bawah.Â
"Oh kak Muramasa. Ayo duduk dulu, aku ingin sedikit bercerita. " Jawab sosok yang dipanggil Yuu itu.Â
"Jadi?"
"Bagaimana jika kami berdua pindah. Maksudku aku dan Shi."
"Apa orang tua kalian yang menyuruh kalian pindah?" Tanya Muramasa. Yuu hanya terdiam sembari menunduk.Â
"Ada apa Shinagawa Yuuichirou"Â
"Ya, ayah dan bunda meminta kami pindah setelah aku masuk sekolah menengah pertama. Shi akan dimasukkan ke sekolah akselerasi. Mereka menargetkan agar di usia Shi yang ke 11 ia bisa masuk sekolah menengah pertama. Entah apa yang mereka pikirkan"