Tepat pukul 12 malam.Â
Seiya berjalan mengendap endap menuju kamar Shi yang berada disebelah kamarnya. Ia melihat pintunya tidak terkunci. Dan ia menganggap itu kesempatan terbaik untuknya.Â
Ia membuka pintu itu, melihat keadaan kamar yang gelap walau ada cahaya dari ventilasi udara dan jendela yang tirainya tidak tertutup. Suasana kamar milik Shi begitu dingin. Ia menemukan sosok Shi sedang tertidur pulas di kasurnya. Wajahnya terkena sedikit cahaya yang berasal dari bulan purnama.Â
'cantik'
Seiya kemudian mengeluarkan barang yang ada disaku celananya. 'sebuah pisau lipat' . Dengan tangan yang gemetar, ia berusaha menusuk sosok Shi tepat di jantungnya. Namun, tepat lima centimeter sebelum pisau itu menyentuh tubuh Shi, ia berhenti. Entah mengapa, tubuhnya seloah membeku, tidak bisa meneruskan hal yang ingin dia lakukan.Â
"Mengapa berhenti?" Suara serak Shi memecah keheningan.Â
Seiya tersentak kaget dan hanya terdiam. Ia melihat sosok Shi bangkit dari tidurnya, menghidupkan lampu di nakas sebelah kasurnya dan kemudian menggengam tangan Seiya yang memegang pisau lipat itu.Â
"Bunuh saja aku" ucapnya sembari mencoba menekan pisau dalam genggaman Seiya ke dadanya. Seiya tetap berusaha menahan tangannya agar tidak mengenai tubuh Shi. Namun terlambat. Pisau jtu telah mengenai bagian dada Shi. Darah mulai menetes dari luka yang Shi timbulkan sendiri. Shi terus saja menekan piasu itu.Â
"Hentikan" ucap Seiya perlahan. Ia kemudian menarik pisau yang sudah menusuk bagian dada Shi.Â
"Apa yang kau lakukan ha?" Bentak Seiya dengan suara pelan. Shi memegang bagian dadanya yang terluka.Â
"Bukankah kau ingin membunuhku? Mengapa berhenti?" Tanya Shi sembari terus menekan dadanya yang terluka. Seiya diam. Shi kemudian membenarkan posisi duduknya. Ia menggenggam tangan Seiya yang gemetaran. Membuang pisau berlumur darah yang Seiya pegang.Â