Setelah kejadian itu keadaanku kembali normal. Baying-bayang Ryan ku tepiskan meskiun kadang-kadang harus ku korbankan airmataku tuk meluapkan emosi yang meluap. Ku buka hatiku lagi tuk menyambut hari-hari selanjutnya yang penuh tantangan tentunya. Ku tancapkan dalam setiap niatku agar aku tidak boleh sakit atas apa yang telah ku derita. Biarkan semua indah pada waktunya.
"Asslamu'alaikum ukhti. Maaf mengganggu"
Aku tersentak mendengar seseorang menyapaku dari belakang. Aku berpaling menatap nya dan mematikan Kamera ku.
"Wa'alaikum salam...o,nggak apa-apa kok!" jawabku agak kaku.
"Perkenalkan namaku Bian Pranata!" ucapnya
Aku kaget mendengar namanya."kok sama ya namanya Seperti nama Ryan Pranata?"aku mulai bertanya-tanya dalam hati.
"Aku adiknya Ryan Pranata. Kamu mengenalnya bukan?" tanyanya to the point.
Ku coba menatapnya yang telah berdiri tepat dihadapanku. Sekilas dia memang mirip Ryan Pranata, Seseorang yang dulu kupendamkan perasaan ini. Namun ku perhatikan sorot matanya yang tajam. Aghht...sorot itu rasanya pernah ku melihatnya. Tapi....dimana??
"Oh iya...aku temannya Ryan. Memangnya kamu adiknya yang keberapa?"tanyaku basa-basi.
Dia tersenyum mendengar pertanyaanku. "Hehehe...aku kembarannya. Beda 15 menit!" jawabnya.
Aku tersenyum dan mengangguk malu.