"Oke Mya.. hahaha.. ada Rahman,Rahma,Chika,Dika,Mulyana dan.......!" jwab Dhiny mengambang.
"Dan siapa lagi Dhin? Jangan buat diriku penasaran!" rengekku memelas.
"Dia siswa teladan SMA kita lhoo...dia yaitu RYAN PRANATA!" teriak Dhiny.
Aku terdiam sambil merenung mengapa harus dia lagi? Aku sungguh tak ingin dalam keadaan bersamanya. Meskipun nafsu ini menginginkannya. Tapi... aku ingin menjaga hati ini agar kelak aku juga mendapatkan seseorang yang juga menjaga hatinya. Aku begitu serba salah sekarang. Satu sisi aku ingin bersamanya dan satu sisi aku ingin menjauh darinya agar hati ini tidak keruh dengan dosa-dosa yang mencampurinya.
****
Selama masa persiapan belajar untuk mengikuti debat di ibukota provinsi Aceh ini. Akhirnya, mau tidak mau aku mulai dekat dengannya. Seiring dengan berjalannya waktu aku lebih dewasa dalam menyikapai masalah baik perbuatan maupun perkataan. Itu pelajaran yang selalu ku terima darinya. Meskipun dekat dengannya aku tetap mengindahkan norma-norma yang berlaku. Tak ku sangka tepat tanggal 25 april berita gembira berhembus padaku.
" Mya..kita menang debat. Selamat ya?" ucapnya dihadapanku.
Aku mengangkat dagu melihat seseorang yang sudah mengabarkan berita itu. Aghtt...Ryan. dia selalu memberi kejutan-kejutan kepadaku. Namun seperti biasanya kembali ku menunduk dan menjaga mataku.
" Alhamdulillah...benarkah itu? Dapat kabar darimana Ryan?" tanyaku.
" Benar My. Tadi pak kepsek yang menyuruhku memanggil kalian semua tuk diberi ucapan selamat dan tropy tentunya. Oya, satu lagi aku mau bilang.....!" dia diam tidak melanjuti kata-katanya.
" Satu lagi?? Memangnya ada apa Ry? Pasti sangat surprise kan?" tanyaku polos.