"Mengapa baru sekarang kalian kabarkan ke aku? Apakah aku bukan bagian darimu sobatku Dhiny? Hingga berita bahagia ini juga tak sempat kamu kabari ke aku? Aku tak berarti bagimu ya Dhin? Hiks...hiks..." tanyaku menggugat.
Dhiny mendekatiku tapi ku menjauhinya. Aku tak ingin mendekat pada orang yang telah menyakiti hatiku. Dhiny mulai menangis.
"My, maafkan kami ya? Kami tidak bermaksud membohongi semua ini. Hanya saja waktunya belum tepat. Sekarang semua kembali padamu. Apakah kamu menerima atau tidak itu hakmu My!"
"Iya...selamat berbahagia,Sobat!"aku beranjak pergi sambil mengambil mukena pada Dhiny. Namun Dhiny memegang erat tanganku lalu memelukku.
"Mya, aku memang bukan sahabatmu yang baik untukmu. Aku mengambil Ryan dari hatimu. Namun, jika kamu ingin, ku ingin mengembalikan Ryan dihatimu seperti semula"katanya tegas.
"Apa-apaan kamu Dhin? Pantaskah kamu berkata begitu dihadapan Ryan? Dhin,aku bukan yang menyukai apa yang dimiliki saudaranya!" aku kembali emosi.
Dhiny meminta maaf padaku. Aku jugatak ingin semua serba salah. Mulai detik ini aku harus melupaka rasa ini meskipun begitu berat. Biarkan Dhiny dan Ryan bersama tanpa ada aku yang menghalanginya.
"Mungkin aku yang terlalu naïf mencintai Ryan dan membiarkan hatiku kotor dengan harapan-harapan semu. Namun,kamu harus percaya bahwa perasaanku selama ini ku simpan rapat-rapat dihati ini agar rasa cintaku padamu tetap terpaut pa cinta-Nya. Sekarang ku rasa aku begitu hina menelanjangi perasaankui pada calon suami sobatku. Tapi kulakukan ini semata-mata agar tak ada lagi rasa yang terpendam antara kita. Sekarang aku yakin, kamu menanti Dhiny diluar diriku kan Ryan? Dan kamu Dhiny sobatku yang baik hati juga harus percaya diluar Diriku, Ryan menanti dirimu. Selamat berbahagia ya?" ucapku smebari tersenyum getir.
Tiba-tiba Ryan berujar sebelum ku pergi menjauh dari mereka : "Mya, diluar sana juga ada yang menanti dirimu!". Aku berpaling kearahnya lalu tersenyum berlalu.
Suara adzan bersayup-sayup disebelah timur mesjid memanggil insane-insan yang ingin meraih kemenangan. Burung-burungpun kembali ke sarangnya. Dan sang mentari sore mulai memasuki peraduannya. "Semoga kamu bahagia Dhin.Semoga Bahagia!" do'a ku lirih didalam hati.
***