Mohon tunggu...
Nasriati Chalilah
Nasriati Chalilah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tertarik pada cinta tanpa jeda, senja dengan jingga dan hujan yang basah-\r\nSaat ini di Medan. Dari Utara Pulau Sumatera, Aceh.\r\nSaleum Geunaseh :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Diluar Sana Ada yang Menanti

24 Maret 2011   06:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:29 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku terdiam dibawah pohon disudut sekolah sambil menikmati isi buku dengan pikiran melayang. Dari tadi pagi semangat belajarku menurun. Entah kenapa aku begitu bosan untuk sekedr membaca dan tersenyum pun aku enggan. jika aku sedang begini, teman-temanku membiarkan saja diriku terbuai dlam angan-anganku. Aku memakluminya dan meras bersyukur karena mereka memberi ruang berfikir untukku yang telah terbiasa menyendiri jika mempunyai masalah.

" Assalamu'alaikum Mya, apa kabar? Kok melamun?"tiba-tiba seseorang mengusik lamunan panjangku.

" Wa'alaikum salam..hempt...baik...baik kok. O,tidak. Hanya sedikit merenung saja Ry!" jawabku asal-asalan sambil tertunduk malu.

Dia memperhtaikan raut wajahku yang terlihat lesu dan gugup. Aku kembali menundukkan pandanganku. Aku tidak berani menantang matanya yang dalam. Meskipun teman-temanku sangat mengagumi keberanianku yang kata mereka sukar untuk ditiru. Aght...aku tak mampu lakukan hal itu kepad seseorang yang berdiri dihadapanku ini dengan tubuh yang jangkung dan kacamata minus. Aku begitu kerdil jika berdiri didekatnya dan muluut ini rasanya terbungkam jika berbicara dengannya.

"Kamu nggak apa-apakana Mya? " tanyanya khawatir melihatku begitu membisu dan tertunduk lesu.

"Iya, nggak apa-apa kok Ry. Oya,aku mau ke perpustakaan dulu ya? Mau cari bahan pelajaran bahasa indonesia yang disuruh sama pak Marsono!Assalamu'alaikum" aku beranjak pergi dengan tertunduk tanpa menghiraukan lagi balasan salamku darinya.

Tiba-tiba Dhiny berlarian mengejarku dari belakan.

"Duh, aku capek banget ngejar kamu My. Ada berita baik untukmu,sob!" katanya dengan mata terpicing-picing dan nafas yang naik turun.

"Hehehe..berita apa sobatku Dhiny yang baik hati dan hampir saja gendang telingaku pecah mendengar teriakanmu itu!" jawabku manyun.

" Hehehe..sorry ya My. Aku nggak bermaksud gitu kok!" ucapnya sedih.

Aghht... aku tidak tahan melihat wjah manisnya jika sedang dalam keadaan begini. Dia sahabatku yang begitu mengerti tentangg diriku. Namun, ada sesuatu yang tidak diketahuinya tentang rahasia hatiku ini. Seperti kata pepatah bahwa dalamnya laut bisa diukur,namun dalamnya hati siapa yang tahu.

"Mya...maaaaaaffffiiiiinnnn aku ya?" teriaknya dengan wajhnya memelas.

" E...e..iya Dhin, aku selalu memaafkan kesalahan dirimu. Lupakan saja! Ngomong-ngomong ada berita apa Dhin?" tanyaku kembali ke topik semula.

"Oke..oke.. makasih ya My? Hehehe..tapi sebelumnya kamu harus traktirin aku makan bakso di kantin paklek, bagaimana?" tanyanya ambisius.

"Waduh..! berita apa sih? Kok dhiny merasin aku ya? Aght... nggak mau..nggak mau!" jawabku smbil berlari menjauh dari kejaran Dhiny.

"Aght..Mya pelit...mya pelit!" rengeknya.

"Oke...memengnya ada berita apa sayang?" tanyaku berhenti ambisius.

"Kamu terpilih menjadi team debat sekolah kita yang akan mewakili ke Banda aceh nantinya. Selamaaaaat ya My?" teriaknya sambil memeluk diriku.

"Alhamdulillah, yang benar Dhin? Aku nggak percaya. Kamu serius Dhin?" tanyaku berulang kali.

"Iya Mya sayang..kamu terpilih! Tadi pak kepala sekolah mencari kamu dikelas. Karena tidak ada kamu makanya aku disuruh kasih tahu ke kamu My. Nanti setelah istirahat langsung aja ke kantor Kepsek" jawabnya mantap

"Alhamdulillah ya allah...makasih juga ya Dhin?" sku memeluknya kembali. Aku begitu terharu mendengar berita yang menggembirakan ini. Ternyata usahaku tak sia-sia selama ini. "Syukran lillah..syukran lillah..!" ucapku dalam hati.

"Setelah pulang sekolah kita makan bakso ya Dhin? Oya, selain aku siapa lagi yang terpilih dhin?" tanyaku penasaran

"Oke Mya.. hahaha.. ada Rahman,Rahma,Chika,Dika,Mulyana dan.......!" jwab Dhiny mengambang.

"Dan siapa lagi Dhin? Jangan buat diriku penasaran!" rengekku memelas.

"Dia siswa teladan SMA kita lhoo...dia yaitu RYAN PRANATA!" teriak Dhiny.

Aku terdiam sambil merenung mengapa harus dia lagi? Aku sungguh tak ingin dalam keadaan bersamanya. Meskipun nafsu ini menginginkannya. Tapi... aku ingin menjaga hati ini agar kelak aku juga mendapatkan seseorang yang juga menjaga hatinya. Aku begitu serba salah sekarang. Satu sisi aku ingin bersamanya dan satu sisi aku ingin menjauh darinya agar hati ini tidak keruh dengan dosa-dosa yang mencampurinya.

****

Selama masa persiapan belajar untuk mengikuti debat di ibukota provinsi Aceh ini. Akhirnya, mau tidak mau aku mulai dekat dengannya. Seiring dengan berjalannya waktu aku lebih dewasa dalam menyikapai masalah baik perbuatan maupun perkataan. Itu pelajaran yang selalu ku terima darinya. Meskipun dekat dengannya aku tetap mengindahkan norma-norma yang berlaku. Tak ku sangka tepat tanggal 25 april berita gembira berhembus padaku.

" Mya..kita menang debat. Selamat ya?" ucapnya dihadapanku.

Aku mengangkat dagu melihat seseorang yang sudah mengabarkan berita itu. Aghtt...Ryan. dia selalu memberi kejutan-kejutan kepadaku. Namun seperti biasanya kembali ku menunduk dan menjaga mataku.

" Alhamdulillah...benarkah itu? Dapat kabar darimana Ryan?" tanyaku.

" Benar My. Tadi pak kepsek yang menyuruhku memanggil kalian semua tuk diberi ucapan selamat dan tropy tentunya. Oya, satu lagi aku mau bilang.....!" dia diam tidak melanjuti kata-katanya.

" Satu lagi?? Memangnya ada apa Ry? Pasti sangat surprise kan?" tanyaku polos.

"Tentu! Bahkan sesuatu yang sangat megejutkan. Ternyata kamu telah dewasa Mya!" ujarnya sambil tersenyum.

DEUGHT!!

Hatiku mulai tak karuan mengartikan kata-katanya. " maksudnya pa sih? Membuatku bingung dan grogi begini!" ucapku dalam hati.

"Hallo Mya Aulyana met millad yang ke -18th. semoga kedepan lebih baik dan terbaik serta selalu dilindungi oleh-Nya!"

" Hah? Aku Ultah! Amiin... terimakasih ya ryan?" balasku sambil tersenyum penuh haru.

Begitulah aku sangat gembira hari ini. Selain menjadi pemenang juara 2 tingkat provinsi kemudian ucapan selamat ulangtahun dari Ryan beserta kadonya sebuah novel : Balada Si Roy karya Gola Gong dan "Bumi Manusia" kaya Pramoedya Ananta Toer yang begitu ku sukai.

***

Namun tak terasa masa-masa indah itu telah berlalu. Semuanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing dibangku perkuliahan setelah menamatkan SMA.

Seperti biasa aku sibuk dengan hasil reportaseku, karena sebentar lagi akan Deadline. Hempt... begitu disiplinnya menjadi jurnalis majalah kampus. Tetapi bir bagaimanapun aku sangat menekuni aktivitasku ini. Aku bisa melepaskan ide-ide dikepalaku melalui tulisan.

Didalam kesibukanku tersebut tanpa kusadari seseorang sedang memperhatikanku dengan tatapan yang tajam. Aku tak pernah ingin tahu siapa dia. Karena bagiku itu tidak penting dan hanya membuang waktu saja. Selain itu, aku telah berjanji bahwa cinta yang dulu bersemi di bangku SMA ku ingin menjaga sebaik-baiknya. Dan aku tak ingin berpaling lagi. Aku begitu yakin dengan apa yang aku yakini. Aku menunggunya yang telah menjadi motivator bagi hidupku. Meskipun sampai saat ini aku tidak tahu dimana dia menimbah ilmu setelah menamatkan SMA.

Disudut lain........

" Dia begitu mempesona dalm jubahnya yang rapi dan begitu cantik dalam senyumnya yang mempesona. Namun mengapa dia begitu cuek dan tak pernah ingin mengenalku? Aghtt..semenjak ku melihatnya ketika ospek dulu.hatiku begitu dekat padanya. Tapi.....aghht.begitu berat perasaan ini!" Bian membatin sambil memandangi sosok muslimah itu dari kejauhan.

Bian adalah teman sekampus Mya namun berbeda Fakultas. Dia Fakultas Kesehatan Masyarakat sedangkan Mya fakultas ilmu sosial dan politik. Dia selalu memperhatikan muslimah cantik yang selalu menyandang ransel kecil dan kameranya denga energik.

Aku mulai merasa tidak nyaman karena merasa adayang memperhatikanku. " aghht.. kenapa sih mata itu selalu mengusik kenyamanan aktivitas yang sedang ku geluti. Hempt..menyebalkan!" gerutuku dalam hati sambil beranjak pergi.

Tiba-tiba HP ku berdering .aku merogoh isi tas yang penuh kertas-kertas usang dan semua alat tulis menulis. Akhirnya ku temukan HP kesayanganku. " hempt..nomor yang tak ku kenal. Angkat atau tidak ya?" aku kebingungan.

Kuputuskan untuk mengangkat panggilan yang sudah lama menunggu. Bismillah..

" assalamu'alaikum!" ucapku.

" wa'alaikum salam."sahut suara diseberang.

Hah? Suara itu begitu familiar ditelingaku. Ya Allah, diakah yang menelponku ini?

" Mya...hallo Mya...!" kembali suara itu membuyarkan anganku.

" iya.. maaf ini siapa ya ? apakah ini Ryan?" tannyaku penasaran.

" Iya, apa kabar ukhti? Bagaimana kuliahnya? Aku kangen sama kamu lhoo...!" ujarnya panjang lebar.

" iya..sama. aku baik. Kmau bagaimana?" tanyaku menyembunyikan keriangan hati ini.

Dia mengatakan kalau dia kuliah di UGM (universitas Gajah Mada). Kampus biru yang dulu ku impikan juga. Namun, tak bisa ku raih karena faktor eknomi yang menghambatnya. Dia mengajakku bertemu di taman mesjid Agung ketika maghrib menjemput. Karena dia sedang pulang kampung untuk meghadiri pesta pernikahan kakak sepupunya. Aku begitu gembira mendengar berita itu. Langsung saja ku iyakan tawarannya. " akhirnya..dia kembali untukku. Terimakasih ya Allah!"

***

Keesokan harinya aku menyambut mentari dengan hati yang berseri. Namun tiba-tiba aku teringat Dhiny, sobat SMA ku hingga sampai saat ini memasuki semester delapan bangku kuliah. Aku memencet nomor teleponnya dan tidak seberapa lama panggilan diangkat.

"Hallo...Assalamu'alaikum,apa kabar Mya sayang? Tumben nelpon diriku ini? Biasanya tidak pernah sempat!" keluhnya cerewet.

"Wa'alaikum salam..hehehe maafkan aku Dhin. Aku sibuk banget. Aku ada berita bagus Dhin. Tapi kamu mau nggak kalau sore ini kita shalat bareng di Mesjid Agung yuk? Temani aku,Please!"

"Wah... ada apa ini? Kok tumben banget ngajak kemesjid bareng? Sendiripun kamu bisa My. Ada apa Mya?" tanyanya penuh perhatian.

"Dhin, aku senang banget karena ryana ajak ketemuan ditaman mesjid sambil menikmati matahari ke tempat peristirahatannya. Aku kangen dia!" ujar Mya panjang Lebar.

"Astaghfirullah... Mya berkata begitu, ada apa dengan Mya?"ucapnya lirih didalam hati.

Dhiny terdiam merenung sendiri. Dia bingung apa yang seharusnya dilakukan nantinya. Dia begitu bodoh dan tak pernah mengerti sosok Mya meskipun dia telah berteman sejak lama. Myayang ramah namun cuek ibarata air Beriak namun penuh misteri. Tetapi... sekarang Dhiny mulai merasakan ada aura lain pada Mya. Mulailah Dhiny memutar Film di alam pikirannya saat dia bersama Mya dan Ryan dulu. Apakah...apakah... Mya menyukai Ryan yang sekarang sedang...!" Dhiny mulai mencceracau dalam kebisuannya.

"Dhiiiinnnn.... kamu kenapa?kamu mau temani aku bertemu dengan Ryan kan Dhin?Please..!"

"Hempt...Mya, aku pikir-pikir dulu boleh nggak? Soalnya aku sibuk banget mau ikut seminar besok!"

"Aghht... Dhin, bantu aku dong. Aku tidk berani berdua-duaan nantinya pasti ada makhluk yang ketiga. Dan pastinya akan timbul fitnah kan Dhin?"rengekku.

"Tapi...aku...!"

Aku cepat memotong kata-kata Dhiny.

"Dhin, bantu aku! Rasa ini nggak sanggup aku pikul lagi Dhin. Aku ingin cepat-cepat merasakan bebas dari masalah ini. Ayolah...Dhin...!" aku mulai mengisak.

Aku begitu berharap pada Dhiny untuk menemaniku bertemu Ryan. Meskipun Dhiny belum pernah mendengar curhatku tentang perasaanlku ke Ryan yang begitu lama ku simpan dan ku tutupi rapat-rapat.

"Iya..iya.. jangan menangis lagi My. Aku ytetap temani dirimu sayang. Jam empat lewat aku kesana dan kuita ke mesjid bareng. Oke?" ujarnya menghiburku.

"Oke..Makasih ya Dhin. Aku tunggu kamu dirumah ya? Assalamu'alaikum!"

"Iya..Wa'alaikum salam!" jawab Dhini.

Aku tersenyum puas. Namun ditempat yang berbeda dhiny mulai merasakan kegeahan. Dia begitu bingung terhadap sikap Mya terhadap Ryan. Namun dia tak mau bersuudzon pada sobatnya itu. Dia percaya biarlah semua indah pada waktunya.

"Ya Allah... maafkan sikapku pada Mya. Aku hanya tidak sempat mengabarinya. Maafkan aku ya Allah.. dan dirimu My, jangan bencihi aku setelah semua kamu ketahui nanti.

Tetaplah menjadi sahabatku selamanya.!" Dhini mulai tersedu-sedu. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya perasaan Mya nantinya. Namun, dia selalu berdo'a agar perkiraannya salah tentang perasaan Mya pada Ryan.

***

Senja di ufuk barta mulai menampakkan warnya yang indah di pandang. Aku merapikan jelbabku sambil tersenyum bahagia. Menikmati warna kemerah-merahan sang mentari sore di bangku mesjid bersama Dhiny. Ku lirik Dhiny yang begitu gugup dan hanya melirik berkali-kali jam unik di pergelangan tangannya.

"Dhin... kamu kenapa?" tanyaku.

"Hehehe... nggak kok. Memangnya jam berapa Ryan tiba?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Kayaknya sebentar lagi..sabar ya?" ucapku tersenyum.

Sebenarnya ada sebersit rasa aneh melihat tingkah dhiny yang kaku. Namun ku coba tepiskan semua hal-hal buruk yang dibisikkan syeithan terkutuk. Tiba-tiba sosok yang tinggi jangkung dengan kacamata minusnya menghampiriku dengan ngos-ngosan.

"Assalamu'alaikum...!" sapanya

"Wa'alaikumsalam!" balas kami berdua.Aku tertunduk pelan begitu juga dhiny.

" Dhiny... kamu kok ada disini?" tanyanya gugup.

Aku berpaling kearah Dhiny yang salah tingkah. Dhiny menatapku meminta pertolongan.

"Hempt... maaf Ry. Aku yang mengajak Dhiny agar nantinya nggak timbul fitnah!" jawabku tegas.

"Oh begitu...tapi kebetulan juga ada Dhiny. Biar sama-sama kami kasih tahu ke kamu My!" ujarnya tersenyum sambil melirik kearah Dhiny.

DEUGHT!! Hatiku berhenti berdetak. Ku pandangi Dhiny yang tertunduk lesu dan Ryan yang tersenyum nakal. "Subhanallah,Ryan begitu tampan dan wajahnya begitu bersinar!" pujiku dalam hati.

" Memangnya ada apa?"

"My, sebelumnya aku minta maaf tentang apa yang akan aku katakan. Aku tidak bermaksud..!" Dhiny mulai menitikkan airmatanya dan memelukku yang menyimpan 1001 tanda tanya dikepalaku.

"Memangnya ada apa ya? Katakana saja! Jangan buat ku kebingungan begini dengan sikap kalian berdua yang aneh banget!" jawabku tegas tak sanggup menahan gejolak jiwa.

"Mya... kami sedang... dalam...dalam... masa ta'arruf!" ucap dhiny mengejutkanku dengan suara yang tercekat.

"Hah?? Apaa??" tanyaku lagi

"Mya, kami sedang dalam masa ta'arruf.!" Ulang Ryan tertunduk.

" Maafin aku ya My? Aku baru ngasih tahu ke kamu tentang hal ini. Maafin aku ya My? Aku juga baru tahu tentang perasaanmu terhadap Ryan. Hiks...hiks...!" tangisnya membasahi simpulan jilbabnya.

Aku terdiam kesakitan atas perasaan ini. Kepalaku terasa begitu berat dan mulut ini tercekat kaku mendengar Dhiny menelanjangi perasaanku. Kini...ku menangis melampiaskan beban rasa ini.

"Mengapa baru sekarang kalian kabarkan ke aku? Apakah aku bukan bagian darimu sobatku Dhiny? Hingga berita bahagia ini juga tak sempat kamu kabari ke aku? Aku tak berarti bagimu ya Dhin? Hiks...hiks..." tanyaku menggugat.

Dhiny mendekatiku tapi ku menjauhinya. Aku tak ingin mendekat pada orang yang telah menyakiti hatiku. Dhiny mulai menangis.

"My, maafkan kami ya? Kami tidak bermaksud membohongi semua ini. Hanya saja waktunya belum tepat. Sekarang semua kembali padamu. Apakah kamu menerima atau tidak itu hakmu My!"

"Iya...selamat berbahagia,Sobat!"aku beranjak pergi sambil mengambil mukena pada Dhiny. Namun Dhiny memegang erat tanganku lalu memelukku.

"Mya, aku memang bukan sahabatmu yang baik untukmu. Aku mengambil Ryan dari hatimu. Namun, jika kamu ingin, ku ingin mengembalikan Ryan dihatimu seperti semula"katanya tegas.

"Apa-apaan kamu Dhin? Pantaskah kamu berkata begitu dihadapan Ryan? Dhin,aku bukan yang menyukai apa yang dimiliki saudaranya!" aku kembali emosi.

Dhiny meminta maaf padaku. Aku jugatak ingin semua serba salah. Mulai detik ini aku harus melupaka rasa ini meskipun begitu berat. Biarkan Dhiny dan Ryan bersama tanpa ada aku yang menghalanginya.

"Mungkin aku yang terlalu naïf mencintai Ryan dan membiarkan hatiku kotor dengan harapan-harapan semu. Namun,kamu harus percaya bahwa perasaanku selama ini ku simpan rapat-rapat dihati ini agar rasa cintaku padamu tetap terpaut pa cinta-Nya. Sekarang ku rasa aku begitu hina menelanjangi perasaankui pada calon suami sobatku. Tapi kulakukan ini semata-mata agar tak ada lagi rasa yang terpendam antara kita. Sekarang aku yakin, kamu menanti Dhiny diluar diriku kan Ryan? Dan kamu Dhiny sobatku yang baik hati juga harus percaya diluar Diriku, Ryan menanti dirimu. Selamat berbahagia ya?" ucapku smebari tersenyum getir.

Tiba-tiba Ryan berujar sebelum ku pergi menjauh dari mereka : "Mya, diluar sana juga ada yang menanti dirimu!". Aku berpaling kearahnya lalu tersenyum berlalu.

Suara adzan bersayup-sayup disebelah timur mesjid memanggil insane-insan yang ingin meraih kemenangan. Burung-burungpun kembali ke sarangnya. Dan sang mentari sore mulai memasuki peraduannya. "Semoga kamu bahagia Dhin.Semoga Bahagia!" do'a ku lirih didalam hati.

***

Setelah kejadian itu keadaanku kembali normal. Baying-bayang Ryan ku tepiskan meskiun kadang-kadang harus ku korbankan airmataku tuk meluapkan emosi yang meluap. Ku buka hatiku lagi tuk menyambut hari-hari selanjutnya yang penuh tantangan tentunya. Ku tancapkan dalam setiap niatku agar aku tidak boleh sakit atas apa yang telah ku derita. Biarkan semua indah pada waktunya.

"Asslamu'alaikum ukhti. Maaf mengganggu"

Aku tersentak mendengar seseorang menyapaku dari belakang. Aku berpaling menatap nya dan mematikan Kamera ku.

"Wa'alaikum salam...o,nggak apa-apa kok!" jawabku agak kaku.

"Perkenalkan namaku Bian Pranata!" ucapnya

Aku kaget mendengar namanya."kok sama ya namanya Seperti nama Ryan Pranata?"aku mulai bertanya-tanya dalam hati.

"Aku adiknya Ryan Pranata. Kamu mengenalnya bukan?" tanyanya to the point.

Ku coba menatapnya yang telah berdiri tepat dihadapanku. Sekilas dia memang mirip Ryan Pranata, Seseorang yang dulu kupendamkan perasaan ini. Namun ku perhatikan sorot matanya yang tajam. Aghht...sorot itu rasanya pernah ku melihatnya. Tapi....dimana??

"Oh iya...aku temannya Ryan. Memangnya kamu adiknya yang keberapa?"tanyaku basa-basi.

Dia tersenyum mendengar pertanyaanku. "Hehehe...aku kembarannya. Beda 15 menit!" jawabnya.

Aku tersenyum dan mengangguk malu.

"Aku sudah lama mengenalmu My.Namun aku tidak berani mendekatimu.!"jawabnya tertunduk.

"Oya?? Nggak apa-apa kok. Salam kenal namaku Mya Aulyana!"

Begitulah awal perjumpaanku dengan Bian ditaman kampus saatku sedang membidik kamera kea rah kumbang-kumbang yang menghinggapi putik bunga mawar.

***

Tidak terasa sekarang ku menduduki semester dlapan dibangku kuliah dan usiaku pun telah genap 23 tahun. Aku semakin dekat adik kembarnya Ryan Pranata. Meskipun begitu kami tetap mempedomani norma-norma agama yang mengatur hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan mughrim. Suatu sore yang indah...

"Mya...maaf kalau mengganggu. Aku hanya ingin berbicara serius padamu sebentar saja"

"Iya...ada apa Bi?tanyaku kaget sembari menutup buku yang sedang ku baca.

"Aku menyayangimu dan aku ingin kelak bias seperti bang Ryan dengan Dhiny. Maukah kamu memberi harapan untukku My?"tanyanya serius.

Tepat tebakanku kalau Bian akan mengatakan tentang hal itu. Dari dulu Bian adalah tipe laki-laki yang terus terang dan langsung ke topik pembicaraan dan cenderung pendiam. Dan hal ini sangat berlawanan dengan sifat abangnya,Ryan Pranata.

"Astaghfirullah Bi.Cinta itu tidak perlu harus begini. Yang penting kesucian cinta itu yang harus dijaga. Cinta yang hakiki itu hanya milik Allah swt." Jawabku tertunduk.

"My..berikan aku cintamu. Seperti kamu memberikan cinta mu kepada bang Ryan dulu. Izinkan aku untuk bias meraih hatimu yang selama ini ku impikan tanpa kamu sadari!" jelasnya tegas.

Aku terisak mendengar penuturannya yang begitu jujur.

"Aku...aku...aku ingin...seperti Dhiny dan Ryan, mereka...berta'arruf bukan berpacaran... jika kamu serius denganku maka penuhi keinginanku itu Bi" aku tertundul dalam.

"Alhamdulillah ya Allah, terimakasih juga My. Ternyata dirimu juga bias membuka mata hatimu bahwa diluar sana ada yang menanti dirimu, yaitu aku. Akan aku penuhi keinginanmu itu Mya Aulyana. Assalamu'alaikum." Salamnya menutup pembicaraan kami. Byan tersenyum bahagian mendengan penuturan lembut sang bidadari hatinya yang telah lama dia pendam dari pertama menginjakkan kaki dikampus dan baru tercapai setelah empat tahun berselang. Begitu lama penantian menunggu sang bidadari yang selalu menyandang ransel kecil dengan kamera kecilnya. Akhirnya Dia berhasil memilkinya.

Disudut lain Aku tersenyum bahagia yang akan menjadi pendamping seseorang yang begitu menyayangiku diatas cinta-Nya yang Maha Cinta. Sekarang kisah cinta pahit yang dulu begitu manis ku rasakan lagi bersama Bian Pranata. Sekarang baru ku sadari kata-kata Ryan dulu bahwa diluar sana ada yang menanti diriku,yang tak lain adalah adik kembarnya yang bernama BIAN PRANATA.

Alhamdulillah....

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun