"Hempt... maaf Ry. Aku yang mengajak Dhiny agar nantinya nggak timbul fitnah!" jawabku tegas.
"Oh begitu...tapi kebetulan juga ada Dhiny. Biar sama-sama kami kasih tahu ke kamu My!" ujarnya tersenyum sambil melirik kearah Dhiny.
DEUGHT!! Hatiku berhenti berdetak. Ku pandangi Dhiny yang tertunduk lesu dan Ryan yang tersenyum nakal. "Subhanallah,Ryan begitu tampan dan wajahnya begitu bersinar!" pujiku dalam hati.
" Memangnya ada apa?"
"My, sebelumnya aku minta maaf tentang apa yang akan aku katakan. Aku tidak bermaksud..!" Dhiny mulai menitikkan airmatanya dan memelukku yang menyimpan 1001 tanda tanya dikepalaku.
"Memangnya ada apa ya? Katakana saja! Jangan buat ku kebingungan begini dengan sikap kalian berdua yang aneh banget!" jawabku tegas tak sanggup menahan gejolak jiwa.
"Mya... kami sedang... dalam...dalam... masa ta'arruf!" ucap dhiny mengejutkanku dengan suara yang tercekat.
"Hah?? Apaa??" tanyaku lagi
"Mya, kami sedang dalam masa ta'arruf.!" Ulang Ryan tertunduk.
" Maafin aku ya My? Aku baru ngasih tahu ke kamu tentang hal ini. Maafin aku ya My? Aku juga baru tahu tentang perasaanmu terhadap Ryan. Hiks...hiks...!" tangisnya membasahi simpulan jilbabnya.
Aku terdiam kesakitan atas perasaan ini. Kepalaku terasa begitu berat dan mulut ini tercekat kaku mendengar Dhiny menelanjangi perasaanku. Kini...ku menangis melampiaskan beban rasa ini.