“Selamat siang.” Sapa Wanita tersebut dengan intonasi yang halus namun tegas, sangat sopan sembari tersenyum ramah. Maka Yani dengan sopan pula membalas sapaanya, “Siang,”
Masih dengan senyuman manis terpatri, Yayuk, nama Wanita tersebut, pada akhirnya mempersilahkan Yani untuk masuk. Yayuk lantas tanpa basa-basi, ia melontarkan pertanyaan kepada Yani. Dirinya bertanya perihal apa maksud dan tujuan Yani untuk datang ke tempat tersebut.
Mendengar pertanyaan Yayuk, Yani mengangguk paham, pada akhirnya Pria itu menjelaskan apa maksud serta tujuan yang dirinya miliki sehingga membuatnya mendatangi tempat tersebut. Yani juga sedikit bercerita perihal ketertarikannya dibidang menulis serta mengetik ini. Maka begitulah singkatnya Yani yang pada akhirnya bergabung dengan sanggar ARTI dan menjadi murid dari Yayuk Ruliyah yang ternyata merupakan guru di sanggar tersebut.
Diluar dari rasa ketertarikan, sebuah keadaan memaksa Yani untuk melanjutkan pendidikannya di Institut-Institut yang didirikan oleh Jepang pada masa itu. Jawa Boei Gyugun Kanbu Rensetai. merupakan tempat dimana Yani melanjutkan pendidikannya kembali. Pria itu mempelajari hal-hal berbau militer lagi di sana, karena pada dasarnya sekolah tersebut memang melatar belakangi pendidikan di bidang militer.
Seperti sekolah kemiliteran pada umunya. Yani mendapatkan pelatihan fisik dan pelatihan berupa akademis. Mengetik dengan mesin tik juga merupakan salah satu keterampilan yang Yani dapatkan. Hal tersebut pula yang menjadi salah satu faktor pendukung bagi Yani untuk bergabung menjadi bagian dari sanggar ARTI, agar nantinya skill dan keterampilan dalam mengetik yang ada di dalam dirinya dapat lebih berkembang lagi.