Disamping itu, Hulstyn juga berusaha untuk menyekolahkan Yani. Pria Belanda tersebut membantu Yani dan berusaha agar anak itu dapat mengikuti Pendidikan di HIS (Hollands Inlandse School) atau biasa yang kita sebut kini sebagai Sekolah Dasar pada tahun 1928.
Pada masa sekolah dasarnya, Yani tentu tumbuh seperti anak-anak pada umumnya. Ia bermain, dan belajar dengan tekun. Tumbuh menjadi sosok yang pintar, sopan dan dermawan. Jiwa kepemimpinannya masih melekat, bahkan para teman Yani menyegani sosoknya. Ia disegani bukan hanya karena sifatnya, tapi juga karena kepintaran dan kecerdasan yang ia miliki. Hal ini bahkan diakui oleh teman-teman Yani yang lain.
“Yani memang anak yang pintar,” begitu komentar mereka.
Perlu diakui bahwa Yani memang sosok yang sangat mengagumkan bagi semua orang.
Mula-mula, Yani memang mengenyam Pendidikan HIS-nya di Purworejo, namun kemudia ia pindah ke Magelang dan berujung menamatkan sekolahnya di Bogor yang akhirnya selesai pada tahun 1935. Lalu dirinya melanjutkan sekolah di MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs) bagian B, yang tak lain dan tak bukan merupakan sekolah lanjutan setara dengan SMP. Kepintarannya yang mampu membuat Yani akhirnya bisa untuk melanjutkan sekolahnya.
Mengagumkan, dimasa sekolah menengahnya Yani benar-benar menjadi kebanggaan. Dirinya sangat pintar, otaknya cerdas dan menjadi murid degan nilai kelulusan terbaik. Yani menyelesaikan pendidikannya di MULO pada tahun 1938. Tak sampai disitu saja, anak yang kini mulai beranjak dewasa itu memutuskan kembali untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu di AMS (Algemeene Middelbare Scchool) bagian B yang letaknya di Jakarta. AMS sendiri merupakan tingkatan yang setara dengan Sekolah Menengah Atas.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dimana Yani melanjutkan pendidikan hingga tamat, kali ini hanya dua tahun Yani bersekolah di AMS lantaran adanya kasus serius menyebabkan pendidikannya terganggu. Perang Dunia II pada 1939 adalah jawabannya. Selain kekacauan tersebut, pada tahun 1940 di bulan Mei, negeri Belanda berhasil di duduki oleh Jerman. Lantas setelah itu, di Indonesia pemerintah Hindia Belanda mengumumkan berlakunya misi untuk rnenghadapi kemungkinan terseretnya wilayah ini kedalam perang. Maka tepat pada tahun tersebut pula lah Yani memutuskan untuk meninggalkan AMS dan lanjut mendaftarkan diri sebagai aspiran pada Dinas Topografi Militer Belanda. Itu semua ia jalani selama enam bulan di Malang.