“Jangan kurang ajar ya!” Lalu seperkian detik berikutnya, ia tutup sambungan tersebut secara sepihak dengan nafas tak beraturan karena merasa dipermainkan.
“Orang aneh!” Gumamnya sambal menggerutu dan melangkah memasuki kamar.
Fajar mulai menyapa, walaupun matahari belum memunculkan sinarnya, tapi udara pagi itu terasa nyata. Di sekitar jam emapat pagi, sekolompok orang sudah siap sedia dengan pasukannya. Pasukan tersebut mengaku sebagai Pasukan Cakrabirawa, siapa sangka juga di dini hari seperti ini pasukan itu tiba-tiba berada di depaan rumah kediaman Jendral Ahmad Yani twpatnya pada pintu belakang. Bahkan membuat pembantu yang membukakan pintu untuk mereka kebingan, selain karena kedatangan pasukan yang mengaku sebagai Cakrabirawa tersebut, dirinya juga merasa terkejut karena ketukan yang dihasilkan sangat keras bunyinya, seperti tidak ada tata krama dalam hal tersebut, apalagi di pagi-pagi buta seperti ini.
“Mohon maaf mau cari siapa, ya?” Tanyanya dengan sopan, walaupu di dalam hati ada rasa ksedikit ketakutan.
Sambil celingak-celinguk ke arah dalam rumah, dengan nada tegas, salah satu dari mereka menjawab, “Bapak ada? Kami disuruh Presiden untuk menjemput Bapak agar menghadap ke Istana.”
“Eh, anu. Mohon maaf, tapi Bapak masih tidur.”