Mohon tunggu...
Nada Nadyatul Gina
Nada Nadyatul Gina Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - 03

Bismillah, bisa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ahmad Yani (Nada, XII MIPA 8)

10 November 2021   10:12 Diperbarui: 10 November 2021   20:39 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

        Kejadian tersebut juga sangat menyayat hati bagi para anak-anak Ahmad Yani. Pasalnya sang Ayah sudah mewanti-wanti kepada anak-anaknya bahwa tak lama lagi aka nada parade senjata. Dirinya ingin anak-anak melihat senjata apa saja yang telah Indonesia miliki. Namun naas, hal menyenangkan tersebut malah tergantikan dengan acara pemakan yang membuat dunia seakan-akan runtuh dibuatnya tatkala memperhatikan jasad-jasad yang mulai di kebumikan.

 

        Begitulah bagaimana sang Jendral gugur. Peristiwa ini diabadikan dan disebut sebagai Gerakan 30 September guna mengenang para Jendral. Setelahnya, nama Ahmad Yani tetap harum, jasanya tak terlupa. Bahkan seperti pertanda, beberapa sebelum kejadian pertumpahan darah tersebut, Ahmad Yani diberi sebuah minyak wangi dimana minyak wangi itu jatuh dan akhirnya pecah, lantas dengan segera sang Jendral mengusap sisa-sisa cairan itu kepada anak-anaknya, ia berkata,

 

        “Kalau ditanya dari mana harumnya, jawab dari Bapak.”

 

        Anak-anak yang sempat heran kini akhirnya paham. Mungkin inilah yang sang Ayah maksud, bahwa namanya akan kian harum diibaratkan seperti minyak wangi, serta sebuah amanat tersirat bahwa jangan sampai cerita-cerita sejarah ini terlupakan begitu saja. Bagi keluarganya, Ahmad Yani merupakan sosok yang luar biasa sekali, pengabdiannya pada negara begitu besar, cara ia mendidik, bagaimana latar pendidikannya benar-benar menjadi contoh tauladan. Kepintaran serta sifatnya, kegemaranya yang menjadi bukti nyata yang hingga akhirnya dikenang dengan baik. Sosoknya sangat melekat dalam benak.

 

        Walaupun berat bagi Yayuk dan ke delapan anaknya, namun pada akhirnya tidak ada yang bisa mengelak dari takdir yang sudah terjadi kepada mereka. Kini yang menjadi fokus adalah usaha untuk bangkit dari keterpurukan, menjalani apa yang telah diajarkan oleh sang Jendral kepada mereka. Karena ini semua, bukanlah akhir dari segalanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun