Seperti saat ini, di malam hari, ia kembali mendengarkan sang Ibu bercerita tentang Pangeran Diponegoro, dan lagi-lagi dirinya merasa kagum. Ketika mendengarkan cerita tersebut, Ahmad betul-betul terkesima untuk kesikian kali atas segala usaha yang telah Pangeran Diponegoro lakukan di masa lalu.
Karena kisah tersebut juga bagian dalam dada Ahmad bergemuruh. Sambil menatap Ibu, dirinya membuka suara.
“Hebat ya, Buk!” Seru Ahmad, “Sudah besar nanti, aku ingin seperti beliau.” Sambungnya.
Mendengar seruan sang anak, Martini tersenyum seraya bergurau.
“Betul mau seperti beliau?” Tanyanya dengan nada menggoda, membuat Ahmad mengangguk cepat
“Iya!” Timpal Ahmad.
“Memang tau seperti apa caranya?”
“Tau! Caranya, dengan membela negara!” Jawab Ahmad dengan semangat.
Mendengar jawaban Ahmad yang penuh dengan semangat, Martini hanya mampu tersenyum seraya mengaminkan ucapan yang keluar dari mulut sang anak.
Cerita-cerita kepahlawanan tersebut memang kerap kali banyak memotivasinya sehingga mempengaruhi karakter serta wataknya pula. Singkat cerita, konon katanya kala itu, Pangeran Diponegoro berhasil mengalahkan Bangsa Belanda pada masa perang Gerilya.
Seperti itulah cerita ini dapat membuat karakter kuat serta sikap kepemimpinan Ahmad semakin terbentuk, dimana hal itu yang juga membuat Hulstyn sang Pria Belanda, merasa tertarik untuk mengasuh Ahmad. Hulstyn juga menambahkan nama Yani dibelakang nama Ahmad, sehingga Ahmad akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Ahmad Yani. Pun walaupu begitu, kedua orang tua Ahmad Yani, Sarjo dan Martini. Mereka berdua tetap konsisten memanggilnya dengan sebutan Ahmad.