Mendengar pertanyaan sang Ayah, tanpa basa-basi ia menjawab bahwa dirinya menginginkan mainan baru. Sarjo tersenyum sebagai jawaban, Pria itu mengangguk mengerti. Maka akan ia berikan nanti, mainan baru untuk Ahmad kecil. Tak ada permintaan lain harus begini atau begitu perihal mainan apa yang ia inginkan. Ayahnya pasti sudah tau mainan seperti apa yang diinginkan oleh anaknya, begitu pikir Ahamad, dan memang betul adanya, Sarjo tau. Esoknya, ia berikan sebuah ketapel buatan tangannya sendiri untuk Ahmad yang dengan perasaan senang langsung menerimanya. Senjata baru untuk bermain perang-perangan bersama anak kampung, sorak Ahmad kala itu.
Ahmad, dirinya tak pernah menuntut hal-hal yang membuat kedua orang tuanya susah, asal ada untuk dipakai untuk bergawai, maka itu sudah lebih dari cukup. Selain jiwa kepemimpinan yang melekat, kesederhanaan serta kepatuhan yang besar pada orang tua juga ia miliki.
Singkat cerita, tepat pada tahun 1927, Ahmad ikut bersama dengan kedua orang tuanya untuk pindah ke Batavia, kini dirinya tak lagi menetap di rumah yang ia tempati sejak lahir, tepanya di Desa Rendeng RT 01/ RW 02, Kecamatan Gebang, Purworejo. Ahmad memilih ikut merantau dengan kedua orangtuanya yang kesana kemari karena suatu urusan, salah satunya adalah dengan ikut pindah ke Batavia. Di Batavia sendiri pula sang Ayah, Sarjo, mulai bekerja untuk General Belanda. Sesekali Ahmad selalu ikut dengan Ayahnya yang kala itu mwmiliki profesi sebagai supir.
Tanpa disadari, seseorang tertarik, ia memperhatikan Ahmad. Pergerakan Ahmad membuat Pria itu merasa tertarik.
Hulstyn namanya, dia adalah seorang Belanda yang juga merangkap sebagai majikan dari Ayah Ahmad. Pria Belanda itu melihat dan merasakan sesuatu pada diri Ahmad, si kecil yang selalu ia perhatikan sedang mengintili Ayahnya ketika sang Ayah bekerja.
Dirinya merasa tertarik untuk mengasuh Ahmad.
“Jiwa-jiwa kepemimpinannya sangat terlihat dan mengagumkan,” monolog Huslstyn kala itu.
Sebetulnya, selain permainan yang selalu digawaikan oleh Ahmad, ada satu hal lagi yang tanpa sadar memabantu anak itu dalam membentuk karakter serta jiwa kepemimpinan dalam dirinya menjadi semakin kuat, dan hal tersebut ialah cerita tentang Pangeran Diponegoro.
Kisah Pangeran Diponegoro ini cukup populer dan banyak beredar dikalangan masyarakat. Kisah ini juga sangat dipercayai warga setempat. Konon katanya di daerah dataran rendah Bagelen wilayah Kedu, ada suatu hal tentang kepahlawanan yang diturunkan dari sosok Pangeran Diponegoro, mengingat daerah tersebut merupakan daerah yang ditempati cukup lama oleh Pangeran dan para pasukannaya. Kehebatan Pangeran Dipenogero benar-benar diagungkan oleh masyarkat setempat, salah satunya Ahmad, bahkan berapa kalipun Ibu bercerita perihal sosok Pangeran Diponegoro, tidak ada kata bosan bagi Ahmad dalam mendengarnnya.