"Yang bener, Ay?! Iii... kok serem amat sih panggilannya. Apa ndak ada yang lebih keren gitu"
      Aya tersenyum kecil,
      "Ada-ada saja kamu, Na" Aya kembali terlihat serius, "Aku juga pernah baca buku yang ada di toko buku. Di buku itu dinyatakan kalau Machiavelli itu dianggap sama jahat dan kejamnya dengan Mephistopeles, yaitu raja segala setan dalam legenda Faust. Yah, walau aku sendiri belum pernah tahu legenda itu sih. Di situ aku juga sempat baca kalau nama Machiavelli juga diabadikan dalam kamus, berupa kata sifat yang mencakup pikiran, perbuatan dan tindakan licik yang kejam, penuh tipu daya dan tidak kenal rasa kasihan. Ajarannya dianggap mengesampingkan segala nilai moral atau lebih dikenal dengan istilah 'tujuan menghalalkan segala cara'" terang Aya.
      "Nama lainnya, The End Justifies The Mean" sambung Rahman.
      Aya tersenyum pada Rahman,
      "Lo benar, Man. Dan cap ini semakin kuat melekat, setelah Shakespeare dalam naskah dramanya yakni..." Aya menatap Rahman dengan kening dikerutkan, "Lo tahu nggak, Man, dramanya Shakespeare, yang membuat seorang tokohnya menyebut 'si kejam Machiavelli' atau murderous Machiavel?" tanya Aya.
      Rahman tampak berfikir keras,
      "Aduh, aku pernah baca tuh. Kalau tidak salah...'The Wives', apa... 'The Windsor' yaa?" tiba-tiba Rahman menjentikan jarinya gembira, "Aku ingat! 'The Merry Wives of Windsor'" serunya.
      Aya tersenyum gembira,
      "Lo emang paling jago, Man, kalau dalam mengingat sejarah"
      Rahman hanya tersenyum kecil mendengarnya.