Mohon tunggu...
Ineka YuliantiPrasetiyawati
Ineka YuliantiPrasetiyawati Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang pendidik yang hobi membuat kerajinan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Pemahaman Materi Ekonomi Kuantitatif dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantu Metode Drill pada Kelas XI Semester 1

13 Desember 2022   15:41 Diperbarui: 13 Desember 2022   15:46 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

SEMINAR HASIL PENELITIAN

Nama

:

Ineka Yulianti Prasetiyawati, S.Pd.

NIM

:

229029495063

No. UKG

:

201900504343

Judul PTK

:

Meningkatkan Pemahaman Materi Ekonomi Kuantitatif dengan Model Problem Based Learning Berbantu Metode Drill  pada Kelas XI Semester 1

Waktu Pelaksanaan

:

24 Agustus 2021

Tempat

:

Ruang Serbaguna, SMA Negeri 1 Patikraja

Jl. Adipura no.3 Patikraja, Kabupaten Banyumas

Dokumentasi

:

...............................................

LAPORAN HASIL PENELITIAN

 

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI EKONOMI KUANTITATIF DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTU METODE DRILL  PADA KELAS XI SEMESTER 1 

SMA NEGERI 1 PATIKRAJA 

TAHUN AJARAN 2021/2022

 

 

 Oleh :

 

Nama         : Ineka Yulianti Prasetiyawati, S.Pd.

NIP            : -

 

 

 

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

SMA NEGERI 1 PATIKRAJA

KECAMATAN PATIKRAJA KABUPATEN BANYUMAS

2021

KATA PENGANTAR

 

          Puji syukur Penulis panjatkankehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat melaksanaan praktek perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan menyusun laporan kegiatannya.

          Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini penulis beri judul "Meningkatkan Pemahaman Materi Ekonomi Kuantitatif dengan Model Problem Based Learning Berbantu Metode Drill pada Kelas XI Semester 1 SMA Negeri 1 Patikraja Tahun Ajaran 2021/2022". Laporan ini ditulis sebagai pelengkap dari pelaksanaan praktek perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Patikraja kecamatan Patikraja kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.

          Penulis menyadari bahwa tidak akan bisa menyelesaikan laporan ini tanpa bantuan, dorongan serta dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

  • Kepala SMA Negeri 1 Patikraja kecamatan Patikraja kabupaten Banyumas, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengadakan penelitian tindakan kelas.
  • Dewan guru di SMA Negeri 1 Patikraja yang mendukung saya untuk mengadakan penelitian tindakan kelas sebagai bahan penyusunan karya tulis ilmiah..

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa laporan Penelitian Tindakan Kelas ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, karenanya  penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak untuk kesempurnaan laporan ini. Akhirnya, semoga laporan ini dapatberguna dan  bermanfaat  bagi kita semua dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Banyumas, 09 Agustus 2021

Penulis

ABSTRAK

 

Kata Kunci: kesulitan belajar, model Problem Base Learning, metode drill

Hasil belajar siswa merupakan indikator keberhasilan pembelajaran. Menurut perkiraan sebelumnya, hasil belajar ekonomi untuk mata pelajaran "Inflasi" masih rendah dengan rata-rata 60,19 dengan kriteria ketuntasan minimal 70. Materi sulit serta pemahaman dan pembelajaran dengan metode ceramah dirasa kurang efektif, sehingga diperlukan metode yang tepat. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan hasil belajar ekonomi pada mata pelajaran "inflasi" dengan model pembelajaran Problem Based Learning.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan pada bulan Juli 2021 yang dilakukan sebanyak dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) Perencanaan tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3).Observasi tindakan, (4). Refleksi tindakan. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPS-2 SMA Negeri 1 Patikraja  tahun Ajaran 2021/2022 sebanyak 36 siswa.

Dilihat dari hasil penelitian menunjukkan hasil prestasi belajar peserta didik dari tiap siklus menunjukkan perbandingan hasil yang semakin meningkat, dimulai dari siklus I dengan jumlah peserta didik yang tuntas 7 orang, sedangkan yang belum tuntas 12 orang peserta didik, prosentase mencapai 37%. Pada siklus II jumlah peserta didik yang tuntas 17 dan yang belum tuntas 2 orang peserta didik, prosentase mencapai 89%.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan rata-rata kelas dengan jalan meningkatkan keterampilan proses pada peserta didik, dengan rata-rata peningkatan mencapai 23%. Dengan demikian upaya perbaikan langkah-langkah pembelajaran pada tiap siklus dapat meningkatkan prosentase ketuntasan peserta didik, dengan menggunakan model PBL dan metode drill sehingga pembelajaran berjalan lebih efektif dan dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi yang diajarkan.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

PENGESAHAN ............................................................................................. ii

KATA PENGANTAR..................................................................................... iii

ABSTRAK....................................................................................................... iv

DAFTAR ISI................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

         A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1

         B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4

         C. Identifikasi Masalah............................................................................ 4

         D. Analisis Masalah................................................................................. 4

         E. Tujuan Penelitian................................................................................. 5

         F. Manfaat Penelitian............................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................................... 6

         A. Pembelajaran Ekonomi........................................................................ 6

         B. Konsep Belajar.................................................................................... 7

         C. Kesiapan Belajar.................................................................................. 8  

         D. Metode  Belajar................................................................................... 10

         E. Model PBL (Problem Based Learning)............................................... 11

         F. Metode Drill........................................................................................ 12

         G. Hasil Belajar........................................................................................ 13

         I. Materi Inflasi........................................................................................ 13

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN................................................... 24

         A. Subjek Penelitian................................................................................. 24

         B. Prosedur ............................................................................................. 24

         C. Deskripsi Tiap Siklus........................................................................... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 30

         A. Hasil Penelitian Siklus I dan II .......................................................... 30

         B. Pembahasan Siklus I dan II................................................................. 36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 41

            A. Simpulan    41

B. Saran............................................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 42

LAMPIRAN   43

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan merupakan tujuan yang diharapkan dalam pembangunan pendidikan nasional Indonesia. Pendidikan kerakyatan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bernilai dalam rangka pendidikan kehidupan masyarakat, bertujuan untuk mengembangkan kesempatan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Undang-Undang Republik Indonesia No. Dalam Pasal 20 Sisdiknas Tahun 2003, tugas guru sebagai pendidik merupakan tugas profesi. Oleh karena itu, profesionalisme guru dituntut untuk memenuhi kebutuhan perkembangan zaman, iptek dan masyarakat, termasuk kebutuhan tenaga pendidik yang berkualitas. Upaya peningkatan mutu pendidikan memerlukan investasi dalam peningkatan mutu pembelajaran, karena tujuan dari berbagai program pendidikan adalah untuk melaksanakan program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan berhasil tanpa peningkatan mutu pembelajaran. Darmaningtyas (Suyati et al., 2009:8) Dikatakan: "Guru harus mampu merancang pembelajaran yang bermakna, peserta didik tidak hanya belajar mengetahui sesuatu (learn to know), tetapi juga melakukan sesuatu (learn to do)". Dengan kata lain, guru profesional harus proaktif, kreatif, inovatif dan mandiri.

Ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari perilaku manusia dalam mengelola sumber daya yang terbatas dan menyalurkannya kedalam berbagai individu atau kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Pertumbuhan pendidikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pertumbuhan pendidikan. Di negara maju, perhatian pemerintah terhadap pembangunan sektor pendidikan sangat tinggi, misalnya komitmen politik anggaran sektor pendidikan tidak lebih buruk dari sektor lain, sehingga keberhasilan investasi pendidikan berkorelasi dengan kemajuan makro. Perkembangan. Setelah belajar dari beberapa negara maju, pemerintah Indonesia harus mengambil langkah-langkah strategis untuk membangun pendidikan nasional. Investasi dalam pendidikan secara signifikan mendorong pembangunan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan sosial. untuk memenuhi tuntutan masa depan. Oleh karena itu, ketika mengajar guru harus mampu menciptakan media yang tepat.

Berdasarkan pengamatan penulis, tidak semua peserta didik dapat dengan mudah menguasai materi yang bersifat kuantitatif atau perhitungan. Berbagai masalah muncul dalam proses belajar mengajar. Salah satu permasalahan yang muncul adalah peserta didik belum menguasai ekonomi dasar atau lemah dalam menghitung sehingga motivasi belajarnya rendah dan mengakibatkan hasil belajar yang rendah. Selain permasalahan di atas, muncul permasalahan lain yaitu peserta didik kurang memahami rumus perhitungan pada materi ekonomi dengan baik. Banyak ditemukan masih salah dalam mengerjakan latihan soal dengan materi kuantitatif. Hanya 40% dalam evaluasi peserta didik yang mendapatkan hasil belajar lebih dari 50. Sedangkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) SMA Negeri 1 Patikraja pada mata pelajaran ekonomi adalah 70. Hal ini menunjukkan rendahnya penguasaan peserta didik dalam memahami materi kuantitatif.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam pembelajaran ekonomi, guru harus harus mampu memecahkan masalah tersebut dengan metode pembelajaran yang berbeda sesuai dengan permasalahan yang dihadapi untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam proses pembelajaran. Arsyad (Purwosetyono, 2006:1) memperkenalkan dua unsur yang sangat penting dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu model/strategi dan lingkungan belajar. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif merupakan langkah awal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu menyesuaikan model pembelajaran dengan mata pelajaran yang sesuai yaitu mata pelajaran ekonomi pada materi kuantitatif.

Model pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran ekonomi adalah model PBL (Problem Based Learning), karena model ini dapat menciptakan keaktifan peserta didik serta membantu peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis. Berbantu dengan metode Drill, kerena metode ini menempatkan peserta didik untuk berlatih lebih sering sehingga semakin memahami materi dan konsep hitung dengan tepat. Serta pembelajaran dan interaksi yang menyenangkan membuat peserta didik lebih enjoy dalam belajar, sehingga peserta didik tidak mudah bosan, terutama pada saat pembelajaran ekonomi dengan materi kuantitatif yang kurang diminati peserta didik. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai ahli, pendamping dan pembimbing dalam proses pembelajaran

Susanto (2022;13), model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran ekonomi adalah model pembelajaran problem based learning (PBL). Karena dalam problem based learning (PBL) peserta didik berkelompok secara aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari sendiri materi yang terkait dengan masalah dan melaporkan solusi dari masalah. Oleh karena itu, diharapkan dengan menggunakan model PBL peserta didik akan memperoleh pemahaman ekonomi yang lebih baik. Model ini bisa dipadukan dengan metode drill. Menurut Lufri, dkk (2020), Metode latihan (drill) merupakan metode atau cara mengembangkan kompetensi atau skill peserta didik baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor, sehingga peserta didik menjadi terampil dalam bidang yang dilatihkan.

Berdasarkan masalah tersebut peneliti berpendapat perlunya dilakukan perbaikan proses pembelajaran pada peserta didik XI IPS 2. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar peserta didik dapat memahami materi pembelajaran ekonomi kuantitatif selama proses pembelajaran berlangsung. Peserta didik saling bertukar pendapat dalam proses pembelajaran ekonomi kuantitatif serta mampu menguraikan persoalan secara berdiskusi dalam kelompok.

Sesuai dengan uraian di atas maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul "Meningkatkan pemahaman materi ekonomi kuantitatif dengan model problem based learning berbantu metode drill Pada kelas XI semester 1 SMA Negeri 1 Patikraja Tahun ajaran 2021/2022."

 

 

 

Identifikasi Masalah

Setelah peneliti melaksanakan pembelajaran ekonomi tentang konsep gaya, berdiskusi dengan teman sejawat sebagai pengamat dan bimbingan dari supervisor mengenai kurang berhasilnya dalam pembelajaran telah teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

  • Kegiatan belajar mengajar masih menggunakan model kurang inovatif.
  • Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai kebutuhan materi dan peserta didik.
  • Peserta didik kesulitan memahami pelajaran ekonomi khususnya pelajaran ekonomi kuantitatif.
  • Kurangnya minat peserta didik terhadap materi ekonomi kuantitatif.
  • Suasana kelas kurang kondusif saat proses pembelajaran ekonomi berlangsung sehingga tujuan pembelajaran kurang tercapai secara maksimal.

Dari permasalahan yang teridentifikasi seperti diatas, maka kita perlu menganalisis.

 

Analisis Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian merupakan identifikasi masalah- masalah yang akan dipersempit menjadi paling sederhana. Dari lima identifikasi masalah yang muncul di atas, maka peneliti membatasi permasalahan hanya pada masalah yang keempat yaitu rendahnya kemampuan peserta didik memahami materi ekonomi kuantitatif khususnya pada materi inflasi pada yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Patikraja dengan menitik beratkan pada aspek kognitif peserta didik dengan jumlah 30 peserta didik.

                                              

Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah: "Apakah melalui model PBL (Problem Based Learning) berbantu metode drill pemahaman peserta didik terhadap materi ekonomi kuantitatif kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Patikraja meningkat?".

Tujuan Penelitian.

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara meningkatkan pemahaman materi ekonomi kuantitatif dengan model problem based learning berbantu metode drill Pada kelas XI semester 1 SMA Negeri 1 Patikraja Tahun ajaran 2021/2022

Manfaat Penelitian

Bagi Guru

Guru akan dapat meningkatkan kualitasnya dengan menggunakan model PBL dan metode drill karena dalam metode ini guru dituntut untuk lebih aktif dan kreatif.

Guru akan lebih memahami pesertadidik karena metode PBL dan metode drill ini membuat peserta didik akan lebih aktif dalam pembelajaran.

  1. Bagi Peserta didik

Meningkatkan pengetahuan dan sikap pembelajaran untuk menguasai kompetensi mata pelajaran yang diharapkan

Meningkatkan ketrampilan peserta didik didalam pembelajaran menggunakan metode pembelajaran ekonomi yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik

Bagi Sekolah

Kualitas pendidikan di sekolah akan meningkat karena hasil belajar peserta didik akan bertambah lebih baik.

Bagi Dunia Pendidikan

Dapat dijadikan rujukan bagi para guru untuk menerapkan metode yang sama karena akan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Sebagai sumbangan pemikiran bagi kemajuan dunia pendidikan.

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran ekonomi

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi, serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran (Hamzah B. Uno, 2009:v) Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan 10 tingkah laku pada diri siswa yang belajar, di mana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya.

Pembelajaran ekonomi ialah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Menurut Adam Smith, secara sistematis ilmu ekonomi mempelajari tingkah laku manusia dalam usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber daya yang terbatas guna mencapai tujuan tertentu. Ini yang banyak dikenal sebagai teori ekonomi klasik. Dalam analisisnya, Adam Smith banyak menggunakan istilah-istilah normatif seperti: nilai (value), kekayaan (welfare), dan utilitas (utility) berdasarkan asumsi berlakunya hukum alami. Menurut Prof. P.A. Samuelson, seorang ahli ekonomi mengemukakan definisi ilmu ekonomi secara rinci, yaitu: "Ilmu Ekonomi adalah suatu studi mengenai bagaimana orang-orang dan masyarakat membuat pilihan, dengan cara atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber daya yang terbatas tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk keperluan konsumsi sekarang dan di masa mendatang, kepada berbagai orang dan golongan masyarakat. Ilmu Ekonomi menganalisis biaya dan keuntungan dan memperbaiki corak penggunaan sumber-sumber daya.

Konsep Belajar  

Jika ditelaah dari berbagai sumber, maka akan dijumpai berbagai pengertian tentang belajar yang perumusannya satu dengan yang lainnya berbeda. Untuk memahami, mengalami, dan mempunyai gambaran yang jelas. Ini diberikan beberapa pengertian menurut beberapa ahli sebagai berikut :

Gagne (dalam Dadang Garnida, 2001 : 56) mengartikan belajar terjadi jika rangsangan bersama dengan isi rangsang mempengaruhi peserta didik, sehingga perilaku peserta didik berubah sebelum dipengaruhi dan setelah dipengaruhi rangsang.

Bruner (dalam Noehi Nasution, 2004 : 3.24) menganggap bahwa belajar dan persepsi merupakan suatu kegiatan pengolahan informasi yang menemukan kebutuhan-kebutuhan untuk mengenal dan menjelaskan gejala yang ada dilingkungan kita.

Nana Sujana (dalam T Nur Djannah, 2002 : 8) mengartikan belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan dengan diri seseorang.

Herman Hudaya (2003 : 3) mengemukakan belajar adalah suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman/pengajaran baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.

Sardiman AM (2002 : 20) mengemukakan belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan belajar adalah proses kegiatan yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku. Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa pengertian atau pengetahuan, keterampilan atau sikap.

 

 

Kesulitan belajar

Kesulitan belajar atau learning disability adalah kondisi yang dialami oleh siswa yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu dalam menerima dan menyerap pelajaran yang disebabkan oleh banyak faktor, bukan hanya masalah instruksional atau pedagogis saja, tetapi bisa juga merujuk pada masalah psikologis sehingga siswa mengalami kesulitan dalam aktivitas mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, menalar atau menghitung. Menurut Rohmah (2015), kesulitan belajar adalah peserta didik yang tidak dapat belajar dengan wajar dan berbeda dengan teman-teman lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya ancaman, hambatan atau gangguan yang dialami selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Drs. Syafril, M.Pd. Drs. Zelhendri Zen, M.Pd. (2019 ; 92) ; Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar :

Faktor internal penyebab kesulitan belajar yaitu :

  • Sebab yang bersifat fisik, misalnya : karena sakit, kurang sehat, atau cacat tubuh
  • Sebab yang bersifat rohani, misalnya : intelegensi, bakat, minat, motivasi, faktor kesehatan mental, dan tipe-tipe khusus seorang pelajar
  • Sebab yang ada dari diri sendiri, atau faktor yang timbul dari diri sendiri (internal), antara lain: tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas, kurangnya minat, kesehatan yang sering terganggu, kecakapan mengikuti pelajaran, dan kurangnya penguasaaan bahasa.
  • Faktor eksternal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar yaitu,
  • Faktor keluarga yaitu tentang bagaimana cara mendidik anak, hubungan (komunikasi) yang baik antara orang tua dengan anak.
  • Faktor suasana yaitu keadaan (suasana) yang sangat gaduh atau ramai.
  • Faktor ekonomi yaitu, keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu
  • Faktor sekolah, misalnya karna guru yang tidak berkualitas, hubungan antara guru dan siswa kurang harmonis, dan metode mengajar yang tidak disenangi peserta didik.
  • Faktor alat: peralatan (sarana dan prasarana) belajar yang kurang lengkap,
  • Faktor tempat atau gedung
  • Faktor kurikulum yang kurang baik, misalnya bahan bahan pelajaran yang terlalu tinggi, kurikulum tidak up to date. Pembagian materi pembelajaran yang kurang seimbang, serta waktu sekolah dan disiplin yang kurang.
  • Faktor media dan lingkungan sosial,
  • Faktor media seperti bioskop, TV, surat kabar, majalah, dan lain-lain.
  • Faktor sosial seperti, lingkungan tetangga, teman bergaul, dan aktivitas dalam masyarakat.
  • Drs. Oemar Hamalik, (2005:117) faktor-faktor yang bisa menimbulkan kesulitan belajar dapat digolongkan menjadi 4(empat) yaitu :
  • Faktor-faktor dari diri sendiri, yaitu faktor yang timbul dari diri siswa itu sendiri, disebut juga faktor intern. Faktor intern antara lain tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas, kurangnya minat, kesehatan yang sering terganggu, kecakapan mengikuti pelajaran, kebiasaan belajar dan kurangnya penguasaan bahasa.
  • Faktor-faktor dari lingkungan sekolah, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam sekolah, misal cara memberikan pelajaran, kurangnya bahan-bahan bacaan, kurangnya alat-alat, bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan dan penyelenggaraan pelajaran yang terlalu padat.
  • Faktor-faktor dari lingkungan keluarga, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam keluarga siswa, antara lain kemampuan ekonomi keluarga, adanya masalah keluarga, rindu kampung (bagi siswa dariluar daerah), bertamu dan menerima tamu dan kurangnya pengawasan dari keluarga.
  • Faktor-faktor dari lingkungan masyarakat, meliputi gangguan dari jenis kelamin lain, bekerja sambil belajar, aktif berorganisasi, tidak dapat mengatur waktu rekreasi dan waktu senggang dan tidak mempunyai teman belajar bersama.
  •  

 

 

Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan belajar mengajar. Pada dasarnya metode mengajar merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung.Metode pembelajaran ialah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada pelajar. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar (Rahim, 2001 : 88).

Metode pembelajaran yang ditetapkan guru banyak memungkinkan peserta didik belajar proses (learning by process), bukan hanya belajar produk (learning by product). Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi kognitif, sedangkan belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif (sikap) maupun psikomotor (keterampilan). Oleh karena itu metode pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses (Sumiati, 2008 : 91).

Metode pembelajaran disamping disesuaikan dengan tujuan dan materi pembelajaran, juga ditetapkan dengan melihat kegiatan yang akan dilakukan. Metode pembelajaran sangat beraneka ragam, dengan pertimbangan apakah suatu metode pembelajaran cocok untuk mengajar materi pembelajaran tertentu, tidak adakah metode pembelajaran lain yang lebih sesuai, guru dapat memilih metode pembelajaran yang efektif untuk mengantarkan peserta didik mencapai tujuan. Pertimbangan pokok dalam  menentukan metode pembelajaran terletak pada ke efektifan proses pembelajaran. Tentusaja orientasinya kepada peserta didik belajar. Jadi, metode pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar peserta didik belajar (Hakiim, 2008 : 155).Penggunaan metode pembelajaran perlu menentukan tempat di mana kegiatan itu dilakukan, apakah di ruang kelas, di ruang demonstrasi, di laboratorium atau di luar kelas dalam kegiatan studi lapangan. Metode pembelajaran memberi warna pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di suatu sekolah (Sumiati, 2008 : 96).

Model PBL (Problem Based Learning)

Mills (Suprijono, 2009: 45) berpendapat bahwa "Model adalah bentuk represenatif akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu". Suprijono (2009:46) mengungkakan "Model merupakan interprestasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Arrends (Suprijono, 2009: 46) mengungkapkan "Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungann pembelajaran, dan pengelolaan kelas, model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sitematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran". Merujuk pemikiran joyce dalam Suprijono (2009: 46), fungsi model adalah "each model guides us we design instruction to help students achieve various objectives". Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Susanto (2022;13), model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi adalah model pembelajaran problem based learning (PBL). Karena dalam problem based learning (PBL) siswa berkelompok secara aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari sendiri materi yang terkait dengan masalah dan melaporkan solusi dari masalah. Model  pembelajaran problem  based  learningadalah model pembelajaran yang dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan suatu model pembelajaran yang mempersiapkan  siswa  untuk  berpikir  kritis  dan  analitis  melalui  pemecahan  masalah  yang membutuhkan  penyelidikan  autentik  yakni  penyelidikan  yang  membutuhkan  penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Nurdyansyah dan Fahyuni (2016),  Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

Selain itu Suratno (2020), fokus pembelajaran pada model PBL ada pada masalah yang dipilih sehingga peserta didik tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan  masalah  tetapi  metode ilmiah untuk  memecahkan masalah tersebut sehingga dapat menumbuhkan pola berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Suryati (2020) Problem Based  Learning merupakan  metode  instruksional  yang  menantang  siswa  agar  belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata masalah ini  digunakan  untuk    mengingatkan  rasa  keingintahuan  serta  kemampuan  analitis  dan  inisiatif atas  materi  pelajaran.  PBL  mempersiapkan  siswa  untuk  berpikir  kritis  dan  analisis  dan  untuk mencari  dan  menggunakan  sumber  pembelajaran  yang  sesuai. Dalam penerapannya nanti model ini akan dibantu dengan penggunaan metode drill.

 

Metode Drill

Metode drill atau latihan adalah suatu cara mengajar dengan memberikan latihan terhadap apa yang telah dipelajari peserta didik sehingga memperoleh suatu ketrampilan tertentu. Dengan menggunakan metode drill atau latihan, siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang sedang dibahas sehingga menimbulkan rasa percaya diri pada siswa bahwa dirinya dapat menguasai. Sehingga dengan metode ini siswa dapat lebih mudah memahami dan menyelesaikan masalah-masalah dengan memecahkan suatu soal dengan baik dan melibatkan siswa pada proses pembelajaran yang lebih aktif.

 

 

Hasil belajar

           Hasil belajar dapat di jelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu "hasil" dan "belajar". Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil belajar siswa pada dasarnya adalah perubaan tingkah laku. Tingkahlaku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakupbidang kognitif, afektif dan psikomotoris2 . Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.Menurut Abdurrahman dalam bukunya Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, menyatakan bahwa: Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang relatif menetap.

 

Materi Inflasi

Pengertian Inflasi dan Laju Inflasi

Inflasi adalah suatu keadaan di mana tingkat harga secara umum (price level) cenderung naik. Dikatakan tingkat harga umum karena barang dan jasa yang ada di pasaran mempunyai jumlah dan jenis yang sangat banyak, dimana sebagian besar dari harga-harga tersebut meningkat sehingga berakibat terjadinya inflasi.

Untuk menentukan laju infasi dapat dirumuskan sebagaiberikut.

 

Contoh:

 

Indeks harga pada bulan Juli 2015 sebesar 110 dan indeks harga pada bulan Agustus 2015 sebesar 112, maka laju inflasi pada bulan Agustus 2015 dapat dihitung sebagai berikut:Laju Inflasi bulan Agustus 2015= 112  110 x 100% = 1,82%

Sumber: Data Sosial Ekonomi BPS Juli 2015

Jenis Inflasi

Penggolongan inflasidapat ditinjau dari beberapa segi, di antaranyasebagaiberikut.

  • Dilihat dari laju kecepatannya, inflasi dibagi menjadi 3:
  • inflasi lunak (wild inflation), inflasi yang kecepatannya kurang dari 5% per tahun.
  • inflasi cepat (galloping inflation, inflasi yang kecepatannya 5% atau lebih per tahun
  • inflasi meroket (sky rocketing inflation) atau hiperinflasi, yaitu inflasi yang kecepatannya lebih dari 10% per tahun.
  • Dilihat dari parah tidaknya, inflasi dibagi menjadi:
  • inflasi ringan, yaitu inflasi di bawah 10% per tahun (belum mengganggu kegiatan perekonomian suatu negara dan masih dapat dengan mudah untuk dikendalikan).
  • inflasi sedang, yaitu inflasi antara 10%--30% per tahun (belum membahayakan, tetapi sudah menurunkan kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan tetap).
  • inflasi berat, yaitu inflasi antara 30%--100% per tahun (sudah mengacaukan perekonomian karena orang cenderung enggan menabung dan lebih senang menyimpan barang).
  • inflasi sangat berat atau hiperinflasi, yaitu inflasi diatas 100% per tahun (mengacaukan kegiatan perekonomian suatu Negara dan sulit untuk dikendalikan/diatasi).
  • Dilihat dari sumbernya, inflasi dibagi menjadi:
  • inflasi dari dalam negeri (domestic inflation), artinya inflasi karena penciptaan uang baru dan adanya kebijakan anggaran defisit,
  • inflasi dari luar negeri (imported inflation), artinya inflasi terjadi karena suatu negara mengimpor barang/jasa dari negara lain yang sedang mengalami inflasi.

Sebab-Sebab Timbulnya Inflasi

Inflasi yang terjadi dalam suatu negara akan sangat merugikan masyarakat atau konsumen, karena keadaan harga barang dan jasa selalu mengalami kenaikan. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi, akan tetapi secara garis besar timbulnya ainflasi disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini:

  • Kenaikan permintaan melebihi penawaran ( Demand      pull inflation ) dimana inflasi terjadi disebabkan oleh naiknya permintaan total terhadap barang dan jasa.

Grafiknya:

P1 P

0                    Q            Q1

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa: permintaan suatu barang mengalami kenaikan dari OQ ke OQ1, sehingga harga barang juga naik dari OP ke OP1 dan kurva permintaan bergeser dari DD ke D1D1.

  •  
    Kenaikan biaya produksi (Cost push inflation) dimana inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi, sehingga harga barang yang ditawarkan mengalami kenaikan.

  • Sumber: Nota Keuangan 2014

Hal ini dapat digambarkan pada kurva di bawah ini!

D                      S1

Q

 P1                                                   S

 P         Q1

           

Dari gambar di atas diketahui, bahwa semula harga barang setinggi OP dan jumlah barang di pasaran sebesar OQ, kemudian karena adanya kenaikan biaya produksi, maka harga barang naik menjadi OP1 dan jumlah barang yang diminta turun menjadi OQ1, sehingga kurva penawaran bergeser dari SS ke S1S1.

  • Meningkatnya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat (Money in circulation), artinya terdapat penambahan jumlah uang yang beredar, sehingga para produsen menaikkan harga barang.
  • Berkurangnya jumlah barang di pasaran artinya jumlah barang yang ada dipasar atau jumlah penawaran barang mengalami penurunan, sehingga jumlahnya sedikit sedang permintaan akan barang tersebut banyak sehingga harga barang naik.
  • Inflasi dari luar negeri (Imported Inflation) artinya inflasi karena mengimpor barang dari luar negeri, sedangkan di luar negeri terjadi inflasi (kenaikan harga barang di luar negeriI, sehingga barang-barang impor mengalami kenaikan harga.
  • Inflasi dari dalam negeri (Domestic Inflation), artinya Meningkatnya pengeluaran pemerintah atau terjadi deficit anggaran

Dampak Inflasi

Secara garis besar dampak inflasi terhadap perekonomian antara lain sebagai berikut:

  • Terhambatnya pertumbuhan ekonomi negara, karena berkurangnya investasi dan berkurangnya minat menabung.
  • Masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat menjangkau harga barang karena harga barang mengalami kenaikan.
  • Jika terdapat kebijakan untuk mengurangi inflasi, maka akan terjadi pengangguran, karena pemerintah berusaha untuk menekan harga.
  • Masyarakat akan cenderung untuk menyimpan barang dari pada menyimpan uang.
  • Nilai mata uang turun, karena adanya kenaikan harga barang.

Inflasi juga memengaruhi masyarakat, baik yang berpenghasilan tetap atau tidak tetap. Adapun dampak inflasi terhadap penghasilan masyarakat adalah sebagai berikut.

  • Dalam masa inflasi, nilai harta tetap mengalami kenaikan harga melebihi kenaikan inflasi. Pendapatan riil penduduk berpenghasilan tidak tetap mengalami penurunan atau merosot. Dengan demikian inflasi akan memperlebar  kesenjangan distribusi pendapatan di antara anggotamasyarakat.
  • Inflasi merugikan masyarakat yang berpendapatan tetap, karena upah/gaji yang diperoleh tidak dapat mengikuti/menyesuaikan kenaikan harga, sehingga semakin berat dirasakan oleh masyarakat.
  •  
    Inflasi menyebabkan orang-orang enggan untuk menabung dan mendorong untuk mencari pinjaman dalam rangkamenyesuaikan pendapatan.  Hal ini akan menghambat perkembangan dunia usaha.

Sumber: Warta IHK BPS Juni 2015

 

Sedangkan Pihak yang diuntungkan dan dirugikan dengan inflasi dapat dikemukakan sebagai berikut:

Pihak yang Untung

Pihak yang Rugi

1.

Eksportir atau Penjual

1.

Importir atau pembeli

2.

Debitur / pihak yang memiliki utang

2.

Kreditur / pihak yang memiliki piutang

3.

Speklulan / berani berspekulasi

3.

Berpenghasilan tetap

4.

Berpenghasilan tinggi/besar

4.

Berpenghasilan rendah / miskin

Cara-cara Mengatasi Inflasi

Pemerintah dalam mengendalikan inflasi (kenaikan harga), menempuh beberapa cara baik melalui kebijakan moneter, kebijakan fiskal maupun kebijakan non moneter dan non fiskal, yang semuanya bertujuan untuk dapat menstabilkan keadaan perekonomian di Indonesia secara umum.

  • Kebijakan Moneter

Untuk mengurangi laju inflasi pada suatu negara, pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan moneter yiatu kebijakan pemerintah melalui Bank Sentral sebagai pemegang otoritas moneter untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar dalam rangka mencapai kestabilan ekonomi. Kebijakan moneter dalam rangka untuk mengatasi inflasi adalah dengan mengurangi atau mengendalikan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut.

  • Politik Diskonto (discount policy)

Bank sentral dapat menjalankan pengaruhnya atas jumlah uang yang beredar dengan jalan menaikkan atau menurunkan suku bunga (diskonto). Dengan menaikkan suku bunga, maka dapat mengurangi jumlah uang beredar. Sebaliknya jika suku bunga turun dapat menambah jumlah uang yang beredar.

  • Politik PasarTerbuka (open market policy)

Dengan politik pasar terbuka bank sentral secara aktif akan membeli atau menjual surat berharga dengan tingkat suku bunga tertentu. Jika bank sentral membeli surat berharga, maka akan memberi pengaruh untuk menambah jumlah peredaran uang. Sebaliknya jika bank sentral menjualnya, maka uang banyak yang ditarik dari peredaran.

  • Politik Cadangan Kas (cash ratio policy)

Bank sentral dapat menentukan jumlah cadangan kas minimum yang harus ada dibank-bank umum, dengan tujuan agar kredit yang diberikan kepada masyarakat dapat dikendalikan, sehingga dapat memengaruhi jumlah uang beredar.

  •  
    Kebijakan kredit selektif

Sumber: https://www.jd.id/news/insight/keuangan/hati-hati-penipuan-kartu-kredit-ketahui-modusnya-dan- berikut-tips-mencegahnya/

Kebijakan ini dapat diambil oleh bank sentral pada saat ekonomi sedang mengalami gejala inflasi. Kebijakan ini dilakukan dengan memperketat syarat-syarat pemberian kredit kepada masyarakat atau yang sering disebut dengan syarat 5C (Character, Capacity, Collateral, Capital dan Condition).

  • Kebijakan dorongan moral (moral suasion).

Bank sentral dapat memengaruhi jumlah uang beredar dengan berbagai pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan kepada bank umum dan pelaku moneter lainnya. lsinya dapat berupa ajakan ataupun larangan untuk menahan atau melepaskan pinjaman dan tabungan.

  • Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran negara. Kebijakan fiskal yang ditempuh untuk mengatasi inflasi di antaranya sebagai berikut.

Terdapat tiga instrumen kebijakan fiskal yang diterapkan pemerintah, yaitu:

  •  
    Sistem perpajakan.

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com/read/20200302/259/1207806/431-juta-wajib-pajak-sudah-lapor-spt-pajak-2020-sisanya-kemana

Dengan menaikkan tarif pajak, pemerintah bermaksud memperkuat kas pemerintah dan dapat memperbesar pengeluaran yang bersifat umum. Sebaliknya pemerintah juga bisa mengurangi tarif pajak, dimana pemerintah berrmaksud memberi kesempatan perusahaan berinvestasi sekaligus meningkatkan konsumsi.

Pemerintah dapat menjalankan politik anggaran baik anggaran berimbang maupun anggaran tidak berimbang. Jika pemerintah menempuh anggaran berimbang, sisi pengeluaran dalam APBN direncanakan sama dengan sisi penerimaan. Tidak ada petunjuk dalam kondisi ekonomi seperti apa politik anggaran berimbang ditempuh oleh pemerintah. Namun bila pemerintah memilih anggaran berimbang, terdapat dua hal yang paling pokok yang ingin dicapai yaitu peningkatan disiplin dan kepastian anggaran.

Sedangkan aggaran tidak berimbang dapat dibagi lagi atas anggaran defisit dan anggaran surplus. Anggaran defisit adalah anggaran yang lebih besar sisi pengeluaran dari pada sisi penerimaan, dan anggaran defisit ini dipilih jika pemerintah ingin mengejar pertumbuhan ekonomi. Anggaran surplus adalah kebalikan dari anggaran defisit dimana sisi penerimaan lebih besar dari pada sisi pengeluaran. Anggraan surplus dilakukan pemerintah untuk menekan laju inflasi di masyarakat karena kelebihan jumlah uang yang beredar.

  •  
    Pinjaman Pemerintah

Sumber: http://www.uajy.ac.id/berita/fakultas-ekonomi-uajy-gelar-sosialisasi-surat-utang-negara-sun/

Dalam kondisi tertentu terutama pemerintah mengutamakan mengejar tingkat pertumbuhan perekonomian maka pemerintah dapat melakukan pinjaman pemerintah dengan menjual Surat Utang Negara (SUN). Kebijakan ini diambil dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan sekaligus bisa menekan laju inflasi di masyarakat.

  • Kebijakan nonmoneter dan nonfiskal

Kebijakan nonmoneter dan nonfiskal artinya kebijakan untuk mengatasi inflasi dengan tidak memengaruhi jumlah uang yang beredar maupun pendapatan dan pengeluaran negara. Bentuk kebijakan tersebut diantaranya sebagai berikut:

  • Peningkatan produksi dan peningkatan jumlah barang di pasaran.
  • Kebijakan upah dengan menaikkan upah riil yang sudah memperhitungkan inflasi.
  • Pengendalian dan pengawasan harga, misalnya pemerintah menetapkan kebijakan harga maksimum.

 

 

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

Subjek Penelitian

Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran materi PTK yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Patikraja kecamatan Patikraja, kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2021/2022. Mata pelajaran yang dijadikan fokus dalam perbaikan pembelajaran adalah ekonomi dengan materi inflasi. Pada kelas tersebut jumlah peserta didiknya 36. Pelaksanaan penelitian ini dibantu oleh teman sejawat yaitu, ibu Anisa Hani Prastiwi, S.Pd dan bapak Mohamad Budi Setiyaji, S.Pd. Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam 2 siklus yang dapat dilihat pada tabel 3.1:

Tabel 3.1

Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran ekonomi

No.

Hari

Tanggal

Siklus

Waktu

1.

2.

Kamis

Kamis

22 Juli 2021

29 Juli 2021

I

II

07.00-08.20

07.00-08.20

Prosedur Pelaksanaan

Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan penulis dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :

Tahap perencanaan

Tahap pelaksanaan

Tahap pengumpulan data

Tahap refleksi

 

Kegiatan merancang dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan PTK dapat digambarkan dalam skema yang dapat dilihat pada skema 3.1 :

Skema 3.1

  

 Skema Siklus I, II

  

 

  

       

  

 

Deskripsi Tiap Siklus

Siklus I

Tahap Perencanaan

Menentukan Materi

         Dalam penelitian ini peneliti memilih mata pelajaran ekonomi yang bersifat kuantitatif yaitu indeks harga dan Inflasi yang lebih terfokus pada Inflasi. Untuk mata pelajaran ekonomi yang akan peneliti laksanakan, peneliti telah menentukan Kompetensi Dasar yaitu menjelaskan jenis-jenis inflasi dan menjelaskan cara menghitung inflasi.

Menyusun Rencana Pembelajaran

Pada hari Selasa, tanggal 13 Juli 2022 bertempat di ruang guru SMA Negeri 1 Patikraja peneliti dengan persetujuan teman sejawat telah menentukan mata pelajaran EKONOMI dengan Kompetensi Dasar Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat sifatnya dan menyusun Rencana Pembelajaran dengan bantuan teman sejawat.

Menyusun Instrumen

Pada Selasa, tanggal 13 Juli 2021 bertempat di ruang guru SMA Negeri 1 Patikraja peneliti menyusun instrumen yang akan digunakan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari : Lembar Kerja Peserta didik, Lembar Pengamatan Keterampilan Proses, Lembar Nilai Perestasi Peserta didik dan Lembar Observasi/Pengamatan kegiatan guru dan peserta didik.

Menentukan Teman Sejawat

Pada hari Kamis, tanggal 15 Juli 2021 peneliti menentukan dua teman sejawat yang akan membantu pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yaitu : ibu Anisa Hani Prastiwi, S.Pd dan bapak Mohamad Budi Setiyaji, S.Pd yang akan memberi saran dan perbaikan-perbaikan dalam  pelaksanaan PTK ini.

Tahap Pelaksanaan

Pada hari Kamis, tanggal 22 Juli 2021 peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas siklus I ini di ruang kelas SMA Negeri 1 Patikraja pada saat jam pelajaran ekonomi, yaitu pukul 07.15 sampai dengan pukul 08.45 WIB.

Dalam pelaksanaan PTK ini peneliti dibantu dua teman sejawat sebagai pengamat dengan posisi ibu Anisa Hani Prastiwi, S.Pd duduk di belakang peserta didik sebelah kanan dengan mengisi lembar pengamatan kegiatan peserta didik dan Mohammad Budi Setiyaji, S.Pd duduk dibelakang peserta didik sebelah kiri dengan mengisi lembar pengamatan kegiatan guru.

Skenario Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Memberi tugas peserta didik dalam kelompok untuk berdiskusi mengerjakan LKPD, menganalisis kasus yang ada di dalam LKPD

Memberi tugas peserta didik untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas bersama dengan kelompoknya

Meminta peserta didik tanya jawab dalam setelah sesi presentasi selesai

Tahap Pengumpulan Data

Tahap ini dilakukan pada hari Kamis, tanggal 22 Juli 2021 pada jam pelajaran ekonomi jam pertama dan kedua yaitu pukul 07.15 sampai dengan pukul 08.45 WIB, oleh dua teman sejawat yang ikut melakukan pengamatan dengan posisi satu ibu Anisa Hani Prastiwi, S.Pd duduk di belakang peserta didik sebelah kanan dengan mengisi lembar pengamatan kegiatan peserta didik dan Mohammad Budi Setiyaji, S.Pd duduk dibelakang peserta didik sebelah kiri dengan mengisi lembar pengamatan kegiatan guru.

Refleksi 

Untuk menganalisis kelemahan dalam pembelajaran diantaranya: guru kurang memberi motivasi kepada peserta didik, guru kurang dalam memberi kesempatan peserta didik untuk bertanya, dalam PTK ini perlu adanya data-data yang mendukung dan diisi dengan tepat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya sehingga dapat digunakan untuk melakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Adapun data-data tersebut berupa pengisian lembar-lembar pengamatan seperti : lembar analisis butir soal, lembar pengamatan keterampilan proses, lembar pengamatan kegiatan guru dan peserta didik.

Siklus II

Tahap Perencanaan 

Menentukan Materi

Setelah siklus I peneliti laksanakan, pada hari Kamis, tanggal 22 Juli 2021 dengan bantuan teman sejawat di ruang guru mengadakan refleksi, dan ternyata banyak menemukan kelemahan-kelemahan baik dalam proses pembelajaran maupun hasil belajar peserta didik. Mengacu pada penemuan tersebut maka peneliti merencanakan untuk melaksanakan siklus II sebagai perbaikan dari siklus I, dengan materi pelajaran sama dengan materi pelajaran pada siklus I, yaitu Inflasi.

Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran

Pada hari Senin, tanggal 26 Juli 2021 bertempat di ruang guru SMA Negeri 1 Patikraja peneliti dengan persetujuan teman sejawat telah menentukan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)

Menyusun Instrumen

Pada hari Selasa, 27 Juli 2021 bertempat di ruang guru SMA Negeri 1 Patikraja peneliti menyusun instrumen yang akan digunakan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari : lembar kerja peserta didik, lembar pengamatan keterampilan proses, lembar nilai dan lembar pengamatan kegiatan guru dan peserta didik.

Menentukan Teman Sejawat

Pada hari yang sama Selasa, 27 Juli 2021 peneliti menentukan dua orang teman sejawat yang akan membantu pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yaitu : Anisa Hani Prastiwi, S.Pd dan Mohamad Budi setiyaji, S.Pd karena sesama teman guru sehingga dapat mengetahui kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran dan akan dapat memberikan saran untuk perbaikan pelaksanaan penelitian ini.

Tahap Pelaksanaan

Pada hari Kamis, 29 Juli 2021 peneliti melaksanakan Rencana Perbaikan Pembelajaran I pada siklus II ini di ruang kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Patikraja pada saat jam pelajaran ekonomi, yaitu pukul 07.15 sampai dengan pukul 08.45 WIB. Dalam pelaksanaan PTK ini peneliti dibantu dua orang teman sejawat sebagai pengamat dengan posisi ibu Anisa Hani Prastiwi, S.Pd duduk di belakang peserta didik sebelah kanan dengan mengisi lembar pengamatan kegiatan guru dan Mohammad Budi Setiyaji, S.Pd duduk di belakang peserta didik sebelah kiri dengan mengisi lembar pengamatan kegiatan peserta didik.

Skenario Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Memberi tugas peserta didik dalam kelompok untuk berdiskusi mengerjakan LKPD, menganalisis kasus yang ada di dalam LKPD

Memberi tugas peserta didik untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas bersama dengan kelompoknya

Meminta peserta didik tanya jawab dalam setelah sesi presentasi selesai

Memberi latihan soal tambahan peserta didik untuk dikerjakan secara individual yang kemudian di bahas bersama

Tahap Pengumpulan Data

Tahap ini dilakukan pada hari Jumat, tanggal Kamis, 29 Juli 2021 pada jam pelajaran ekonomi jam pertama dan kedua yaitu pukul 07.15 sampai dengan pukul 08.45 WIB, oleh dua teman sejawat yang ikut melakukan pengamatan dengan posisi satu ibu Anisa Hani Prastiwi, S.Pd dibelakang tempat duduk peserta didik dengan mengisi lembar pengamatan kegiatan guru dan posisi dua Mohammad Budi Setiyaji, S.Pd disamping kiri peserta didik mengisi lembar pengamatan kegiatan peserta didik.

Tahap Refleksi

Untuk menganalisis kelemahan dalam perbaikan pembelajaran diantaranya: guru kurang banyak dalam memberi contoh-contoh, dalam PTK ini perlu adanya data-data yang akan mendukung dan diisi dengan tepat serta dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya sehingga dapat digunakan untuk melakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Adapun data-data tersebut berupa pengisian lembar--lembar pengamatan seperti: lembar analisis butir soal, lembar pengamatan keterampilan proses, dan lembar pengamatan kegiatan guru dan peserta didik.

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  1. Siklus I

Penelitian pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 22 Juli 2021 di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Patikraja tentang Inflasi yang hasilnya terlihat pada lembar pengamatan keterampilan proses, lembar pengamatan kualitas pembelajaran, dan prestasi belajar peserta didik. Keterampilan proses pada siklus I ini telah berjalan dengan baik dan lancar sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 1

Hasil Pengamatan Keterampilan Proses

No

Uraian

Indikator

1

2

3

1

Rata-rata

3,5

2,8

2,5

2

Prosentase ketuntasan

71

56

49

Grafik 1

Hasil Pengamatan Keterampilan Proses

Keterangan tabel 1 :

  • Dilihat dari tabel indikator 1 rata-rata 3,5 dengan ketuntasan 71% hal ini peserta didik kelas XI IPS 2 pada siklus I dalam menjelaskan pengertian inflasi dalam kategori cukup.

Indikator nomor 2 menjelaskan penyebab inflasi, mencapai rata-rata 2,8 ketuntasan 56%, angka ini menunjukkan bahwa indikator tersebut dalam kategori cukup.

Indikator nomor 3 mengidentifikasi jenis-jenis inflasi, kemampuan peserta didik mencapai rata-rata 2,5 ketuntasan 49%, angka ini menunjukkan bahwa indikator tersebut dalam kategori cukup.

Tabel 2

Hasil Pengamatan Kegiatan Pembelajaran

No

Aspek yang diamati

Skor

Prosentase

1

Guru

23

41 %

2

Peserta didik

18

38 %

3

Interaksi

Peserta didik masih kurang aktif

Keterangan tabel 2 :

Berdasarkan data yang terkumpul dalam tabel 2 terlihat bahwa pelaksanaan penelitian proses kualitas pembelajaran berjalan lancar, namun dengan adanya nilai rata-rata dari perilaku guru mencapai skor 23 dan prosentase 41%, ini menunjukkan bahwa hasilnya masih kurang. Demikian pada perilaku peserta didik mencapai skor 18 dan prosentase 38%, ini menunjukkan pula bahwa pada siklus I masih kurang aktif, interaksinya menunjukkan peserta didik masih kurang aktif.

Tabel 3a

Analisis Butir Soal

No

Uraian

Butir Soal

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

Rata-rata

6,8

8,4

6,8

5,3

5,8

5,3

6,3

7,9

7,4

5,3

2

Prosentase

68

84

68

53

58

53

63

79

74

53

Grafik 2

Prosentase Analisis Butir Soal

Tabel 3b

Rekapitulasi Hasil Belajar Peserta didik

No

Uraian

Keterangan

1

Nilai tertinggi

90

2

Nilai terendah

50

3

Rata-rata

65

4

Peserta didik yang tuntas

7

5

Peserta didik yang belum tuntas

12

6

Tingkat ketuntasan

37 %

Keterangan tabel 3b :

Pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Patikraja Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas pada tahun pelajaran 2021/2022 KKMnya adalah : 70.

 

Siklus II

Penelitian pada siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 29 Juli 2021 di kelas XI SMA Negeri 1 Patikraja tentang Inflasi yang hasilnya terlihat pada lembar pengamatan keterampilan proses, lembar pengamatan kualitas pembelajaran, dan prestasi belajar peserta didik. Keterampilan proses pada siklus III ini telah berjalan dengan baik dan lancar sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 7

Hasil Pengamatan Keterampilan Proses

No

Uraian

Indikator

1

2

3

1

Rata-rata

4,1

3,5

3,4

2

Prosentase ketuntasan

82

69

68

Grafik 5

Hasil Pengamatan Keterampilan Proses

Keterangan tabel 7 :

Dilihat dari tabel indikator 1 rata-rata 4,1 dengan ketuntasan 82% hal ini peserta didik kelas XI IPS 2 pada siklus I dalam menganalisis cara menghitung inflasi dalam kategori cukup mampu.

Indikator nomor 2 menganalisis dampak inflasi, mencapai rata-rata 3,5 ketuntasan 69%, angka ini menunjukkan bahwa indikator tersebut dalam kategori mampu.

Indikator nomor 3 menganalisis cara mengatasi inflasi, kemampuan peserta didik mencapai rata-rata 3,4 ketuntasan 68%, angka ini menunjukkan bahwa indikator tersebut dalam kategori cukup mampu.

Tabel 8

Hasil Pengamatan Kegiatan Pembelajaran

No

Aspek yang diamati

Skor

Prosentase

1

Guru

50

89 %

2

Peserta didik

40

83 %

3

Interaksi

Peserta didik sudah aktif

Keterangan tabel 7 :

Berdasarkan data yang terkumpul dalam tabel 7 terlihat bahwa pelaksanaan penelitian proses kualitas pembelajaran berjalan lancar, namun dengan adanya nilai rata-rata dari perilaku guru mencapai skor 50 dan prosentase 89%, ini menunjukkan bahwa hasilnya sudah mengalami peningkatan. Demikian pada perilaku peserta didik mencapai skor 40 dan prosentase 83%, ini menunjukkan pula bahwa pada siklus II sudah aktif, interaksinya menunjukkan peserta didik juga sudah aktif.

Tabel 9a

Analisis Butir Soal

No

Uraian

Butir Soal

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

Soal betul

16

15

12

9

11

15

16

14

16

13

2

Prosentase

84%

80%

63%

47%

58%

79%

84%

74%

84%

68%

3

Soal salah

3

4

7

10

8

4

3

5

3

6

4

Prosentase

16%

20%

37%

53%

42%

21%

16%

26%

16%

32%

Grafik 6

Prosentase Analisis Butir Soal

Tabel 9b

Rekapitulasi Hasil Belajar Peserta didik

No

Uraian

Keterangan

1

Nilai tertinggi

90

2

Nilai terendah

60

3

Rata-rata

72

4

Peserta didik yang tuntas

17

5

Peserta didik yang belum tuntas

2

6

Tingkat ketuntasan

89 %

Keterangan tabel 9b :

Pada mata pelajaran EKONOMI di SMA Negeri 1 Patikraja Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas pada tahun pelajaran 2021/2022 KKMnya adalah : 70.

Pembahasan

Dari hasil pelaksanaan penelitian yang dilakukan, peserta didik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Patikraja Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas pada tanggal, 22 Juli 2021, dan 29 Juli 2021 dengan materi pokok Inflasi dapat dilihat pada beberapa tabel di bawah ini:

Tabel 10

Rekapitulasi Pengamatan Keterampilan Proses

Siklus I, dan Siklus II

No

Indikator

Rata-rata

Siklus I

Siklus III

1

Menjelaskan pengertian dan penyebab inflasi

3,5

4,1

2

  • Menentukan jenis-jenis inflasi

2,8

3,5

3

Menganalisis cara menghitung inflasi

2,5

3,4

Grafik 7

Pengamatan Keterampilan Proses

Adanya perbaikan-perbaikan pembelajaran pada siklus I dan siklus II melalui penggunaan model dan metode pembelajaran yang bervariasi dan tepat pada setiap pembelajaran, khususnya pada indikator 3, yaitu menganalisis cara mengitung inflasi mengalami peningkatan hasil dari 1,8 setelah pembelajaran pada siklus II meningkat menjadi 2,7, begitu pula dengan indikator lainnya.

Keterampilan proses siklus I ternyata masih belum memenuhi ketuntasan sehingga perlu perbaikan.

Tabel 11

Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kegiatan Pembelajaran

No

Uraian

Prosentase

Siklus I

Siklus III

1

Guru

41 %

89 %

2

Peserta didik

38 %

83 %

Grafik 8

 Pengamatan Kegiatan Pembelajaran

Dilihat dari data pada tabel 11 menunjukkan peningkatan/kemajuan pada tiap siklus. Hal ini karena adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh peneliti pada pembelajaran dari tiap-tiap siklus sebagai berikut :

  1. Siklus I

Pada perilaku guru kurang menunjukkan hasil yang memuaskan karena terbukti guru kurang persiapan dalam pembelajaran, misalnya pembelajaran lebih banyak memakai metode ceramah, tidak memberikan latihan tambahan, tidak menggunakan media yang sesuai, materi belum disampaikan secara penuh, dan tidak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berekspresi serta mengajukan pertanyaan. Langkah-langkah yang dipilih guru untuk mengatasi masalah tersebut adalah mencari informasi melalui buku atau narasumber yang lengkap serta pemberian tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan di rumah.

Pada perilku peserta didik masih kurang menunjukkan kemampuan dalam berkomunikasi, peserta didik banyak diam. Interaksi antara guru dan peserta didik kurang komunikatif, serta cenderung satu arah yang membuat peserta didik pasif, hanya menerima informasi dari guru sehingga pembelajaran menjadi kurang berkualitas.

  1. Siklus II

Pada perilaku guru hasilnya sudah kelihatan lebih mantap dan benar-benar menunjukkan hasil yang baik, karena telah menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran yang sesuai, media yang cukup, memberi kesempatan penuh kepada peserta didik untuk bertanya dan mengajukan gagasan sehingga suasana pembelajaran betul-betul komunikatif terbukti mencapai nilai prosentase 89%.

Pada perilaku peserta didik juga sudah semakin mantap benar-benar menunjukkan hasil yang cukup baik yaitu 83%. Interaksi yang tercipta pada siklus II telah mencapai prestasi yang sangat memuaskan baik perilaku guru dan perilaku peserta didik terjadi saling komunikasi, aktif dan kreatif menggunakan gagasan sehingga suasana pembelajaran betul-betul efektif dan menyenangkan.

Tabel 12

Rekap Hasil Prestasi Belajar/Nilai Formatif

No

Uraian

Siklus I

Siklus III

1

Nilai rata-rata

65

72

2

Nilai tertinggi

90

90

3

Nilai terendah

50

60

4

> KKM

7

17

5

< KKM

12

2

6

Tingkat Ketuntasan

37%

89%

Grafik 9

Hasil Prestasi Belajar/Nilai Formatif

Dilihat dari data tabel 12 hasil prestasi belajar peserta didik dari tiap siklus menunjukkan perbandingan hasil yang semakin meningkat, dimulai dari siklus I dengan jumlah peserta didik yang tuntas 7 orang, sedangkan yang belum tuntas 12 orang peserta didik, prosentase mencapai 37%. Pada siklus II jumlah peserta didik yang tuntas 17 dan yang belum tuntas 2 orang peserta didik, prosentase mencapai 89%.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan rata-rata kelas dengan jalan meningkatkan keterampilan proses pada peserta didik, dengan rata-rata peningkatan mencapai 23%. Dengan demikian upaya perbaikan langkah-langkah pembelajaran pada tiap siklus dapat meningkatkan prosentase ketuntasan peserta didik, dengan menggunakan model PBL dan metode drill sehingga pembelajaran berjalan lebih efektif dan dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi yang diajarkan.

 

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil dan kajian data dari tiap siklus (siklus I, siklus II) dalam pembelajaran mengenai inflasi peserta didik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Patikraja Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas melalui Penelitian Tindakan Kelas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I menunjukkan hasil: dari 28 peserta didik yang mendapat nilai diatas KKM atau dinyatakan tuntas mencapai 7 orang, sedangkan yang mendapat nilai dibawah KKM atau belum tuntas mencapai 12 orang dengan demikian prosentase ketuntasan mencapai 37%

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II menunjukkan hasil: dari 28 peserta didik yang mendapat nilai diatas KKM atau dinyatakan tuntas mencapai 17 orang, sedangkan yang mendapat nilai dibawah KKM atau belum tuntas mencapai 2 dengan demikian prosentase ketuntasan mencapai 89%

Berdasar pada data setiap siklus yang diperoleh melalui beberapa lembar pengamatan kegiatan pembelajaran dan lembar penilaian hasil belajar menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan setelah guru melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL dan metode pembelajaran drill, artinya pembelajaran dengan menggunakan metode drill dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya pada materi inflasi.

Saran

Sehubungan dengan uraian yang telah dijabarkan dalam kesimpulan diatas, maka disarankan kepada teman-teman guru untuk dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran, dengan menggunakan model PBL dan metode pembelajaran drill, disertai tanya jawab, diskusi, menggunakan pendekatan konstruktivitisme dan menggunakan metode siklus belajar.

DAFTAR  PUSTAKA

Asrori, Muhammad. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV. Wacana Prima

Hakim, Lukmanul. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima

Herman, Hudaya. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga

Permendiknas. Nomor 22. (2006). Tentang Standar Isi. Jakarta : Depdiknas

Sardiman, Am. (2002). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada

Sumiati. (2008). Metode Pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima

T. Nur Djannah. (2002). Meningkatkan Hasil Belajar. Jepara : Dinas Dikpora

Wardani, I.G.A.K, Julaeha, S. dan marsinah, NN. 2007. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Universitas Terbuka

Wardani, I.G.A.K. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka

Wiranataputra, S, Udin dkk. 2008.  Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka

Ariyanta Yoki, Pudjiastuti Ari, Bestary Reisky, Z. (2018). Buku Pengangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.

Direktorat Bindiklat. 2018. BBM Generik PTK Dalam Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Bindiklat.

Direktorat Bindiklat. 2018. Pedoman  Instrumen Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Direktorat Bindiklat.

Heryanto, Nar.2017. Statistika Dasar Penyajian Data Dalam Bentuk Tabel; 2.7-15. Jakarta: UT.

Husnul, Ade.2014. Terampil Berbahasa Indonesia: 49. JakartaIntermasa.

I.GAK Wardani.2017. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: UT.

Kurniasih, dkk. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena.

Takdir Illahi, Muhammad. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational Skill. Jogjakarta: Diva Press.

Winata Putra, Udin S. 2017. Teori Belajar dan Pembelajaran: 6.12-13. Jakarta:UT.

Yuliani, Yuyun. (2014). Penerapan PROBLEM BASED LEARNING Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar Pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Kelas IV SDN Nilem Bandung. Bandung: Universitas Pasundan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun