Perlahan aku semakin mendekat. Teramat pelan. Aku tak ingin dia mengetahui keberadaanku.
“...Yaaa Rabb..ampuni hamba atas segala khilaf. Rabbana jangan engkau adzab kami atas kesalahan-kesalahan kami, namun ampunilah kami, sayangilah kami, berikanlah kami petunjuk yang lurus...Rabbi...maafkan hamba yang belum bisa membahagiakan...isteri hamba..”
suaranya tercekat. Badannya terguncang, tangisnya menghebat. Dan mataku pun mulai memanas. Bulir bening yang tak sanggup ku tahan. Keharuan yang teramat....
Aku tersungkur persis di depan punggungnya. Suamiku tersadar. Aku memeluknya erat dari belakang. Sangat erat.
“Sayang..aku mencintaimu karena Allah...” suaraku lirih tercekat. Tangis yang tidak bisa ku bendung.