***
Deru suara motor itu begitu khas ditelingaku. Jam 8 malam. Aku segera bergegas menyambutnya. Ku sapa dengan senyum. Senyum termanis yang kupunya. Sekilas suamiku menatapku. Sedikit tersenyum kikuk. Segera kuambil tasnya. Mengikutinya masuk rumah kontrakan mungil itu. Biasanya dia duduk di kursi depan. Aku segera menghampirinya, kubuka jaketnya yang baru saja mau dia buka. Dengan heran menatapku, dia terdiam. Setelah jaket. Aku segera merunduk di bawah kakinya, ku buka kaos kakinya. Aku tidak berani menatap suamiku ketika itu. Yang ku tahu pasti dia heran. Membuka jaket dan kaos kaki biasa dilakukkannnya sendiri.
“Mau mandi dulu apa makan A?” tanyaku lembut.
“Bentar mandi aja dulu” sahutnya datar.
Saat makan tiba. Aku melihatnya makan dengan lahap. Pelan mengamatinya. Ada gurat keras di keningnya, aku mulai merasakan ada beban yang selama ini dipendamnya. Dan baru kusadari setelah peristiwa siang tadi.
“Bagaimana tadi di kantor A? “ pelan kubuka percakapan.