Perlahan dia mengurai pelukanku. Membalikan badannya. Matanya sembab...aku tertunduk. Buliran bening itu masih berkejaran...
“Mawar...” suaranya pelan “Lihat AA...” dia menegakan daguku. Menatapku lekat. Aku menatapnya. “Maafkan AA selama ini... maaf sudah mengabaikanmu selama ini... maaf membuatmu menderita..maaf karena suamimu ini belum bisa membahagiakanmu..” suaranya memelan.
“Mawar...maafkan AA...sebenarnya... “suaranya tercekat.
“A..Mawar sudah tau..” aku mengangguk meyakinkannya bahwa aku sudah memaafkannya. Dia menatapku kaget.
“Mawar..ketemu Mbak Sarah kemarin siang..dia cerita semuanya” lanjutku dalam isak tangis yang mulai mereda. Aku menatapnya lekat. Kami bertatapan dalam diam. Aku melihat bulir bening diujung matanya. Perlahan menyusuri pipinya. Dan tiba-tiba..... dia mendekapku erat. Teramat sangat erat...Dikecupnya keningku lembut...kupejamkan mataku..merasakannya. Dalam diam aku mulai memahaminya. Suamiku...engkau jaga supaya aku tidak terbebani dengan masalahmu, engkau tidak ingin aku terluka, .engkau tidak ingin aku menderita...dengan caramu. Ah...ada damai di sana....
Ada janji dalam hati…seberat apapun masalah hidup ini, aku akan bersamamu…