Aku menggeleng. Diam tertunduk.
“Aduh..aduh....maaf ya ...” aku melihat rasa ga enak di wajah Mbak Sarah.
“Ga apa-apa Mbak...” lirih aku coba tersenyum. Mbak Sarah memegang tanganku pelan. Tanpa suara dia mengatakan maaf. Aku mengangguk. Dan tidak lama setelah itu kami berpisah. Dalam rasa yang tidak enak. Sangat!
Rabbana...aku tertegun sejenak setelah kepergian Mbak Sarah. Berita itu begitu saja datang. Terbayang beberapa potongan, saat suami sibuk mempersiapkan pekerjaannya di kantor, menyikat sepatunya sampai mengkilat, saat aku mengantarkannya ke sepeda, melihatnya pergi setiap pagi...setiap hari. Tiba-tiba dadaku sesak. Ah..suamiku.....kenapa?
Dan hari itu kulalui dengan hampa, beberapa kali ibu bertanya kenapa. Aku mencoba tersenyum. Meyakinkannya tidak terjadi apa-apa. Begitu sore, aku segera bergegas pulang. Aku ingin berlari, segera bertemu dengannya. Menunggunya, mempersiapkan makanan kesukaanya, merapikan rumah. Aku ingin suamiku tau, betapa aku menyayanginya. Betapa aku peduli padanya!