“Pantat besar! Tak usah banyak omong, mau kuhajar ya? Sini remote-nya. Siniii...!”
Willy lalu pergi meninggalkan ruangan itu dengan suara tawa yang mengusik telinga Jerry.
****
Jerry benar-benar kesal saat menyadari Wennendy tak datang lagi hari ini. Dan Julia masih duduk dengan tenang di kursi itu. Hendrik yang selalu merayu Julia membuat kuping Jerry panas, belum lagi tawa-tawa teman yang lainnya. Kini, entah kenapa dia lebih berharap murid baru yang masuk adalah gadis yang dilihatnya di depan gerbang beberapa hari yang lalu. Mungkin gadis itu akan lebih pendiam dan tidak suka cari perhatian. Tapi, yah, mereka kan orang yang sama. Jerry menghela napasnya.
Begitu bel istirahat berbunyi, dia segera keluar dari kelas. Berdiri menatap laut dalam keheningan. Hari ini murid-murid yang berdiri di sini lebih banyak lagi. Meskipun pengunjung di kelasnya tampak tak berkurang.
Dalam kesenewenan yang entah dari mana asalnya, dia terus bolak-balik wc sepanjang hari ini. Setiap kembali dari wc, rambutnya selalu tampak basah dan berdiri kaku. Wajahnya jauh dari kesan segar meski dibasuh dengan air. Akhirnya Hendrik menyadari ketidaknyamanan Jerry dan diam terus pada akhir pelajaran.
“Kau kenapa hari ini?”
Jerry tidak menjawab. Hanya melirik sekilas ke arahnya. Dan segera meninggalkan kelas begitu bel pelajaran hari ini berakhir.
Saat mengendarai motornya melewati gerbang dia sempat melihat Julia bersama beberapa murid yang lain. Julia memperhatikannya dalam diam. Wajahnya tampak sedikit lesu dan muram.
“Kenapa, Jer?” tanya Adrian saat dia mendekati Jerry.
Jerry hanya menggeleng-geleng lesu.