“Siapa lagi!?”
“Kau ..., sepertinya kau tak suka. Begitu banyak murid laki-laki yang suka sama dia. Aku baru lihat sekilas. Tapi dia memang cantik.”
“Bukan tak suka. Tapi lebih banyak rasa kesal daripada suka....”
“Kenapa begitu? Orangnya sepertinya ramah.”
“Aahh...,” desah Jerry.
Adrian tetap diam dan mempertahankan senyum sekecil dan setenang mungkin. Dengan seksama mengikuti arah pandangan mata Jerry.
“Memang ramah. Tapi, tampak seperti suka cari perhatian. Belum lagi, dia suka meladeni Hendrik dan Andre yang tolol dengan lelucon mereka.”
“Hmm, sepertinya aku tahu kenapa kau murung siang tadi. Dan, kau kesal bukan kerena dia suka cari perhatian. Tapi karena dia terlalu dekat dengan orang lain. Jerry, kau cemburu ya ....”
“Akh ...! Aku sebenarnya bingung dengan perasaanku. Tapi kau bisa menebak jalan pikiranku. Hanya saja ..., masa begini dikatakan cemburu ...?”
“Jerry, Jerry .... kau belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Sudah pasti kau tak menyadari kau sedang cemburu saat ini. Sekarang baru kau mengalaminya .... Hahaha.”
“Ya, aku suka dengannya. Tapi ....”