“Mana? Ini masih belum selesai.”
Saat penggaris itu terayun, Jerry mengangkat tangannya menahan ayunan itu lebih lanjut.
“Sir ...! Cuma satu lagi. Masa dipukul juga?”
Guru itu, yang memang dipanggil “Sir” oleh murid-murid di sekolah ini tampak ragu sejenak. Lalu saat dia akan melewatkan Jerry, terdengar suara protes dari yang lain.
“Sir, mana bisa begitu. Punyaku tinggal dua dipukul juga. Ah, macam mana Sir ini.”
“Sir, jangan pilih kasih. Mentang-mentang murid kesayangan Sir...” Hendrik yang belum tiba giliran ikut berkomentar.
Tiba-tiba dua pukulan melayang pada dua murid itu. Jerry pun tak luput dari pukulan. Sesudah itu, sambil mengelus lengannya yang baru dihantam penggaris kayu, Jerry menoleh ke arah Julia yang merasa ngeri dengan pukulan yang diterima teman-temannya. Jerry tersenyum untuk menegaskan pukulan itu tak sakit baginya. Julia akhirnya bisa tersenyum geli melihat Hendrik yang entah dipukul kesekian kalinya karena mulutnya yang usil.
Pukul-pukulan dilanjutkan lagi. Ini karena salah satu murid ketahuan tidak membawa kamus. Juga tidak boleh sembarangan kamus, standarnya kamus hitam seperti yang ada di atas meja Jerry. Kamus hitam itu pun berpindah posisi ke meja Julia. Jerry sekali lagi meyakinkannya tidak apa-apa. Dan ujung-ujungnya dia kena pukul lagi. Terseyum sekali lagi, dia menoleh ke arah Julia yang mungkin karena tingkah Jerry yang lucu, ikut tersenyum pula.
Hari ini, meski diwarnai pukulan-pukulan di lengannya, wajah Jerry tampak cerah. Kelasnya pun tidak seramai dua hari sebelumnya. Julia menyingkir keluar kelas bersama Lini begitu bel istirahat berbunyi. Jerry senang sekali, karena hari ini Julia juga tidak banyak meladeni Hendrik yang mengoceh tanpa henti. Dia, bagaimanapun bukan tipe yang suka cari perhatian. Mungkin karena posisinya sebagai murid baru makanya sulit menolak perhatian murid-murid lain. Akan tampak arogan jika dia menolak semua perhatian mereka padanya. Hmm, untung saja semuanya jelas hari ini, batin Jerry. Kalau tidak, mungkin dia akan menyesal karena terburu-buru menghakimi. Julia kini, tampak seratus kali lebih cantik di matanya.
Bersambung ke: Sakit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H