Jerry tiba-tiba tersenyum. Nyengir mendengar sindiran sahabatnya. Kemudian dia tersenyum sedikit lebih baik. Sedikit malu, juga sedikit muncul rasa percaya dirinya.
“Nah, begitu baru benar. Tau tidak, kau punya senyum yang bisa membuat banyak perempuan susah tidur.”
Jerry kembali tersenyum. Nyengir lagi. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kau tak percaya? Besok coba kau senyum sama Julia.”
Senyum di bibir Jerry perlahan menghilang. Dia terdiam sebentar. Dia sadar, justru untuk tersenyum pertama kali itu adalah senyum paling sulit. Ditambah lagi dia menyadari kalau dia termasuk laki-laki yang kehilangan nyali di depan orang yang disukainya.
****
Ini hari ketiga dan berturut-turut Jerry datang ke sekolah tanpa didahului bel berbunyi. Baru tiga orang yang berada di dalam kelas. Dan ini menjadi rekor tiba di sekolah terpagi sepanjang hidupnya. Dia melihat tempat duduk Wennendy yang sebentar lagi akan ditempati Julia. Setelah dua hari tak datang, Jerry mengetahui si pemalas Wennendy, bukannya sakit seperti surat yang diserahkan pada guru, tapi pergi menemani saudaranya jalan-jalan ke Medan.
Masih begitu sepi. Mungkin akan asyik untuk menikmati pemandangan laut pagi. Dia pun berjalan ke arah sudut bangunan. Tak ada orang. Dan laut hari ini tampaknya sepi sekali. Dia memang belum pernah melihat pemandangan laut sepagi ini. Dia mundur ke belakang beberapa langkah dan ....
“Maaf ....”
Murid yang baru ditubruknya tidak marah. Malah dia tersenyum begitu manis. Dalam keterkejutannya Jerry membalas senyum itu. Sebelum dia menyadarinya, gadis itu sudah masuk ke dalam wc.
Segala ide berkecambuk di hati. Tetap berdiri di situ atau segera masuk ke kelas? Atau .... ups, Julia sudah keluar dari wc.