“Sudahlah, Jer. Tak perlu mengingkari. Atau, kau tidak yakin denganku?”
Keduanya saling berpandangan dengan senyum kecil ditahan. Pada mulanya Jerry menggeleng, lalu akhirnya mengangguk-angguk.
“Ehm, tapi Jer. Tadi siang Julia benar-benar memperhatikan kau. Kau tak menyadarinya?”
“.... tapi waktu aku menoleh ke arahnya dia sudah berpaling.”
“Mungkin dia berpikir kau tak suka padanya.”
“Kenapa?”
“Mukamu seram begitu, siapa yang berpikir kau sedang senang.”
Jerry segera terdiam. Mulutnya tergangga tapi tak bersuara. Dia tersenyum getir.
“Tau tidak kenapa dia melihat kau?”
Jerry menggeleng. Matanya membesar seiring harapan yang mendadak muncul dari perkataan Adrian.
“Karena dia tak mengerti hanya kau satu-satunya murid laki-laki yang berwajah begitu muram. Tersenyumlah, Jer! Senyum itu tidak susah.”