"Kalau lampu-lampu yang terbang naik turun itu, apa?"
"Itu adalah pesawat ulang-alik yang membawa batre yang telah terisi penuh listrik, turun ke stasiun penampung yang letaknya di darat.
Memang kalau siang hari tidak kelihatan. Lalu dari tempat itu didistribusikan ke seluruh dunia.
Kalau lampu-lampu yang naiknya adalah pesawat yang mengangkut batre kosong untuk diisi di Tormato."
"Kalo hari-hari biasa, lampu warna- warni yang terbang pulang balik ke Tormato rapat sekali, kalo sekarang jarang karena pilotnya banyak yang libur, ikut Festival." Tambah Amanda.
"Kamu pernah ke sana?" tanya Herman.
"Tidak!" Jawab Amanda. "Aku melihatnya di Internet."
"Sayang, semua ini akan lenyap" sesal Herman. "Kalau Prof. Marwan benar, maka tidak lama lagi tempat ini bakal jadi dasar lautan."
"Kuharap Alaksolan tahu juga hal ini, sebab dia harus buru-buru menyelesaikan perbaikan Time Machine-nya!"
"Festival mandi cahaya matahari tinggal beberapa jam," kata Amanda, "apakah sempat!?"
"Harus!" seru Herman, "kalau tidak, kita semua mati di sini. Ditenggelamkan air laut dari selatan. Dan tempat ini bakal jadi dasar lautan."
Amanda tidak setuju dengan penjelasan Herman. "Dasar lautan?" kata Amanda tidak percaya. "Mana mungkin!
"Kalau dipikir, ada benarnya juga orang-orang mencela Si Pembual itu!" kata Amanda. "Itong Ahuan letaknya +85 di LU, sedangkan lautan minimal di -10 LS! Air dari mana?"