Bapak mengayun ayunkan Ismail di pangkuannya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Mail,bapak janji akan membahagiakan kamu. Kelak kamu akan menjadi anak yang membanggakan untuk bapak dan ibu serta abangmu nak," ucap bapak dengan lirih.
-----
Rintik rintik hujan masih berjatuhan baik dari pohon,genteng maupun dari langit walau tak sederas sebelumnya. Ismail melangkahkan kakinya menuju kelas, pandangannya fokus ke genangan-genangan air yang ia hindari hingga teriakan Michele membuat fokus Ismail teralihkan.
"APA?" teriak Ismail menjawab teriakan Michele di depan kelas.
Ismail kini sudah berada di depan kelasnya. Ia sekolah di sekolah formal HIS Idenburg Menteng.
"Kata Ibu Alice apa? Ada info apa?" tanya Michele berturut turut.
Michele merupakan salah satu teman terdekat Ismail di sekolah formal His Inderumg Menteng yang dimana sekolah tersebut banyak anak-anak Belanda dan salah satunya Michele.
"Besok kita tes alat musik yang kita bisa," jawab Ismail sebelum memasuki kelas.
Michele mengikuti Ismail di belakangnya lalu ia duduk di sebelah Ismail.
"Alat musiknya bebas?" tanya Michele lagi dan dijawab anggukan oleh Ismail.