Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana (10)

3 April 2021   09:39 Diperbarui: 3 April 2021   09:49 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mohon Kapten Shang jangan menghukumnya!" Fa Mulan masih mengatupkan tangan di muka wajahnya. "Dia sudah sangat terpukul dengan kejadian di perbatasan itu. Semua yang dia lakukan itu demi kebaikan Kekaisaran Yuan juga. Dia bernafsu membunuh Jenderal Shan-Yu. Cuma sayang dia tidak memikirkan akibat yang ditimbulkannya, yang memakan banyak korban di pihak kita."

Shang Weng mengatupkan gerahamnya.

Amarahnya mengubun. Dipejamkannya mata sesaat untuk menetralisir darah yang berdesir di sekujur nadinya. Fa Mulan menggigit bibir. Ia khawatir dan menggamangkan Yao yang mungkin akan mendapat hukuman pancung!

Ia tahu watak keras Shang Weng.

Pemuda itu seperti tidak pernah mengenal bahasa kompromi. Ia menjunjung sebuah prinsip yang sampai mati pun akan terbawa dalam kubur. Bahwa harga diri melebihi segalanya!

Sekian tahun ia mengabdi pada Kekaisaran Yuan, sekian tahun pula ia menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan para leluhurnya, para pewarga marga Shang yang sudah meninggal namun tetap hidup dengan gaung moralitas dan kebajikan sejatinya.

Pemuda itu adalah pemburu ektoterm.

Ia sangat membenci kezaliman. Tidak ada tempat di hatinya untuk para rudapaksa, yang korup dan tiran seperti Shan-Yu. Yura harus ditegakkan demi keadilan zamin. Supaya bijana yang telah dipijaknya sejak kali pertama menghirup lafaz kehidupan terbebas dari segala angkara. Salah satu bentuk bakti moral untuk para leluhurnya!

"Setelah pertempuran ini, Yao harus mempertanggungjawabkan perbuatannya yang tidak berotak itu!" ancam Shang Weng gusar. "Pembangkangannya itu harus mendapat ganjaran hukuman yang seberat-beratnya!"

Fa Mulan langsung menjatuhkan dirinya ke tanah.

Ia berlutut di hadapan Shang Weng. Sepasang tangannya mengepal di muka. Memohon dengan hormat di bawah kaki pemuda yang masih mengatupkan gerahamnya itu. Agar mengurungkan niatnya menghukum Yao yang sudah melakukan pelanggaran berat dalam kemiliteran.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun