"Tapi...."
Shang Weng kembali mengurai senyum. "Untung saya terluka, jadi tidak punya tenaga untuk menyambuk punggung kalian berdua sebagai hukuman."
Fa Mulan tersenyum, lalu menundukkan kepalanya. Merasa bersalah telah membohongi pemimpin tertinggi di Kamp Utara itu.
Shang Weng bertanya perihal perkelahian gadis itu barusan. "Persoalan apa lagi?!"
Fa Mulan menggigit bibirnya.
Seorang prajurit sejati memang pantang mengurai dusta. Apapun persoalannya. Seberat apapun kasusnya. Toh pemuda itu sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri perkelahiannya dengan Yao tadi. Ia tidak dapat mengelak cecaran pertanyaan Shang Weng itu dengan mengatakan tidak ada apa-apa. Pasti bukan tanpa sebab kalau ia bertarung sengit dengan Yao barusan. Sehingga, akhirnya diputuskannya untuk lugas berterus terang setelah menimbang-nimbang sejenak.
"Yao tidak dapat menahan amarahnya," jawab Fa Mulan tanpa sedikit pun terdengar nada mendiskreditkan atau mengadu. "Dia nekat menyongsong Jenderal Shan-Yu di perbatasan."
"Yao keras kepala. Dari dulu...."
"Saya menegurnya. Tapi dia tidak terima!"
"Anak itu mesti diganjar pelajaran!"
"Makanya, kami berkelahi."