Moralitas yang hendak diaplikasikannya terbentur dinding pondik. Pemuda itu adalah benteng keangkuhan. Ia tak sanggup meruntuhkan jemawa Shang Weng. Lelaki itu kokoh tak tergoyahkan.
"Fa Mulan...."
Ada satu cekalan keras menariknya kembali, mendekat nyaris berbenturan wajah. Shang Weng memeluknya. Tiba-tiba. Jantungnya serasa tertombak! Napasnya seolah berhenti, putus di kerongkongan seperti mati!
"Sa-saya tidak ingin kamu mati!" seru pemuda itu dengan nada gugup. "Saya mencintai kamu!"
Ada sayap yang mengambangkannya dari tanah. Gerbang svargaloka seperti terpentang kembali. Hamparan sejumlah bunga telah terlihat indah di sana. Namun diurungkannya untuk terbang. Sebab masih banyak tugas yang menantinya di tanah para pendosa. Menanti kehadiran sepasang tangannya untuk membilas sempelah darah merah yang menyelubung bumi.
"Kapten Shang...."
"Kalau kamu mati, saya juga ikut mati! Saya menyertaimu sampai mati!"
Fa Mulan menggeleng. Pelukan melepas. Pemuda itu terpana seperti terpanah!
"Maaf, Kapten Shang! Saya merasa tidak etis Anda membahas masalah pribadi di saat keadaan negara sedang genting."
"Mungkin besok saya tidak punya kesempatan lagi!"
Fa Mulan mengusap wajah.